Pebisnis Berharap Kuartal II Membaik

Selasa, 14 April 2015 - 09:35 WIB
Pebisnis Berharap Kuartal II Membaik
Pebisnis Berharap Kuartal II Membaik
A A A
JAKARTA - Kalangan pebisnis berharap kondisi perekonomian pada kuartal II/2015 mulai membaik. Realisasi belanja modal pemerintah dan stabilnya suku bunga diharapkan mampu mendorong perbaikan kinerja ekonomi.

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Sudirman Maman Rusdi mengatakan, pada kuartal I/2015, pasar domestik melambat lantaran terimbas penurunan daya beli. ”Kalau wholesale 289.000 unit, ritel 257.000 unit, turunnya 16% kalau dari kuartal ke kuartal. Tetapi kalau kondisi demikian, mestinya sejelek-jeleknya (penjualan) 1 juta unit,” ujarnya di Jakarta kemarin.

Walau begitu, Sudirman menyebutkan sampai saat ini Gaikindo belum mengubah target penjualan sebesar 1,2 juta unit dan ekspor 200.000 unit. ”Kita juga mesti melihat daya beli dan juga ekonomi tumbuhnya berapa. Mudah-mudahan kuartal dua membaik,” imbuhnya. Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan permintaan kredit baru pada kuartal I/2015 melambat dibandingkan kuartal sebelumnya.

Berdasarkan survei perbankan BI, perlambatan akibat permintaan pembiayaan yang rendah pada awal tahun dan penyalurankreditbaruyanglebihselektif untuk menekan peningkatan risiko kredit bermasalah (non-performing loan / NPL). Potensi peningkatan risiko penyaluran kredit tersebut tecermin dari tingkat NPL yang cenderung meningkat pada Januari dan Februari 2015.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, berdasarkan jenis penggunaan, melambatnya pertumbuhan permintaan kredit baru terutama disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan kredit konsumsi dan perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja. ”Penurunan pertumbuhan kredit konsumsi terjadi pada kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor,” ujar Tirta. Penurunan kredit kendaraan bermotor tersebut sejalan dengan menurunnya penjualan mobil dan sepeda motor awal 2015.

Dia optimistis pertumbuhan kredit baru kembali menguat pada kuartal II/2015. Optimisme peningkatan kredit baru tersebut didorong oleh perkiraan konsumen terhadap membaiknya kondisi ekonomi ke depan dan suku bunga kredit yang relatif stabil. ”Prioritas utama perbankan dalam penyaluran kredit baru pada kuartal II/2015 adalah sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan dan sektor transportasi, pergudangan & komunikasi,” paparnya.

Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) menyatakan pemerintah seharusnya menyiapkan kebijakan-kebijakan untuk mengatasi pelemahan dunia usaha. Pemerintah sebaiknya melakukan pembenahan yang substansial berdasarkan skala prioritas. Prioritas pertama adalah mengamankan nilai tukar rupiah, kemudian mengurangi kebergantungan impor, serta memikirkan kebijakan untuk mewujudkan stabilitas ekonomi nasional agar tidak terlalu rapuh atau gampang bergejolak.

”Mestinya ini bisa diformulasikan dengan baik di paket kebijakan, dan ini bisa mendorong sektor riil kita untuk lebih produktif. Ekonomi kita bisa bergerak,” ujar pengamat ekonomi politik AEPI Kusfiardi Sutan Majo Endah. Ekonom Bank BCA David Sumual menambahkan, perlambatan yang terjadi pada dunia usaha di kuartal I/2015 disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat seiring kenaikan harga BBM serta fluktuasi nilai tukar rupiah.

Menurut David, untuk menyelesaikan persoalan ini sebaiknya pemerintah perlu segera memperbaiki iklim bisnis seperti kemudahan berusaha atau perizinan. Selain itu, pemerintah juga perlu menggenjot infrastruktur agar semakin baik. Apabila langkah-langkah itu bisa direalisasikan, terutama dalam hal perbaikan infrastruktur, maka perekonomian bisa meningkat pada periode selanjutnya.

”Katanya kan Mei nanti mau ada proyek pemerintah. Kalau itu bisa direalisasikan maka bisa meningkatnya kinerja perekonomian. Baru setelah itu, kirakira semester II, pertumbuhan dunia usaha akan bisa lebih kencang lagi,” ucapnya. Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, perlambatan dunia usaha pada kuartal I/2015 akibat dari beberapa faktor dalam negeri dan luar negeri. Selain harga komoditas melemah secara terus-menerus, perekonomian dunia juga masih melambat.

”Daya beli masyarakat dalam negeri akhirnya menjadi rendah,” ujarnya. Suahasil masih menunggu data yang akan disajikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) terkait sektor-sektor yang menjadi penguat dan pelemah kinerja dunia usaha pada Januari sampai Maret 2015. ”Dengan melihat hasil detail dari BPS, pemerintah mampu membuat antisipasi untuk pertumbuhan di kuartal II,” tuturnya.

Pada dasarnya, pertumbuhan kuartal II akan didorong oleh pengeluaran yang berasal dari anggaran pemerintah. Karena itu, realisasi APBN harus disegerakan. ”Kalau sudah ada pengeluaran, untuk bayar pekerja, beli, dan input produksi maka akan bagus untuk mendorong ekonomi dalam jangka pendek,” sambungnya.

Suahasil menambahkan, jika realisasi dari anggaran dipercepat akan ada harapan pertumbuhan dunia usaha pada kuartal II menjadi lebih tinggi.

Oktiani endarwati/ kunthi fahmar sandy/ rabia edra
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1012 seconds (0.1#10.140)