Jalur Ciregol Ambles

Senin, 13 April 2015 - 12:41 WIB
Jalur  Ciregol  Ambles
Jalur Ciregol Ambles
A A A
BREBES - Tanah ambles di Jalur Ciregol, Brebes, Jawa Tengah, mengancam arus mudik Lebaran tahun ini. Jalur tersebut salah satu jalan utama saat arus mudik selain jalur pantura dan jalur selatan.

Pemerintah harus melakukan langkah penanganan darurat berupa pembuatan jalur baru di tebing sisi barat (dari arah Kabupaten Tegal) jalur ambles, bisa rampung sebelum arus mudik tahun ini. Kondisi tanah di sepanjang jalur Ciregol yang labil pun harus diantisipasi karena ada empat titik rawan terjadi tanah ambles lagi. Kemarin langkah penanganan darurat dengan menggali dan mengepras bukit di sisi jalan yang ambles sudah mulai dilakukan dengan alat berat.

Terdapat empat ekskavator yang dikerahkan untuk meratakan bukit dengan panjang sekitar 200 meter dan tinggi sekitar 17 meter itu. Kepala Satuan Kerja Wilayah I Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Sumarjono mengatakan, penanganan darurat ditargetkan selesai sebelum arus mudik Lebaran. ”Mudah-mudahan kalau enggak hujan, dalam tujuh hari bisa selesai untuk tanah dulu. Nanti akan kami lanjutkan ke agregat (pasir dan batu). Target saya sebelum hari raya sudah bisa dilalui,” kata dia kemarin.

Menurut Sumarjono, tanah di bukit yang hendak dikepras tersebut milik perorangan dan Perhutani. Untuk tanah yang menjadi milik Perhutani, Bina Marga sudah melayangkan permohonan izin untuk melakukan penggalian. Sedangkan tanah milik perorangan belum ada kesepakatan pembebasan lahan dengan pemiliknya sejak Januari lalu. Pemilik lahan meminta harga lahan Rp500.000 per meter persegi. Padahal, nilai jual obyek pajak (NJOP)-nya hanya Rp69.000 per meter persegi.

”Kami sudah koordinasi dengan kecamatan dan Pemda Brebes. Kemarin terakhir saya dengar turun Rp380.000. Saya sudah lapor kapolres. Saya juga lapor bupati kalau ini tak bisa diselesaikan (pembebasan lahan), akan kami gali saja karena ini kepentingan masyarakat. Jadi, setuju atau tidak setuju dengan pemiliknya akan kami gali,” sebutnya.

Sumarjono mengatakan, penanganan darurat dengan membuat jalur baru tersebut menjadi langkah paling masuk akal untuk menghadapi arus mudik. Jika melakukan penanganan jalan ambles, dibutuhkan waktu lebih lama karena kondisi tanah masih berpotensi longsor. ”Nanganin itu Hari Raya tidak mungkin selesai. Harus dipancang dulu lalu ditimbun,” ujarnya.

Sumarjono menegaskan, jalan mengalami ambles karena pengaruh pertemuan arus Sungai Pedes dan Glagah yang membuat kondisi tanah menjadi labil. Terlebih sebelumnya tebing jalan sudah mengalami longsor pada Januari lalu. ”Saat itu saya buat laporan ke Jakarta, ke Balai Surabaya, baru kena dinding tebing. Kami perkiraan bisa ambles. Saat itu kami akan bebaskan lahan itu (bukit untuk dibuat jalur baru) karena kami mengejar jalan Hari Raya, target kami Hari Raya ini terbuka. Tapi, sang pemilik mintanya enggak ukuran,” ucapnya.

Sumarjono melanjutkan, saat ini terdapat empat titik jalan yang rawan ambles di sepanjang jalur Ciregol. Solusinya adalah melakukan relokasi jalur dengan kondisi tanah lebih stabil. Namun, relokasi tersebut masih terkendala lahan untuk relokasi yang masih harus dibebaskan. ”Jalur lama sangat berat untuk ke depan karena pertemuan dua arus dua sungai. Kalau memang pemda sudah menyiapkan lahan, kami punya anggaran untuk membebaskannya,” katanya.

Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Kabupaten Brebes Mayang Sri Herbimo mengatakan, untuk keamanan dan kepentingan penanganan darurat, jalur Ciregol ditutup total untuk semua jenis kendaraan. ”Mulai hari ini (kemarin) semua jenis kendaraan tidak boleh lewat, termasuk sepeda ontel. Lewatnya jalur alternatif Karangsawah- Linggapura. Sebelumnya sepeda motor masih bisa lewat,” kata Mayang kemarin.

Mayang memperkirakan jalur Ciregol sudah bisa dilalui semua kendaraan dua pekan ke depan. Tidak akan mengganggu arus mudik Lebaran. ”Penanganan darurat dua minggu bisa selesai,” ujarnya. Sementara itu, seorang supir angkutan umum jurusan Tegal- Bumiayu mengatakan, amblesnya jalur Ciregol membuat biaya operasional membengkak karena arus kendaraan dialihkan melalui jalur alternatif yang jaraknya lebih jauh.

”Kami tetap beroperasi, tapi lewat jalur alternatif Karangsawah- Karangjongkeng-Linggapura. Ya, memutar 10 kilometer. Lebih lama satu jam. Kondisi jalannya baik, tapi lebih lama. Meski begitu, penumpang tidak mau dinaikkan tarif, padahal untuk beli BBM tambah,” katanya kemarin. Ruas jalan di jalur Ciregol di Desa Kutamendala, Kecamatan Tonjong yang menghubungkan Purwokerto-Tegal putus setelah tanahnya mengalami ambles, Sabtu (11/4) petang.

Akibat itu, jalur utama tersebut ditutup total untuk kendaraan. Sebelum ambles tanah sudah mulai mengalami retak-retak dan ambles sejak sekitar pukul 15.00 WIB. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan Bina Marga kemarin pagi, panjang ruas jalan yang ambles tersebut mencapai 175 meter dengan kedalaman lebih dari 60 meter.

Akibatitu, badan jalan hanya tersisa sekitar 2 meter dan arus lalu lintas yang melewati jalur tersebut dialihkan karena jalan ditutup total. Semua kendaraan baik kendaraan barang maupun pribadi dari arah Brebes yang keluar dari tol Pejagan dan hendak menuju ke jalur selatan dialihkan melalui jalur pantura.

Sedangkan kendaraan dari arah Banyumas menuju Jakarta dialihkan melalui Wangon-Cilacap-Tasikmalaya- Bandung.

Farid firdaus
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7493 seconds (0.1#10.140)