Keuntungan Oposisi di Balik Polemik UMNO
A
A
A
PERSELISIHAN di internal UMNO yang dipicu kritik tajam mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad kepada PM Najib Razak menggambarkan ada ketidaksolidan di tubuh UMNO yang bisa berimbas pada kejayaan mereka pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2018.
Mahathir mengaku khawatir eksistensi UMNO akan tenggelam, disalip partai oposisi yang semakin berkibar. Pada pemilu sebelumnya, partai oposisi berhasil merebut ”kue” parlemen yang pada beberapa pemilu sebelumnya selalu dikuasai UMNO. UMNO merupakan partai yang mentereng di Malaysia. Mereka sanggup mendominasi arena politik selama empat dasawarsa.
Selama itu pula UMNO berhasil mendominasi satu kursi kepala negara, 222 kursi parlemen, dan 505 kursi DPRD. Mereka hampir tak terkalahkan dan seolah-olah menjadi ”raja” di istana politik Malaysia. Akibat itu, partai oposisi yang beberapa diisi minoritas China dan India tergerus dan terpinggirkan dalam arena politik. Komentar Mahathir yang ditulis di dalam blognya, chedet.cc, beberapa hari lalu, juga mendapat beragam respons dari dalam kubu UMNO.
Sejauh mana perubahan konfigurasi politik Mahathir dan oposisi dalam menekan PM Najib Razak akan berdampak pada kekuatan politik UMNO. Masa pemerintahan kali ini menjadi ujian berat bagi Razak dan UMNO yang perlu menjaga kepercayaan publik. Dia juga tidak hanya harus menjalankan tugas negara, tapi juga mampu menanggapi kritik dengan tepat. Selama pemerintahan Najib, Malaysia juga dilanda berbagai masalah yang sangat berat dan getir.
Mulai dari jatuh dan hilangnya dua pesawat maskapai penerbangan Malaysia, MH370 dan MH17, sampai banjir. Di tengah-tengah bencana itu, Najib mendapat kritik dari Mahathir dan oposisi. Pihak oposisi bahkan sempat mengecam tindakan Najib yang menyebarkan karung bantuan beras bergambarkan foto Najib. Pencitraan itu memicu anjloknya popularitas Najib, tidak hanya di mata etnis non- Melayu, tapi juga di mata bangsa Melayu sendiri.
Dulu, di bawah kepemimpinan Mahathir, rating UMNO sangat tinggi, bahkan bisa dibilang mencapai puncaknya. Namun, setelah kekuasaan diberikan kepada Ahmad Badawi, popularitas UMNO mulai menurun. Dia gagal mempertahankan suksesi Mahathir. Gelombang protes semakin menguat. Kritik pun mulai bertebaran di mana-mana. Perubahan situasi itu dimanfaatkan oposisi untuk meningkatkan pamor dengan cara mengkritik keras kelemahan UMNO.
Keadaan Najib juga tidak terlalu beda jauh. Dukungan dari rakyat mulai surut walaupun beberapa anggota UMNO menyebut dukungan rakyat terhadap Najib masih besar. Salah satunya saat Najib berada di Amerika Serikat (AS) dan bermain golf bersama Presiden Barack Obama. Padahal, negaranya saat itu sedang dilanda banjir. Beberapa masyarakat mengungkapkan kekesalannya dengan mengkritik Najib, baik melalui komunikasi nonverbal ataupun komunikasi visual.
Mahathir ikut ”menyerang” Najib untuk berbagai kasus. Meski menyinggung masa depan UMNO, Mahathir mengatakan dirinya hanya mengkritik sang pemimpin, bukan UMNO. ”Saya masih bagian dari UMNO. Saya tidak senada dengan pemimpinnya, bukan partai. Saya mengkritik pemimpinnya, bukan partai karena saya ingin kembali melihat kejayaan partai. Tiada kemenangan jika Najib yang memimpin,” kata Mahathir dalam blognya, chedet.cc, 7 April silam.
Prospek pemilu mendatang tampaknya tidak akan mudah bagi UMNO. Keluarga mantan Wakil PM Anwar Ibrahim masih terus terlibat aktif untuk memperebutkan kursi kekuasaan di Malaysia. Istri Anwar Ibrahim, Wan Azizah Wan Ismail, kemungkinan akan kembali mengajukan pencalonan anggota parlemen.
Begitu pun dengan anak sulung Anwar, Nurul Izzah dan Wan Azizah. Tanpa Anwar yang kini dipenjara selama lima tahun atas dakwaan sodomi, kekuatan Partai Keadilan Rakyat (PKR) tetap kuat.
Muh shamil
Mahathir mengaku khawatir eksistensi UMNO akan tenggelam, disalip partai oposisi yang semakin berkibar. Pada pemilu sebelumnya, partai oposisi berhasil merebut ”kue” parlemen yang pada beberapa pemilu sebelumnya selalu dikuasai UMNO. UMNO merupakan partai yang mentereng di Malaysia. Mereka sanggup mendominasi arena politik selama empat dasawarsa.
Selama itu pula UMNO berhasil mendominasi satu kursi kepala negara, 222 kursi parlemen, dan 505 kursi DPRD. Mereka hampir tak terkalahkan dan seolah-olah menjadi ”raja” di istana politik Malaysia. Akibat itu, partai oposisi yang beberapa diisi minoritas China dan India tergerus dan terpinggirkan dalam arena politik. Komentar Mahathir yang ditulis di dalam blognya, chedet.cc, beberapa hari lalu, juga mendapat beragam respons dari dalam kubu UMNO.
Sejauh mana perubahan konfigurasi politik Mahathir dan oposisi dalam menekan PM Najib Razak akan berdampak pada kekuatan politik UMNO. Masa pemerintahan kali ini menjadi ujian berat bagi Razak dan UMNO yang perlu menjaga kepercayaan publik. Dia juga tidak hanya harus menjalankan tugas negara, tapi juga mampu menanggapi kritik dengan tepat. Selama pemerintahan Najib, Malaysia juga dilanda berbagai masalah yang sangat berat dan getir.
Mulai dari jatuh dan hilangnya dua pesawat maskapai penerbangan Malaysia, MH370 dan MH17, sampai banjir. Di tengah-tengah bencana itu, Najib mendapat kritik dari Mahathir dan oposisi. Pihak oposisi bahkan sempat mengecam tindakan Najib yang menyebarkan karung bantuan beras bergambarkan foto Najib. Pencitraan itu memicu anjloknya popularitas Najib, tidak hanya di mata etnis non- Melayu, tapi juga di mata bangsa Melayu sendiri.
Dulu, di bawah kepemimpinan Mahathir, rating UMNO sangat tinggi, bahkan bisa dibilang mencapai puncaknya. Namun, setelah kekuasaan diberikan kepada Ahmad Badawi, popularitas UMNO mulai menurun. Dia gagal mempertahankan suksesi Mahathir. Gelombang protes semakin menguat. Kritik pun mulai bertebaran di mana-mana. Perubahan situasi itu dimanfaatkan oposisi untuk meningkatkan pamor dengan cara mengkritik keras kelemahan UMNO.
Keadaan Najib juga tidak terlalu beda jauh. Dukungan dari rakyat mulai surut walaupun beberapa anggota UMNO menyebut dukungan rakyat terhadap Najib masih besar. Salah satunya saat Najib berada di Amerika Serikat (AS) dan bermain golf bersama Presiden Barack Obama. Padahal, negaranya saat itu sedang dilanda banjir. Beberapa masyarakat mengungkapkan kekesalannya dengan mengkritik Najib, baik melalui komunikasi nonverbal ataupun komunikasi visual.
Mahathir ikut ”menyerang” Najib untuk berbagai kasus. Meski menyinggung masa depan UMNO, Mahathir mengatakan dirinya hanya mengkritik sang pemimpin, bukan UMNO. ”Saya masih bagian dari UMNO. Saya tidak senada dengan pemimpinnya, bukan partai. Saya mengkritik pemimpinnya, bukan partai karena saya ingin kembali melihat kejayaan partai. Tiada kemenangan jika Najib yang memimpin,” kata Mahathir dalam blognya, chedet.cc, 7 April silam.
Prospek pemilu mendatang tampaknya tidak akan mudah bagi UMNO. Keluarga mantan Wakil PM Anwar Ibrahim masih terus terlibat aktif untuk memperebutkan kursi kekuasaan di Malaysia. Istri Anwar Ibrahim, Wan Azizah Wan Ismail, kemungkinan akan kembali mengajukan pencalonan anggota parlemen.
Begitu pun dengan anak sulung Anwar, Nurul Izzah dan Wan Azizah. Tanpa Anwar yang kini dipenjara selama lima tahun atas dakwaan sodomi, kekuatan Partai Keadilan Rakyat (PKR) tetap kuat.
Muh shamil
(ars)