Hubungan AS-Kuba Makin Mesra

Sabtu, 11 April 2015 - 11:19 WIB
Hubungan AS-Kuba Makin Mesra
Hubungan AS-Kuba Makin Mesra
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Presiden Kuba Raul Castro bertemu dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Negara Amerika (OAS) di Panama pada kemarin dan hari ini.

Pertemuan ini adalah pertama kali setelah setengah abad kebekuan diplomasi kedua negara. Presiden AS dan pemimpin Kuba duduk dalam satu meja, bersama dengan sekitar 30 pemimpin di Benua Amerika. KTT itu sangat bersejarah karena pertama kalinya seorang pemimpin Kuba menghadiri wahana diplomatik yang biasanya didominasi AS.

Obama diprediksi akan menjadikan ajang itu sebagai tonggak bersejarah pemulihan hubungan dengan Havana. Obama mengungkapkan rencana pertemuan dengan Raul Castro itu saat kunjungan di Jamaika. ”Saya tidak pernah meramalkan segala sesuatu akan cepat bertransformasi dengan sendiri. Di mana Kuba akan menjadi mitra diplomatik kita bersama, seperti Jamaika,” kata Obama, dilansir AFP.

Dia mengungkapkan, pemulihan hubungan diplomatik itu akan terjadi pada suatu saat nanti. Menurut mantan diplomat dan profesor hubungan internasional Carlos Alzugaray, pertemuan Obama-Castro merupakan bagian dari negosiasi yang tengah berlangsung. ”Itu tidak menjadi akhir bagi kehadiran Raul Castro pada KTT, tetapi itu awalan,” ujar Alzugaray.

Pertemuan diplomatik antara AS dan Kuba pernah digelar pada 1959. Saat itu Wakil Presiden AS Richard Nixon bertemu dengan Presiden Kuba Fidel Castro. Hubungan diplomatik keduanya membeku dua tahun setelahnya. Sekitar setengah abad setelah itu, Obama mengumumkan ”babak baru” untuk memulihkan hubungan dengan Kuba pada Desember 2014 lalu.

Sebelum pertemuan Obama dan Raul Castro berlangsung, Menteri Luar Negeri (menlu) Kuba Bruno Rodriguez bertemu dengan Menlu Amerika Serikat (AS) John Kerry pada Kamis (9/4) waktu setempat di Panama. Itu menjadi pertemuan tingkat tinggi antar-menlu yang pertama dalam kurun waktu 50 tahun.

Pertemuan itu menjadi langkah bagi kedua negara untuk mengawali langkah lanjutan membuka kedutaan besar. ”Menlu Kerry dan Menlu Rodriguez melakukan diskusi konstruktif yang panjang. Keduanya sepakat untuk membuat berbagai kemajuan dan melanjutkan kerja untuk menyelesaikan berbagai isu,” kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS yang tak disebutkan namanya, dilansir Reuters.

Menurut beberapa sumber diplomat AS, Washington meminta jaminan Kuba agar tidak mendukung terorisme lagi. Hal senada juga diminta Kuba terhadap AS. Departemen Luar Negeri AS merekomendasikan agar Kuba dihapus dari daftar negara sponsor terorisme.

Senator Ben Cardin menyebut upaya itu sebagai ”langkah penting”. Itu sebagai awalan untuk membuka jalan bagi kedua negara untuk membuka kembali kedutaan masingmasing. ”Rekomendasi Departemen Luar Negeri untuk menghapus Kuba dari daftar negara sponsor terorisme, hasil dari kajian teknis selama berbulan-bulan, merupakan langkah maju yang penting dalam upaya kami untuk menjalin hubungan yang lebih bermanfaat dengan Kuba,” kata Senator Cardin.

Jika Obama menerima rekomendasi itu, Kongres akan memiliki waktu 45 hari untuk menyepakatinya. Namun, di kongres terdapat sejumlah kritikus vokal terkait upaya mencapai peredaan hubungan diplomatik dengan Kuba.

Senator AS Ted Cruz, seorang Republikan keturunan Kuba-Amerika, adalah salah satu kritikus terbesar Presiden Obama mengenai isu tersebut. Kuba merupakan salah satu dari empat negara yang masih dicantumkan oleh AS dalam daftar negara dituduh berulang kali mendukung terorisme global. Tiga negara lain adalah Iran, Sudan, dan Suriah.

Kuba pertama kali dimasukkan dalam daftar pada tahun 1982 karena menawarkan perlindungan bagi militan separatis Basque ETA dan pemberontak FARC Kolombia. Mark Weisbrot, Direktur Pusat Penelitian Kebijakan dan Ekonomi berbasis di Washington mengungkapkan, penghapusan Kuba dari daftar negara sponsor terorisme adalah ”permulaan” untuk normalisasi hubungan kedua negara.” Ini adalah langkah pertama yang sangat minim,” kata Weisbrot.

Nantinya, kata dia, Havana menginginkan kongres untuk menghapus embargo perdagangan AS, dan Washington diminta menyerahkan pangkalan Angkatan Laut Teluk Guantanamo. Jajak pendapat Marist College menunjukkan, 59% penduduk AS mendukung upaya diplomatik yang dilakukan Obama.

Sedangkan jajak pendapat di Kuba yang digelar Bendixen & Amandi International menunjukkan, 97% responden mendukung pemulihan hubungan dengan AS. Mencairnya hubungan diplomatik AS dan Kuba tercapai setelah perundingan yang dilangsungkan secara rahasia selama 18 bulan dan difasilitasi oleh Vatikan dan Kanada.

Pemimpin Gereja Katholik Paus Fransiskus memiliki andil besar pemulihan hubungan baik itu. ”Itu mengakhiri berbagai kesulitan yang telah tercatat dalam sejarah,” tutur Fransiskus. Awal pulihnya hubungan kedua negara dengan pembebasan warga AS, Alan Gross, yang telah ditahan selama lima tahun.

Gross, 65, merupakan agen rahasia yang beroperasi di Kuba. Selain pria berkaca mata itu, Havana juga membebaskan seorang anggota intelijen yang tidak disebutkan namanya dan telah ditahan 20 tahun. Sebagai imbalan pembebasan Gross, Washington membebaskan tiga agen rahasia Kuba yang ditahan di AS yang ditahan sejak 1998.

Mereka adalah Gerardo Hernandez, 49; Antonio Guerrero, 56; dan Ramon Labanino, 51. Ketigaagenintelijenitudisambut seperti pahlawan ketika tiba di Kuba. Jalur penerbangan langsung dari Havana menuju New York dengan tujuan akhir Bandara John F Kennedy mulai diaktifkan pertengahan Maret lalu.

Andika hendra m
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5676 seconds (0.1#10.140)