TNI AU Perlu Segera Miliki Satelit
A
A
A
JAKARTA - Komisi I DPR terus mendorong upaya modernisasi dan penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU. Salah satunya pengadaan satelit sendiri guna menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya menjelaskan, pengamanan wilayah menjadi sesuatu yang sangat penting saat ini dalam menjaga keutuhan NKRI. Karena itu, syarat utama yang harus dipenuhi adalah penguatan Angkatan Udara.
”Kedepan Komisi I terus mendorong penguatan setiap matra khususnya TNI AU. Nah , penguatan itu pertama adalah peremajaan alutsista dan kedua pengembangan kapasitas prajurit,” ungkapnya di Jakarta kemarin.
Politikus Partai Golkar ini mengakui ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan. Di antaranya pemenuhan kebutuhan alutsista bagi TNI khususnya, TNI AU yang membutuhkan anggaran sangat besar. Apalagi, saat ini masa peralihan dari orientasi penguatan teritorial TNI AD menuju matra-matra lain yakni TNI AL dan TNI AU.
”Angkatan Laut dalam kaitannya dengan poros maritim dan Angkatan Udara dalam kaitannya pengawasan wilayah. Ini kita pelanpelan dorong ke arah sana. Selama ini kan konsentrasi di AD dan sekarang pelan-pelan penguatan anggaran dua matra lainnya, AL yang sudah sangat mendesak dan AU dalam menjaga kedaulatan,” kata Tantowi.
Menurut Tantowi, Indonesia membutuhkan satelit sendiri untuk memperkuat peran dan fungsi radar. Dengan demikian, seluruh wilayah udara Indonesia akan ter-cover oleh radar yang terintegrasi dengan satelit. ”Radar, kita pelan-pelanlah karena kaitannya itu adalah bicara kepemilikan satelit sendiri. Itu sedang masuk dalam renstra yang kita bahas. Belum masuk dalam anggaran 2015 ini. Kita bahas nanti pada tahun anggaran berikut,” ucap Tantowi.
Pekerjaan rumah berikut yang harus segera diselesaikan adalah Flight Identification Region (FIR) yang hingga saat ini masih dipegang Singapura. Tantowi mengaku keberatan bila ketidakmampuan Indonesia dijadikan alasan atas penguasaan kedaulatan udara oleh negara lain. ”Jadi Komisi I berkeberatan dengan alasan kita belum mampu. Dalam peringatan HUT TNI AU ini harus dijadikan momentum untuk mengembalikan kedaulatan udara kita secara utuh,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna menegaskan keinginannya agar kedaulatan wilayah udara sepenuhnya dipegang Indonesia dalam hal ini TNI AU.
”TNI AU harus capable supaya bisa meng-cover seluruh wilayah Indonesia yang luas ini. Pergerakan AL dan AD bisa bebas karena penguasaan wilayah udara ditangan kita. Itu kedepan saya ingin seperti itu,” ucapnya seusai kegiatan HUT Ke-69 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta, kemarin.
Menurut KSAU, bila penguasaan wilayah udara berada di tangan TNI AU, TNI AL bisa melakukan pergerakan seperti melakukan pencegatan terhadap illegal fishing dan kegiatan ilegal lainnya. ”Mereka bisa bergerak dengan bebas karena penguasaan udara sudah ada di tangan kita. Jadi tidak ada lagi pesawat dari negara lain beraniberani masuk wilayah kita tanpa izin. Jadi ke depan saya ingin AU seperti itu,” katanya.
Saat ini Indonesia membutuhkan Indonesia radar untuk menutup dan menjaga kedaulatan semua wilayah udara Indonesia. Dari 32 radar yang dibutuhkan, saat ini sudah terpenuhi 22 radar. Selama ini radar yang dimiliki TNI AU terus melakukan patroli selama 24 jam guna mengawasi dan memberikan informasi bila ada sinyal atau pergerakan yang mencurigakan.
Di sisi lain, pesawat tempur dan personel TNI AU selalu siap bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Menurut KSAU, pemerintah dengan kebijakannya menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia harus sepenuhnya didukung. Namun, itu bisa diwujudkan bila TNI AU kuat.
Senada, Kadispenau Marsma Hadi Tjahjanto mengaku, TNI AU berencana membentuk 11 skuadron udara untuk memperkuat pertahanan udara. Sedangkan yang ada saat ini baru mencapai tujuh skuadron dengan masing-masing kekuatan setiap skuadron sebanyak 16 pesawat tempur.
Dari pantauan KORAN SINDO , meski perayaan HUT Ke- 69 TNI AU berlangsung sederhana, antusiasme warga yang menyaksikan atraksi para prajurit TNI AU dan manuver pesawat tempur jenis F-16, Super Tucano, T-50i Golden Eagle, serta Jupiter Aerobatic Team (JAT) sangat tinggi. Termasuk sejumlah atraksi heroik seperti penyelamatan sandera oleh pasukan elit TNI AU Detasemen Bravo Paskhas.
Sucipto
Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya menjelaskan, pengamanan wilayah menjadi sesuatu yang sangat penting saat ini dalam menjaga keutuhan NKRI. Karena itu, syarat utama yang harus dipenuhi adalah penguatan Angkatan Udara.
”Kedepan Komisi I terus mendorong penguatan setiap matra khususnya TNI AU. Nah , penguatan itu pertama adalah peremajaan alutsista dan kedua pengembangan kapasitas prajurit,” ungkapnya di Jakarta kemarin.
Politikus Partai Golkar ini mengakui ada banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan. Di antaranya pemenuhan kebutuhan alutsista bagi TNI khususnya, TNI AU yang membutuhkan anggaran sangat besar. Apalagi, saat ini masa peralihan dari orientasi penguatan teritorial TNI AD menuju matra-matra lain yakni TNI AL dan TNI AU.
”Angkatan Laut dalam kaitannya dengan poros maritim dan Angkatan Udara dalam kaitannya pengawasan wilayah. Ini kita pelanpelan dorong ke arah sana. Selama ini kan konsentrasi di AD dan sekarang pelan-pelan penguatan anggaran dua matra lainnya, AL yang sudah sangat mendesak dan AU dalam menjaga kedaulatan,” kata Tantowi.
Menurut Tantowi, Indonesia membutuhkan satelit sendiri untuk memperkuat peran dan fungsi radar. Dengan demikian, seluruh wilayah udara Indonesia akan ter-cover oleh radar yang terintegrasi dengan satelit. ”Radar, kita pelan-pelanlah karena kaitannya itu adalah bicara kepemilikan satelit sendiri. Itu sedang masuk dalam renstra yang kita bahas. Belum masuk dalam anggaran 2015 ini. Kita bahas nanti pada tahun anggaran berikut,” ucap Tantowi.
Pekerjaan rumah berikut yang harus segera diselesaikan adalah Flight Identification Region (FIR) yang hingga saat ini masih dipegang Singapura. Tantowi mengaku keberatan bila ketidakmampuan Indonesia dijadikan alasan atas penguasaan kedaulatan udara oleh negara lain. ”Jadi Komisi I berkeberatan dengan alasan kita belum mampu. Dalam peringatan HUT TNI AU ini harus dijadikan momentum untuk mengembalikan kedaulatan udara kita secara utuh,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Agus Supriatna menegaskan keinginannya agar kedaulatan wilayah udara sepenuhnya dipegang Indonesia dalam hal ini TNI AU.
”TNI AU harus capable supaya bisa meng-cover seluruh wilayah Indonesia yang luas ini. Pergerakan AL dan AD bisa bebas karena penguasaan wilayah udara ditangan kita. Itu kedepan saya ingin seperti itu,” ucapnya seusai kegiatan HUT Ke-69 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta, kemarin.
Menurut KSAU, bila penguasaan wilayah udara berada di tangan TNI AU, TNI AL bisa melakukan pergerakan seperti melakukan pencegatan terhadap illegal fishing dan kegiatan ilegal lainnya. ”Mereka bisa bergerak dengan bebas karena penguasaan udara sudah ada di tangan kita. Jadi tidak ada lagi pesawat dari negara lain beraniberani masuk wilayah kita tanpa izin. Jadi ke depan saya ingin AU seperti itu,” katanya.
Saat ini Indonesia membutuhkan Indonesia radar untuk menutup dan menjaga kedaulatan semua wilayah udara Indonesia. Dari 32 radar yang dibutuhkan, saat ini sudah terpenuhi 22 radar. Selama ini radar yang dimiliki TNI AU terus melakukan patroli selama 24 jam guna mengawasi dan memberikan informasi bila ada sinyal atau pergerakan yang mencurigakan.
Di sisi lain, pesawat tempur dan personel TNI AU selalu siap bila sewaktu-waktu dibutuhkan. Menurut KSAU, pemerintah dengan kebijakannya menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia harus sepenuhnya didukung. Namun, itu bisa diwujudkan bila TNI AU kuat.
Senada, Kadispenau Marsma Hadi Tjahjanto mengaku, TNI AU berencana membentuk 11 skuadron udara untuk memperkuat pertahanan udara. Sedangkan yang ada saat ini baru mencapai tujuh skuadron dengan masing-masing kekuatan setiap skuadron sebanyak 16 pesawat tempur.
Dari pantauan KORAN SINDO , meski perayaan HUT Ke- 69 TNI AU berlangsung sederhana, antusiasme warga yang menyaksikan atraksi para prajurit TNI AU dan manuver pesawat tempur jenis F-16, Super Tucano, T-50i Golden Eagle, serta Jupiter Aerobatic Team (JAT) sangat tinggi. Termasuk sejumlah atraksi heroik seperti penyelamatan sandera oleh pasukan elit TNI AU Detasemen Bravo Paskhas.
Sucipto
(ftr)