Tim Evakuasi WNI Belum Mampu Tembus Aden

Jum'at, 10 April 2015 - 10:00 WIB
Tim Evakuasi WNI Belum...
Tim Evakuasi WNI Belum Mampu Tembus Aden
A A A
ADEN - Upaya pemerintah mengeluarkan 89 warga negara Indonesia (WNI) dari Kota Aden, Yaman belum menemui hasil.

Kota itu masih mencekam akibat perang antara kelompok pemberontak Syiah Houthi dan pasukan koalisi yang dipimpin Arab Saudi. Pemerintah RI mencoba opsi lain untuk menyelamatkan para WNI itu.

”Ada beberapa WNI yang belum bisa dievakuasi karena situasi Yaman memanas, jadi akan diusahakan oleh Panglima TNI lewat laut,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna seusai acara Peringatan HUT ke-69 TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin.

Agus menjelaskan, tidak mudah mengevakuasi WNI karena perang terus berlangsung. Dia bahkan kesulitan mendapatkan laporan tim TNI AU yang turut dalam proses evakuasi itu. Kendati demikian, dia menegaskan bahwa TNI AU terus menyiagakan pesawat yang digunakan untuk mengangkut kepulangan WNI.

”Satu pesawat Boeing 737- 400 standby, pergerakan kita tergantung Panglima TNI. Nanti Panglima juga akan diskusi dengan Kementerian Luar Negeri,” ujarnya. Kementerian Luar Negeri kemarin memastikan proses evakuasi terus dilakukan seiring memburuknya situasi di negara Timur Tengah itu.

Sejauh ini sudah 771 orang yang berhasil dipulangkan dari Yaman. Hanya, Kemlu belum dapat memastikan kapanWNIyangterjebakdiAden bisa diungsikan ke tempat aman. ”Sebab, sekali lagi, kami tegaskan situasi di Aden masih panas sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan evakuasi.

Pada Selasa (7/4), kami sudah mencoba, tapi kami tidak bisa masuk ke pelabuhan. Saat ini saudara-saudara kita di sana kembali ke tempat semula bersama dengan warga Malaysia dan Thailand,” kata Menlu Retno LP Marsudi.

Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNIBHI) Muhamad Lalu Iqbal mengatakan, petugas keamanan Aden akan mengizinkan WNI masuk pelabuhan kota itu jika kapal sudah standby. Persoalannya, kapal pengangkut baru akan sandar jika WNI sudah siap.

”Beberapa hari sebelumnya, kapal Indonesia sudah merapat dan menunggu 24 jam di Pelabuhan Aden. Namun, WNI belum bisa masuk ke pelabuhan karena isu keamanan. Kapal Indonesia jelas tidak bisa menunggu terlalu lama karena sangat riskan,” kata Iqbal. ”Opsi darat menuju Al Hudaidah juga akan dicoba,” tambahnya.

Sama dengan di Aden, 14 WNI di Sanaa juga belum dapat dievakuasi karena akses jalan masih diblokade pihak yang sedang berperang. Mereka akhirnya terjebak. Sementara di Hudaidah, ada 24 WNI yang siap dievakuasi. Pemerintah akan kembali menggunakan jalur yang sama dengan proses evakuasi sebelumnya.

Abdul Aziz, mahasiswa di Yaman yang telah sampai di Tanah Air, berterima kasih atas inisiatif Kemlu yang mengevakuasi WNI. Namun, dirinya berharap Kemlu tidak hanya memikirkan kepulangan, tetapi juga bagaimana sebisa mungkin mengembalikan para WNI ketika situasi Yaman sudah aman.

Menurut dia, sebagian besar WNI di Yaman mahasiswa. Banyak dari mereka memilih bertahan hingga saat ini. ”Yangdemikianrata-ratamahasiswa tingkat akhir. Dari pihak universitas tidak ada libur. Kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan (meski ada perang),” kata mahasiswa yang telah tinggal selama 15 tahun di Yaman ini kepada KORAN SINDO. Dia menjelaskan, konflik bersenjata antara Houthi dan Arab Saudi tidak di seluruh kota.

Houthi Kuasai Ataq

Kecamuk perang di Yaman belum menunjukkan tandatanda reda. Kemarin sedikitnya 20 tentara Houthi tewas akibat serangan udara pasukan koalisi dan penyergapan tentara propemerintah di Aden serta sekitar Daleh.

”Sebanyak 14 anggota Houthi tewas dalam delapan serangan udara koalisi di dekat Dar Saad, wilayah utara kota pelabuhan Aden, sore ini (sore kemarin),” ujar tentara propemerintah Yaman secara anonim kepada AFP.

Serangan itu yang ke-15 oleh koalisi pimpinan Arab Saudi di wilayah kekuasaan Houthi. Hingga kemarin pertempuran terus terjadi di titik-titik tertentu, terutama di wilayah yang diduduki Houthi. Koalisi juga menggempur perkemahan militer Muhra di selatan Provinsi Shabwa.

Wilayah itu dikuasai pasukan yang mendukung mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, yang juga menjadi sekutu kelompok pemberontak. Setelah serangan udara itu, sekitar 300 tentara pemberontak keluar dari markas mereka dan bergerak ke ibu kota Provinsi Shabwa, Ataq, untuk berlindung.

Menurut tentara propemerintah, di Ataq mereka menaikkan bendera Houthi setelah sukses melumpuhkan gedung pemerintah lokal dan kantor polisi. Saksi mata menuturkan, penduduk asli Ataq yang dipimpin Hasan Banan dinilai telah berkhianat karena bekerja sama dengan kelompok pemberontak.

Atas kerja sama itu, kelompok pemberontak sanggup bergerak leluasa di Ataq. Banan dilaporkan merupakan orang yang memiliki hubungan dekat dengan Houthi.

Sucipto/ Muh shamil/Dita angga
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0121 seconds (0.1#10.140)