Banjir Telan Korban Jiwa
A
A
A
TULUNGAGUNG - Banjir bandang menerjang sejumlah wilayah Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (7/4). Selain merendam ribuan rumah, luapan air Sungai Nglebo di Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung itu juga menewaskan Dedi Afrilia Susanto, 17.
”Korban ditemukan sekitar pukul 07.45 WIB dalam posisi tersangkut di pinggir Sungai Nglebo, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Tulungagung, Suroto, kemarin. Dedi dilaporkan terseret air bah yang menerjang kampungnya hingga ketinggian sekitar 1,5 meter, Selasa (7/4) sore.
Saat itu korban bersama sang kakak, Sukarjo, 30, hendak pulang ke rumah mereka setelah memanen jagung di ladang milik mereka. ”Pada malam setelah kejadian pada Selasa (7/4) sekitar pukul 21.00 WIB, Sukarjo telah ditemukan warga dalam kondisi selamat dengan cara berpegangan pada sebatang pohon, tak jauh dari titik lokasi sungai mereka terseret banjir,” paparnya.
Saat ini Sukarjo masih dalam kondisi trauma atas kejadian yang menimpanya. Sementara jasad sang adik, Dedi, langsung dimakamkan kemarin. Hilangnya kedua pemuda Desa Jengglungharjo ini sempat menjadi perbincangan warga sekitar. Ratusan warga langsung bergerak melakukan pencarian dengan menyisir Sungai Nglebo dan area yang diduga sebagai arah arus banjir yang membawa tubuh kedua korban.
Sukarjo ditemukan sekitar 500 meter dari titik pertama diketahui warga terseret banjir, saat menyeberangi Sungai Nglebo. Sedangkan Dedi baru ditemukan kemarin pagi, sekitar 1,5 kilometer dari lokasi kejadian. ”Hari ini (kemarin) jenazah dimakamkan di tempat pemakaman umum desa,” ujar salah satu warga, Suwarno.
Selain arusnya berubah deras, hujanlebatselamabeberapa jam membuat debit air Sungai Nglebo meningkat pesat. Hutan gundul di kawasan Pegunungan Tanggunggunung menjadi salah satu penyebabnya.
LSM Pusat Pelatihan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi menilai, banjir bandang yang menerjang sejumlah desa di empat kecamatan wilayah selatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, merupakan akibat dari kegundulan vegetasi hutan setempat. ”Ada dua penyebab banjir kali ini, satu karena hutannya gundul, dan kedua karena aktivitas pertambangan (batu marmer) yang masif,” kata Mohammad Ichwan, aktivis LSM PPLH Mangkubumi.
Dari pantauan BPBD, selain di Tanggunggunung, banjir dan tanah longsor juga memang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Kalidawir, Campurdarat, Besuki, dan Bandung. Lokasi ini berada di wilayah selatan Tulungagung. Musibah datang setelah hujan mengguyur deras selama dua jam.
Selain infrastruktur jalan, jembatan, dan tanggul, bencana alam juga merusak puluhan hektare tanaman padi milik warga. Saat bersamaan lahar dingin Gunung Kelud mengambrolkan sabo dam yang menghubungkan Desa Ngaringan dengan Desa Soso, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. ”Meski masih bisa dilewati, kondisinya jelas membahayakan,” ujar Sekretaris Desa Ngaringan Sugianto.
Sabo dam memiliki fungsi sebagai jembatan penghubung dua desa. Tanpa sabo dam, warga harus jalan memutar ketika hendak melakukan perjalanan ke Kota Blitar. Menurut Sugianto, musibah terjadi bersamaan hujan deras. Lahar dingin yang mengangkut material batu dan pasir berasal dari sisa erupsi Gunung Kelud pada 13 Februari 2014.
Kepala BPBD Kabupaten Blitar Heru Irawan mengimbau seluruh warga yang bermukim di sekitar Kali Bladak dan Kali Putih di Kecamatan Nglegok, Garum, dan Gandusari untuk meningkatkan kewaspadaan. ”Sebab lahar dingin bisa sewaktu waktu meluncur seiring hujan deras,” ujarnya.
Solichan arif/ant
”Korban ditemukan sekitar pukul 07.45 WIB dalam posisi tersangkut di pinggir Sungai Nglebo, Desa Jengglungharjo, Kecamatan Tanggunggunung,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Tulungagung, Suroto, kemarin. Dedi dilaporkan terseret air bah yang menerjang kampungnya hingga ketinggian sekitar 1,5 meter, Selasa (7/4) sore.
Saat itu korban bersama sang kakak, Sukarjo, 30, hendak pulang ke rumah mereka setelah memanen jagung di ladang milik mereka. ”Pada malam setelah kejadian pada Selasa (7/4) sekitar pukul 21.00 WIB, Sukarjo telah ditemukan warga dalam kondisi selamat dengan cara berpegangan pada sebatang pohon, tak jauh dari titik lokasi sungai mereka terseret banjir,” paparnya.
Saat ini Sukarjo masih dalam kondisi trauma atas kejadian yang menimpanya. Sementara jasad sang adik, Dedi, langsung dimakamkan kemarin. Hilangnya kedua pemuda Desa Jengglungharjo ini sempat menjadi perbincangan warga sekitar. Ratusan warga langsung bergerak melakukan pencarian dengan menyisir Sungai Nglebo dan area yang diduga sebagai arah arus banjir yang membawa tubuh kedua korban.
Sukarjo ditemukan sekitar 500 meter dari titik pertama diketahui warga terseret banjir, saat menyeberangi Sungai Nglebo. Sedangkan Dedi baru ditemukan kemarin pagi, sekitar 1,5 kilometer dari lokasi kejadian. ”Hari ini (kemarin) jenazah dimakamkan di tempat pemakaman umum desa,” ujar salah satu warga, Suwarno.
Selain arusnya berubah deras, hujanlebatselamabeberapa jam membuat debit air Sungai Nglebo meningkat pesat. Hutan gundul di kawasan Pegunungan Tanggunggunung menjadi salah satu penyebabnya.
LSM Pusat Pelatihan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi menilai, banjir bandang yang menerjang sejumlah desa di empat kecamatan wilayah selatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, merupakan akibat dari kegundulan vegetasi hutan setempat. ”Ada dua penyebab banjir kali ini, satu karena hutannya gundul, dan kedua karena aktivitas pertambangan (batu marmer) yang masif,” kata Mohammad Ichwan, aktivis LSM PPLH Mangkubumi.
Dari pantauan BPBD, selain di Tanggunggunung, banjir dan tanah longsor juga memang menerjang sejumlah desa di Kecamatan Kalidawir, Campurdarat, Besuki, dan Bandung. Lokasi ini berada di wilayah selatan Tulungagung. Musibah datang setelah hujan mengguyur deras selama dua jam.
Selain infrastruktur jalan, jembatan, dan tanggul, bencana alam juga merusak puluhan hektare tanaman padi milik warga. Saat bersamaan lahar dingin Gunung Kelud mengambrolkan sabo dam yang menghubungkan Desa Ngaringan dengan Desa Soso, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar. ”Meski masih bisa dilewati, kondisinya jelas membahayakan,” ujar Sekretaris Desa Ngaringan Sugianto.
Sabo dam memiliki fungsi sebagai jembatan penghubung dua desa. Tanpa sabo dam, warga harus jalan memutar ketika hendak melakukan perjalanan ke Kota Blitar. Menurut Sugianto, musibah terjadi bersamaan hujan deras. Lahar dingin yang mengangkut material batu dan pasir berasal dari sisa erupsi Gunung Kelud pada 13 Februari 2014.
Kepala BPBD Kabupaten Blitar Heru Irawan mengimbau seluruh warga yang bermukim di sekitar Kali Bladak dan Kali Putih di Kecamatan Nglegok, Garum, dan Gandusari untuk meningkatkan kewaspadaan. ”Sebab lahar dingin bisa sewaktu waktu meluncur seiring hujan deras,” ujarnya.
Solichan arif/ant
(ftr)