110 WNI dari Yaman Tiba di Tanah Air

Senin, 06 April 2015 - 10:59 WIB
110 WNI dari Yaman Tiba...
110 WNI dari Yaman Tiba di Tanah Air
A A A
TANGERANG - Ginda Hasibuan, 24, tak henti-hentinya mengucapkan “Alhamdulillah” di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, kemarin siang.

Mahasiswa Universitas Darul Ulum Hudaidah, Yaman, ini tak menyangka akhirnya bisa menginjakkan kaki di Tanah Air. Bayang-bayang konflik di Yaman dan perjuangan berharihari melakukan penyelamatan di tengah situasi yang sangat mencekam masih kuat di benaknya.

“Kondisi sudah darurat, tempat berlindung tidak ada jaminan aman. Jadi saya masih seperti nggak yakin saja sudah pulang ke Indonesia,” ujar warga asal Medan, Sumatera Utara, ini saat tiba di Common Lounge Terminal 2 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Ginda bersama 109 WNI kemarin tiba di Jakarta setelah berhasil dievakuasi tim lantaran konflik di Yaman kian membara.

Kedatangan mereka disambut langsung Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi. Ginda mengaku diliputi ketakutan beberapa hari terakhir selama di Yaman. Setelahserangan koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap pemberontak Houthi, setiap malamnya setidaknya ada 15 kali serangan pesawat yang menyasar Kota Hudaida.

Lokasi serangan berjarak hanya sekitar 2 km dari Universitas Darul Ulum. Lantaran konflik itu, Ginda mengaku sudah satu pekan tidak bisa istirahat. Sebelum dijemput tim, dia mencoba bertahan di kampus hingga akhirnya dijemput tim evakuasi dari Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI. “Banyak yang dievakuasi dari KotaHudaida. Di Kota Jizan juga ada sekitar 300 orang yang belum pulang,” katanya.

Meski sudah pulang, dia berharap bisa kembali lagi ke universitasnya. Sebab sebentar lagi dia akan diwisuda. “Kalau kondisi sudah aman, pengennya balik lagi. Saya sudah kuliah tiga tahun, sayang sebentar lagi wisuda. Di universitas juga masih ada 15 mahasiswa asal Indonesia yang bertahan,” ungkapnya.

Menlu Retno LP Marsudi mengatakan, 110 WNI yang tiba kemarin merupakan fase pertama. Dari catatan Kemlu, ada 262 WNI yang sudah berhasil keluar dari Yaman ke Jizan, Arab Saudi, beberapa hari lalu. “Sisanya akan dijemput pesawat TNI AU di Jizan untuk diterbangkan ke wilayah Oman dan selanjutnya keIndonesiadengan pesawat komersial,” katanya.

Dia sangat lega melihat para WNI berhasil dievakuasi dari konflik yang sedang berkecamuk di Yaman. “Kita bersyukur mereka dalam kondisi sehat walaupun capai karena sudah beberapa hari ada di perjalanan. Akhirnya sampai di Tanah Air dengan selamat,” sebutnya.

Retno mengungkapkan, keadaan keamanan di Yaman, khususnya dibagianbarat sepertiKota Aden dan Sanaa, semakin memprihatinkan. Kontak senjata antara pihak yang bertikai meluas. Keadaan ini mempersulit upaya evakuasi dan mengharuskan tim evakuasi WNI untuk terus menyesuaikan skenario, langkah, dan proses evakuasi.

Tim evakuasi tetap berpegang pada prinsip melakukan evakuasi secara cepat, aman, dan efisien. Indonesia juga menyesalkan terjadinya kembali korban sipil dalam pertikaian di Yaman. Pemerintah Indonesia terus menyerukan agar semua pihak menahan diri dan memperhatikan keselamatan warga sipil, baik itu warga Yaman maupun warga asing.

Retno meminta semua pihak di Yaman agar memberlakukan jeda kemanusiaan (humanitarian pause) guna memberikan kesempatan bagi warga sipil dievakuasi keluar dari Yaman. Kesempatan ini akan digunakan Pemerintah RI untuk melakukan evakuasi WNI secepatnya dari Yaman.

Pada Sabtu (4/4), Tim Percepatan Evakuasi WNI yang berangkat dari Jakarta dua hari sebelumnya berhasil masuk ke Kota Tareem melalui perbatasan Yaman-Oman. Tim telah berkoordinasi dengan WNI di Tareem, Al-Mukalla, dan kota lain didaerah Hadramaut untuk mempersiapkan proses evakuasi.

Telah dibentuk tim relawan percepatan evakuasi yang dipimpin Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Hadramaut. Tim terpadu evakuasi WNI juga telah melakukan komunikasi dengan berbagai pihak, termasuk para tokoh ulama serta pimpinan universitas dan pesantren, guna membantu meyakinkan WNI di daerah Hadramaut agar bersedia dievakuasi.

Sejak proses evakuasi dimulai Desember 2014 dan diintensifkanpada 25 Maret lalu, sebanyak 792 WNI telah dievakuasi dari Yaman. Sampai kemarin sebanyak 590 telah kembali ke Indonesia. Sisanya sebanyak 202 WNI saat ini sudah dievakuasi ke wilayah aman, yaitu di Jizan (Arab Saudi) dan Djibouti City (Jibouti).

Saat ini masih terdapat sejumlah WNI yang ada di berbagai penampungan/safe house dan menunggu evakuasi. Di Aden ada 89 orang, Sanaa 14 orang, Al Mukalla 40 orang, dan Tareem 58 orang. Negara-negara lain termasuk Aljazair dan Pakistan telah meningkatkan evakuasi warga mereka dari Yaman karena situasi memburuk.

Seruan Gencatan Senjata

Sementara itu Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa- Bangsa (DK PBB) mempertimbangkan usulan Rusia untuk menghentikan serangan ke Yaman yang dipimpin Arab Saudi. Presiden DK PBB Dina Kawar yang juga duta besar Yordania untuk PBB mengatakan para anggota perlu waktu untuk “memikirkan proposal” Rusia.

“Kita berharap pada sidang Senin (hari ini), kita akan menghasilkan sesuatu,” kata Kawar seperti dikutip BBC. Serangan udara terhadap pemberontak Houthi terus berlanjut hingga malam ke-11 pada Sabtu (4/4) malam.

Palang Merah telah menyerukan gencatan senjata 24 jam untuk mengirim tenaga bantuan medis. “Bantuan kemanusiaan dan personel medis harus diizinkan masuk ke Yaman dan masuk ke wilayah yang dilanda konflik dalam kondisi aman,” kata Kepala Operasi ICRC di Timur Tengah Robert Mardini.

Menurut dia, bagi korban luka, kesempatan mereka untuk bertahan hanya dalam hitungan jam, bukan hari. Kelompok Houthi sudah kembali menguasai wilayah selatan Kota Aden. Dengan dibantu senjata lengkap, mereka berhasil memukul balik tentara Yaman yang loyal terhadap Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Saat baku tembak, penduduk setempat berlindung di rumah. Pesawat Arab Saudi menjatuhkan bom kepada Houthi dan perlengkapan senjata kepada tentara Yaman di semenanjung Aden. Peti kayu yang dijatuhkan dengan menggunakan parasut tersebut berisi senjata ringan, alat telekomunikasi, dan senjata pelontar granat.

Arab Saudi mengatakan bahwa mempertahankan Aden sangat penting. “Itu adalah misi utama kami,” demikian bunyi pernyataan Arab Saudi seperti dikutip Reuters.

Denny irawan/Andika hendra m/Muh shamil
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0512 seconds (0.1#10.140)