Tommy Bisa Jadi Magnet Baru Golkar
A
A
A
JAKARTA - Teguran keras Tommy Soeharto kepada Yorrys Raweyai dinilai menunjukkan dirinya sebagai figur tegas dan berani. Tommy bahkan dinilai bakal jadi magnet baru dan berpeluang menjadi pemimpin Partai Golkar di masa datang.
Teguran Tommy kepada Yorrys yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar versi Munas Ancol disampaikan melalui media sosial beberapa waktu lalu. Putra bungsu Presiden RI kedua Soeharto itu menegur Yorrys karena dinilai menggunakan cara-cara kasar saat hendak merebut ruang Fraksi Partai Golkar (FPG) dari penguasaan kubu Aburizal Bakrie (ARB).
”Anda sopan saya segan, Anda arogan saya makan. Begitu saja kok repot!” demikian salah satu pernyataan Tommy ke Yorrys di Twitter dan Facebook pada 31 Maret 2015. Pernyataan keras Tommy yang tiba-tiba itu memunculkan beragam spekulasi. Sikap Tommy yang dinilai tegas ini lantas mengundang sejumlah pertanyaan, di antaranya apakah dia melakukan itu semata karena membela kakaknya, Titiek Soeharto, yang juga anggota FPG?
Diketahui, Titiek berada di barisan pendukung ARB dan menjabat sebagai wakil ketua umum DPP Golkar. Atau Tommy justru melakukan itu karena sedang menyiapkan diri untuk menjadi calon ketua umum Golkar, posisi yang pernah diincarnya pada Munas Golkar Riau 2009?
Dalam pandangan dua pengamat politik, Siti Zuhro dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Agung Suprio dari Universitas Indonesia (UI), apa yang dilakukan Tommy itu hanya reaksi spontan, tidak bertendensi politik untuk mencari kekuasaan di tengah konflik panjang antara kubu ARB dan kubu Agung Laksono. ”Ini spontanitas saja, sebuah ekspresi kemarahan Tommy melihat arogansi yang ditunjukkan Yorrys dkk.
Tommy tidak bertujuan memancing di air keruh, misalnya mengincar posisi ketua umum Golkar,” ujar Agung Suprio kemarin. Namun, menariknya, kata Agung, justru dengan sikap spontan Tommy itu dia berhasil menciptakan spekulasi bahwa dia memang figur yang punya potensi besar untuk menjadi pemimpin Golkar di masa datang. Sikap tegas dan apa adanya seperti itu, menurut dia, justru hal yang memang sedang dibutuhkan Partai Golkar saat ini.
Apalagi, terbukti setelah pernyataan Tommy tersebut, kubu Agung Laksono cenderung lebih kalem dan memilih menghindari konfrontasi. Agung Suprio bahkan menyarankan Tommy untuk terus menunjukkan jati dirinya sebagai figur yang mencitrakan ketegasan dan keberanian seperti itu karena dengan itu dia bisa berubah menjadi magnet atau kiblat baru di Partai Golkar. ”Spontan, tegas, frontal, tetapi masih dalam batas kesantunan, sikap itu sebenarnya sedang dirindukan banyak orang.
Ada romantisme yang timbul di mana dulu Pak Harto identik dengan sikap seperti itu. Maka tidak mengherankan jika pernyataan Tommy ini lebih banyak mendapat reaksi positif ketimbang negatif di kalangan Golkar,” ujarnya. Di sisi lain, kata dia, Tommy cenderung mendukung ARB karena menilai kepengurusan Munas Bali lebih konstitusional dibandingkan Munas Ancol.
Selain itu, pilihan ARB yang membawaPartaiGolkarberada diluar pemerintahan sejalan dengan sikap Tommy selama ini yang cenderung banyak mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). ”Sedangkan Agung Laksono kanmalah ingin membawa Golkar ke pemerintah. Ini yang membuat Tommy memilih ARB,” ujarnya. Adapun menurut Siti Zuhro, pernyataan Tommy itu memang bisa memberi efek psikologis di Golkar.
Apalagi Tommy putra mantan Presiden Soeharto yang dulu sangat berpengaruh di Golkar. ”Pak Harto dulu pernah jadi patron, nah putranya tentu saat ini juga masih disegani meski pengaruhnya tentu tidak lagi sekuat dulu, tapi tetap berpengaruh,” ujarnya. Lebih jauh Zuhro melihat sebenarnya pernyataan Tommy itu tidak untuk membela salah satu kubu, baik kubu ARB maupun Agung Laksono.
Tommy melakukan itu karena merasa perlu memberikan teguran karena kakaknya bagian dari kubu yang menjadi lawan Yorrys dkk. ”Tommy melihat ada pemaksaan, cara-cara yang tidak elegan. Makanya dia memberikan semacam wake up call bahwa ada orang yang terganggu secara etika dengan cara-cara kekerasan seperti itu,” kata Siti Zuhro kemarin. Menanggapi teguran Tommy terhadapnya, Yorrys menanggapi santai.
Dia mengatakan persoalan perebutan fraksi Golkar sudah selesai saat dimediasi pimpinan DPR pada Senin (30/3). ”Saya belum pernah baca. Buat apa (komentar)? Saya anggap masalah Golkar udah clear,” ujar Yorrys Rabu (1/4/).Dia menambahkan, kedua kubu, yakni pendukung ARB dan Agung Laksono, sudah sepakat untuk menahan diri. ”Dan saya mohon media jangan memanas-manasi terus, biar kita semua cooling downsama-sama,” ujarnya.
Ketua DPP Partai Golkar versi Munas Bali Firman Subagyo menilai Tommy marah karena bagaimanapun dia putra pendiri Partai Golkar. ”Tentunya Mas Tommy tidak akan tinggal diam, dia melihat situasi Golkar seperti ini di mana terjadi suatu ketidakadilan. Ini warning bukan hanya ke Yorrys, tapi ke semua elemen,” ujarnya kemarin.
Dia menilai Tommy bisa jadi melihat ada yang memanfaatkan Partai Golkar untuk kepentingan kelompok tertentu dan ada pihak-pihak dari luar yang mencoba mengobokobok Partai Golkar. Bahkan, Firman mengaku, bila suatu saat Tommy akan mengambil alih Partai Golkar dengan cara-cara yang konstitusional, hal itu juga dinilai sangat wajar karena yang bersangkutan mempunyai hak politik.
”Tidak menutup kemungkinan (diambil alihTommy), politik dinamis. Apalagi Pak ARB sudah menyatakan 70% kepengurusan Partai Golkar adalah generasi muda. Sebagai warga negara dia punya hak untuk mengembalikan Partai Golkar menjadi lebih baik,”sebutnya.
Sucipto/bakti m/ Sindonews
Teguran Tommy kepada Yorrys yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar versi Munas Ancol disampaikan melalui media sosial beberapa waktu lalu. Putra bungsu Presiden RI kedua Soeharto itu menegur Yorrys karena dinilai menggunakan cara-cara kasar saat hendak merebut ruang Fraksi Partai Golkar (FPG) dari penguasaan kubu Aburizal Bakrie (ARB).
”Anda sopan saya segan, Anda arogan saya makan. Begitu saja kok repot!” demikian salah satu pernyataan Tommy ke Yorrys di Twitter dan Facebook pada 31 Maret 2015. Pernyataan keras Tommy yang tiba-tiba itu memunculkan beragam spekulasi. Sikap Tommy yang dinilai tegas ini lantas mengundang sejumlah pertanyaan, di antaranya apakah dia melakukan itu semata karena membela kakaknya, Titiek Soeharto, yang juga anggota FPG?
Diketahui, Titiek berada di barisan pendukung ARB dan menjabat sebagai wakil ketua umum DPP Golkar. Atau Tommy justru melakukan itu karena sedang menyiapkan diri untuk menjadi calon ketua umum Golkar, posisi yang pernah diincarnya pada Munas Golkar Riau 2009?
Dalam pandangan dua pengamat politik, Siti Zuhro dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Agung Suprio dari Universitas Indonesia (UI), apa yang dilakukan Tommy itu hanya reaksi spontan, tidak bertendensi politik untuk mencari kekuasaan di tengah konflik panjang antara kubu ARB dan kubu Agung Laksono. ”Ini spontanitas saja, sebuah ekspresi kemarahan Tommy melihat arogansi yang ditunjukkan Yorrys dkk.
Tommy tidak bertujuan memancing di air keruh, misalnya mengincar posisi ketua umum Golkar,” ujar Agung Suprio kemarin. Namun, menariknya, kata Agung, justru dengan sikap spontan Tommy itu dia berhasil menciptakan spekulasi bahwa dia memang figur yang punya potensi besar untuk menjadi pemimpin Golkar di masa datang. Sikap tegas dan apa adanya seperti itu, menurut dia, justru hal yang memang sedang dibutuhkan Partai Golkar saat ini.
Apalagi, terbukti setelah pernyataan Tommy tersebut, kubu Agung Laksono cenderung lebih kalem dan memilih menghindari konfrontasi. Agung Suprio bahkan menyarankan Tommy untuk terus menunjukkan jati dirinya sebagai figur yang mencitrakan ketegasan dan keberanian seperti itu karena dengan itu dia bisa berubah menjadi magnet atau kiblat baru di Partai Golkar. ”Spontan, tegas, frontal, tetapi masih dalam batas kesantunan, sikap itu sebenarnya sedang dirindukan banyak orang.
Ada romantisme yang timbul di mana dulu Pak Harto identik dengan sikap seperti itu. Maka tidak mengherankan jika pernyataan Tommy ini lebih banyak mendapat reaksi positif ketimbang negatif di kalangan Golkar,” ujarnya. Di sisi lain, kata dia, Tommy cenderung mendukung ARB karena menilai kepengurusan Munas Bali lebih konstitusional dibandingkan Munas Ancol.
Selain itu, pilihan ARB yang membawaPartaiGolkarberada diluar pemerintahan sejalan dengan sikap Tommy selama ini yang cenderung banyak mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). ”Sedangkan Agung Laksono kanmalah ingin membawa Golkar ke pemerintah. Ini yang membuat Tommy memilih ARB,” ujarnya. Adapun menurut Siti Zuhro, pernyataan Tommy itu memang bisa memberi efek psikologis di Golkar.
Apalagi Tommy putra mantan Presiden Soeharto yang dulu sangat berpengaruh di Golkar. ”Pak Harto dulu pernah jadi patron, nah putranya tentu saat ini juga masih disegani meski pengaruhnya tentu tidak lagi sekuat dulu, tapi tetap berpengaruh,” ujarnya. Lebih jauh Zuhro melihat sebenarnya pernyataan Tommy itu tidak untuk membela salah satu kubu, baik kubu ARB maupun Agung Laksono.
Tommy melakukan itu karena merasa perlu memberikan teguran karena kakaknya bagian dari kubu yang menjadi lawan Yorrys dkk. ”Tommy melihat ada pemaksaan, cara-cara yang tidak elegan. Makanya dia memberikan semacam wake up call bahwa ada orang yang terganggu secara etika dengan cara-cara kekerasan seperti itu,” kata Siti Zuhro kemarin. Menanggapi teguran Tommy terhadapnya, Yorrys menanggapi santai.
Dia mengatakan persoalan perebutan fraksi Golkar sudah selesai saat dimediasi pimpinan DPR pada Senin (30/3). ”Saya belum pernah baca. Buat apa (komentar)? Saya anggap masalah Golkar udah clear,” ujar Yorrys Rabu (1/4/).Dia menambahkan, kedua kubu, yakni pendukung ARB dan Agung Laksono, sudah sepakat untuk menahan diri. ”Dan saya mohon media jangan memanas-manasi terus, biar kita semua cooling downsama-sama,” ujarnya.
Ketua DPP Partai Golkar versi Munas Bali Firman Subagyo menilai Tommy marah karena bagaimanapun dia putra pendiri Partai Golkar. ”Tentunya Mas Tommy tidak akan tinggal diam, dia melihat situasi Golkar seperti ini di mana terjadi suatu ketidakadilan. Ini warning bukan hanya ke Yorrys, tapi ke semua elemen,” ujarnya kemarin.
Dia menilai Tommy bisa jadi melihat ada yang memanfaatkan Partai Golkar untuk kepentingan kelompok tertentu dan ada pihak-pihak dari luar yang mencoba mengobokobok Partai Golkar. Bahkan, Firman mengaku, bila suatu saat Tommy akan mengambil alih Partai Golkar dengan cara-cara yang konstitusional, hal itu juga dinilai sangat wajar karena yang bersangkutan mempunyai hak politik.
”Tidak menutup kemungkinan (diambil alihTommy), politik dinamis. Apalagi Pak ARB sudah menyatakan 70% kepengurusan Partai Golkar adalah generasi muda. Sebagai warga negara dia punya hak untuk mengembalikan Partai Golkar menjadi lebih baik,”sebutnya.
Sucipto/bakti m/ Sindonews
(bbg)