Warga Migrasi ke Elpiji 3 Kg

Sabtu, 04 April 2015 - 10:02 WIB
Warga Migrasi ke Elpiji 3 Kg
Warga Migrasi ke Elpiji 3 Kg
A A A
JAKARTA - Kenaikan harga elpiji kemasan 12 kg dikeluhkan masyarakat di berbagai daerah. Mereka pun kini beralih menggunakan elpiji kemasan 3 kg yang harganya jauh lebih murah lantaran disubsidi.

Bila tidak segera diantisipasi, fenomena ini bisa memicu kelangkaan elpiji 3 kg maupun pembengkakan anggaran subsidi. Berdasarkan penelusuran KORAN SINDO di lapangan, pemesanan terhadap elpiji 12 kg mulai menurun, sebaliknya terjadi peningkatan konsumsi elpiji 3 kg. Dedi, 43, seorang pengantar elpiji di Medan, Sumatera Utara, mengaku banyak pelanggannya yang tidak lagi memesan elpiji 12 kg, tetapi beralih ke elpiji 3 kg.

“Waktu elpiji 12 kg naik beberapa waktu lalu, sudah banyak pelanggan kami yang beralih menggunakan 3 kg, meski sebagian masih bertahan. Tetapi kalau sekarang harganya naik lagi hingga sampai Rp150.000, kemungkinan bakal ada lagi yang beralih ke elpiji 3 kg,” ujarnya di Medan kemarin. Di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kenaikan harga elpiji 12 kg membuat para pengusaha kecil kebingungan.

Dalam tiga bulan terakhir, seiring kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan elpiji, mereka kerap melakukan penyesuaian harga produknya. Kini dengan harga elpiji 12 kg yang kembali naik, mereka khawatir usaha yang dijalankan bangkrut. Pengusaha roti, Pipik P Astuti menuturkan, tahun ini harga elpiji 12 kg naik beruntun. Awal Maret harga elpiji naik Rp5.000/tabung.

Lalu mulai 1 April 2015, harga elpiji kembali dinaikkan sebesar Rp6.300-8.000/ tabung (ralat: sebelumnya di koran ini tertulis per kg) disesuaikan dengan jarak konsumen dengan agen penjualan. Untuk reratanya, harga elpiji 12 kg naik dari Rp134.700 menjadiRp141.000/ tabung. Kenaikan ini, kata dia, selalu diikuti dengan upaya penghematan lantaran pengusaha harus berpikir ulang jika harus menaikkan harga jual produknya.

Padahaljika tidaknaik, usahamerekaterancam bangkrut. “Ini menjadi pilihan dilematis, antara menaikkan harga produk dan usaha,” paparnya. Pemilik pangkalan elpiji, Wahyu Kurniawati, mengatakan bahwa harga elpiji 12 kg per tabung di daerahnya naik dari Rp140.000 atau Rp145.000 plus antar menjadi Rp155.000 plus antar. “Kita tidak berani stok banyak karena pelanggan lari ke elpiji 3 kg,” ujarnya.

Di Gunungkidul, DIY, para pengusaha kecil juga mulai beralih ke elpiji 3 kg. Perbedaan harga yang terlalu jauh membuat elpiji ukuran 3 kg terus diburu sehingga sering kali terjadi kelangkaan. Para pengusaha mengaku rugi apabila nekat menggunakan elpiji 12 kg. Rika, salah satu pemilik usaha laundry di Jalan Baron Wonosari, Gunungkidul, mengaku setelah harga elpiji 12 kg naik, dirinya beralih ke elpiji 3 kg. Hal ini terpaksa dilakukan agar usahanya tetap berjalan.

“Kenaikan elpiji ukuran 12 kg jelas memberatkan kami,” tuturnya. Menurutnya, kebijakan pemerintah saat ini benar-benar membuat para pengusaha kelimpungan. Setelah BBM naik, giliran elpiji juga dinaikkan. Dengan kondisi ini, dia mengaku harus memutar otak karena harus tetap memberikan pelayanan serta membayar gaji karyawan.

“Kalau saya tidak beralih ke elpiji ukuran 3 kg, usaha saya merugi,” imbuhnya. Saat ini elpiji 3 kg dibeli secara eceran dengan harga Rp16.000/tabung, sedangkan untuk ukuran 12 kg dibeli seharga Rp153.000. “Jadi sebenarnya kami mau menggunakan 12 kg. Namun karena harganya semakin jauh, ya apa boleh buat, elpiji 3 kg jadi alternatif kami,” ucapnya. Rika menuturkan, selain dirinya, banyak pengusaha lain juga beralihmenggunakanelpiji ukuran 3 kg.

“Belum lagi kenaikan BBM, akhirnya ya upah tenaga kerja ikut naik. Kalau ada kenaikan terus maka kami akan bangkrut,” paparnya. Sugeng, pengelola pangkalan elpiji di Playen, Gunungkidul, mengaku saat ini permintaan elpiji 3 kg terus melonjak. Dia setiap minggu mendapatkan pasokan 110 tabung elpiji 3 kg. “Namun akan habis dalam tiga hari. Ini karena memang banyak sekali permintaannya,” katanya.

Dia yakin salah satu alasan lonjakan permintaan elpiji 3 kg adalah kenaikan harga elpiji 12 kg. “Saat ini elpiji ukuran 12 kg naik terus, jadi stok di pangkalan justru tidak habis. Namun untuk ukuran 3 kg, langsung diserbu warga,” ungkapnya. Anggota Komisi VII DPR Satya W Yudha mengingatkan potensi timbulnya migrasi konsumsi dari elpiji 12 kg ke 3 kg. Bila distribusi elpiji 3 kg tidak didistribusikan secara tertutup, anggaran subsidi untuk elpiji akan membengkak.

“Orang akan beralih menggunakan elpiji 3 kg. Ini harus dipastikan jelas pengadaannya,” ujarnya. Dia menambahkan, jika harga elpiji 12 kg dinaikkan, disparitas harga antara elpiji 12 kg dan 3 kg akan semakin besar. “Untuk itu, Pertamina perlu menghitung kembali agar tidak ada migrasi dari pengguna elpiji 12 kg ke elpiji 3 kg akibat disparitas harga yang terlalu tinggi,” ujarnya.

Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menilai kenaikan harga elpiji tidak pantas di tengah kenaikan berbagai harga bahan pokok. Menurutnya, kebijakan menaikkan harga elpiji 12 kg sebagai tindakan yang tidak memiliki empati. “Saya kira itu tidak punya empati kepada masyarakat,” tandasnya.

Sementara itu, PT Pertamina (persero) menyatakan akan menyesuaikan harga elpiji 12 kg tiap dua pekan seperti harga pertamax. Ini lantaran elpiji 12 kg tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah. “Harga pertamaxditinjauduaminggu sekali. Kami juga akan lakukan penyesuaian dua minggu sekali,” tutur Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro.

Dia tak menampik akan adanya migrasi dari efek kenaikan harga elpiji 12 kg. Namun begitu, menurutnya, fenomena tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap kenaikan konsumsi elpiji 3 kg. Pertamina telah mengantisipasi dengan sistem distribusi 3 kg atau kerap disebut dengan SIMOL3K.

Nanang wijayanto/ suharjono/jelia a/arsy ani s
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7368 seconds (0.1#10.140)