Ribuan WNI Terjebak Perang

Kamis, 02 April 2015 - 11:38 WIB
Ribuan WNI Terjebak Perang
Ribuan WNI Terjebak Perang
A A A
HUDAIDAH - Ribuan warga negara Indonesia (WNI) di Yaman berharap segera dievakuasi dari negara itu menyusul pertempuran yang kian sengit antara kelompok Houthi dan negara-negara koalisi pimpinan Arab Saudi.

Hingga kemarin, Saudi tak henti melakukan serangan udara ke Yaman. Di Hudaidah, serangan jet tempur Saudi menghantam sebuah pabrik susu. Sebanyak 35 orang di dalam pabrik itu dilaporkan tewas dan puluhan lainnya terluka. Tak hanya lewat jalur udara, Saudi juga berencana mengirim pasukan darat untuk menumpas gerakan gerilya kelompok Houthi.

Di tengah kondisi yang mencekam itu, ribuan WNI hingga tadi malam belum bisa keluar dari wilayah konflik. Muhammad Khoiruz Zadit Taqwa, salah satu mahasiswa asal Indonesia, mengatakan, kondisi Yaman kian buruk. Keadaan lebih parah terjadi di ibu kota Yaman, Sanaa. “Kondisinya mencekam, karena itu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) tutup.

Saat ini yang masih bertahan hanyalah staf konsuler KBRI, itu pun mereka kini tinggal di Hudaidah (bukan di Sanaa),” papar mahasiswa Universitas Darul Ulum Asy-Syariyyah tersebut saat dihubungi KORAN SINDO tadi malam. Suasana sangat mencekam terutama berlangsung pada malam hari. Setiap malam pada empat hari terakhir, bombardir rudal dari pasukan koalisi terdengar jelas.

Mahasiswa yang masih bertahan di Yaman memilih tinggal di dalam asrama kampus dengan alasan keamanan. Demi menjaga diri, pintu masuk asrama dan lingkungan kampus masih dijaga ketat oleh mahasiswa senior secara bergantian. Mereka bersenjatakan senapan serbu AK-47. Selain di Hudaidah yang kini telah dikuasai pihak Houthi, mahasiswa Indonesia banyak yang kuliah di Yaman Selatan, tepatnya di Provinsi Hadramaut.

Perkembangan di Yaman memburuk setelah adanya pengumumandari pihak Houthi.“Jadi barang siapa yang mendukung Houthi akan dipersenjatai, makanya semakin buruk,” ujar mantan Ketua Umum Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman tersebut. Mulai tadi malam, dia bersama sebagian WNI lain dievakuasi ke lokasi yang lebih aman.

Rombongan pertama WNI yang dievakuasi telah mendekati wilayah Arab Saudi. Rombongan yang berjumlah 300 orang WNI diangkut dengan lima bus. “Saat ini kami sedang di Kantor Imigrasi Yaman, nanti kalau sudah selesai baru masuk ke Imigrasi Arab Saudi. Kami bersama staf dari KBRI,” ujar mahasiswa asal Desa Talang, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal ini.

Dia bersyukur selama menempuh perjalanan yang menegangkan dari Hudaidah (sekitar 250 km dari Sanaa) menuju perbatasan Arab Saudi bisa dilakukan dengan selamat. Mengetahui situasi Yaman yang kian memanas itu, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) telah membentuk Tim Percepatan Evakuasi WNI di Yaman.

“Kami akan segera mengirimkan Tim Percepatan Evakuasi WNI di Yaman,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir di Jakarta kemarin. Kerja tim nantinya akan fokus lebih dulu untuk mengevakuasi WNI menuju tempat yang lebih aman, bukan pemulangan keTana hAir. Direktur Perlindungan WNI dan Bantuan Hukum Indonesia Kemlu Lalu Muhammad Iqbal menambahkan, Tim Percepatan Evakuasi WNI di Yaman merupakan tim gabungan yang beranggotakan Kemlu, Polri, TNI AU, dan Badan Intelijen Negara (BIN).

Tim ini berangkat pada dua gelombang. Tim pertama terdiri atas 15 orang gabungan dari Kemlu, Polri, TNI AU, dan BIN. Mereka bertolak dari Bandara Halim Perdanakusuma dini hari tadi menuju salah satu bandara yang aman di Kota Sanaa menggunakan pesawat Boeing 737 milik TNI AU. Tim kedua yang terdiri atas delapan orang akan bertolak malam ini pukul 19.00. Tim ini akan menuju bandara di Kota Salalah, perbatasan Yaman-Oman.

“Jadi, nantinya Kota Salalah akan menjadi base pesawat TNI AU atau titik berkumpul tim pertama dan kedua,” papar Iqbal. Dipilihnya Kota Salalah di Oman karena negara ini dinilai lebih aman. Selain itu di Oman terdapat bandara internasional yang tidak terlalu sibuk. “Oman kami nilai netral. Tidak memihak Yaman maupun koalisi Arab Saudi,” lanjutnya.

Kedua anggota tim ini berpengalaman karena merupakan veteran yang sudah pernah melakukan evakuasi WNI di Tripoli dan Damaskus. Akan ada empat checkpoint dalam penjemputan WNI di Yaman. Checkpoint itu di Kota Salalah, perbatasan Yaman- Oman; Kota Al Hudaidah, Yaman; Kota Al Mukalla, Provinsi Hadramaut, Yaman, dan Kota Jizan, Arab Saudi.

“Jadi di empat tempat tadi terdapat safe house yang dipersiapkan teman-teman KBRI di sana. Jadi semua WNI yangmasihberada didaerahyang dinilai rawan akan diungsikan sementara ke safe house terdekat,” ujar Iqbal. KetuaTimPercepatanEvakuasi Polri Kombes Pol Krishna Murti mengungkapkan, untuk memasuki wilayah konflik bukan hal gampang.

Pada tahap awal sebelum melakukan evakuasi, tim akan melakukan koordinasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam konflik Yaman. Terutama dengan otoritas Arab Saudi yang mengendalikan kawasan udara di wilayah tersebut. Mengenai proses evakuasi, Krishna mengungkapkan akan dilakukan melalui jalur udara menggunakan pesawat TNI AU.

WNI akan dievakuasi menggunakan pesawat TNI AU menuju Salalah, Oman, markas tim gabungan percepatan evakuasi WNI. Dari Salalah, WNI kemudian diberangkatkan ke Tanah Air menggunakan pesawat komersial. “Evakuasi lewat jalur udara memang tidak aman dan cukup berisiko,” sebutnya. Evakuasi lewat Laut Merah sebenarnya bisa dilakukan.

Namun opsi dengan kapal laut bukan merupakan opsi yang mudah mengingat jarak Indonesia-Yaman menggunakan transportasi laut memakan waktu 15 hari. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, mayoritas WNI terkonsentrasi di wilayah timur Yaman atau sekitar 80% berada di Kota Hadramaut. Adapun 20% lainnya berada di wilayah barat Yaman yang kondisinya lebih dinamis.

Kemlu juga tengah melakukan komunikasi yang intensif dengan tiga negara, yaitu Yaman, Oman, dan Arab Saudi, untuk memintakan flight clearence, jaminan keamanan, bagi warga negara kita. “Khusus dengan Saudi kita juga sudah memberikan koordinat-koordinat di mana properti Indonesia ada sehingga bisa terhindar dari serangan udara,” jelasnya.

Seperti diketahui, hingga kini sudah 148 WNI di Yaman yang telah dipulangkan ke Indonesia. Proses pemulangan pertama terjadi pada 1 Maret lalu. Dari data yang dimiliki Kemlu, total ada 4.159 WNI di Yaman, terdiri atas 2.626 mahasiswa, 1.488 pekerja profesional, serta 45 staf dan keluarga KBRI Yaman. Sebagian besar pekerja profesional di sana bekerja di bidang minyak dan gas.

Serangan Darat


Sepanjang enam hari serangan udara, jet tempur Arab Saudi mencari sasaran target berupa peralatan militer yang dikuasai Houthi seperti pesawat, tank, meriam antipesawat, dan rudal balistik. Namun, sejauh ini, serangan-serangan tersebut belum mampu mengusir milisi Houthi dari kota-kota atau sejumlah wilayah yang mereka kuasai.

Untuk mempercepat penumpasan milisi Houthi berencana menggelar pertempuran di jalur darat secara terbatas. “Ada kemungkinan serangan darat terbatas, di wilayah tertentu, dan dalam jangka waktu juga terbatas,” kata Brigadir Jenderal Ahmad Assari, juru bicara Koalisi Antarbangsa melawan Houthi pimpinan Arab Saudi.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Yaman Ruyadh Yasiin, yang saat ini mengungsi ke Arab Saudi, mendesak negara-negara Arab untuk mulai melancarkan intervensi militer darat sesegera mungkin untuk menyelamatkan warga Yaman yang dikepung Houthi dan sekutunya.

Dua target utama serangan udara dari Arab Saudi saat ini berkonsentrasi di wilayah selatan Kota Aden kota besar terakhir yang masih dikuasai oleh loyalis Presiden Abdurrabbu Mansur Hadi dan wilayah utara Yaman yang berbatasan dengan kerajaan keluarga Saud.

Sunu hastoro/khoirul muzakki/rarasati syarief/ andika hendra m/ant
(bhr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7983 seconds (0.1#10.140)