Kepercayaan ke Media Cetak Masih Tinggi

Selasa, 31 Maret 2015 - 09:23 WIB
Kepercayaan ke Media Cetak Masih Tinggi
Kepercayaan ke Media Cetak Masih Tinggi
A A A
BANDUNG - Media massa cetak dalam hal ini koran di Indonesia masih mendapat perhatian yang tinggi dari publik. Kendati gempuran media elektronik maupun online sangat gencar dan tak terbendung, media cetak memiliki banyak kekhasan dan keunggulan.

Demikian diungkapkan Redaktur Pelaksana KORAN SINDO Hanna Farhana dalam acara SINDO Goes to Campus di Universitas Islam Bandung (Unisba), kemarin. Hadir pula dalam kesempatan tersebut Redaktur KORAN SINDO Armydian Kurniawan, dan Wakil Pemimpin Redaksi SINDO TV Latief Siregar. ”Satu faktor lain yang membuat umur koran masih agak panjang adalah kepercayaan iklan di media cetak masih sangat tinggi sebab feedback bagi pengiklan cepat dan berasa,” ungkap Hanna.

Selama jaringan internet di Indonesia belum merata, menurut Hanna, gempuran media elektronik maupun online juga tak terlalu berpengaruh ke bisnis media cetak. Meski begitu, pelaku media cetak dituntut tidak lengah di tengah pesatnya kemajuan teknologi digital itu. Media cetak dituntut bisa sinergi dengan platform lain agar bisa eksis dan terus tumbuh. KORAN SINDO misalnya telah membekali reporternya dengan kemampuan melakukan peliputan yang komprehensif.

Hanna mencontohkan, reporter yang bertugas meliput event besar seperti G-20 di Brisbane, Australia, selain mengirim berita untuk koran, dia juga harus mampu mengirim untuk online dalam hal ini sindonews.com dan okezone. com. Sama halnya dengan KORAN SINDO, dua media online ini merupakan media di bawah MNC Group. Reporter juga bisa live report di SINDO Trijaya untuk laporan yang lebih serius atau Global Radio yang lebih gaul.

Tak menutup kemungkinan reporter bahkan melaporkan ke sejumlah stasiun televisi di bawah MNC Group. ”Mau tidak mau reporter harus bisa karena tuntutan zaman sudah seperti itu,” ucap dia. Keunggulan lain media cetak adalah bisa menguasai ruang dan waktu. Fisiknya selalu ada sehingga praktisi harus memperhatikan akurasi saat proses editing untuk publikasi dan dilengkapi laporan yang mendalam.

”Kami melakukan perubahan konsep dengan mengusung view paper, menonjolkan grafis, maupun gambar. Ini bagian inovasi kami dalam menghadapi gerusan digital. Kami juga menyebarkan virus membaca, gemar menulis, dan membudayakan membaca di kalangan anak muda,” ungkapnya. Dalam kesempatan yang sama, Redaktur KORAN SINDO Armydian Kurniawan menerangkan, di era digital seperti saat ini terjadi pergeseran.

Masyarakat yang awalnya merupakan konsumen pasif informasi menjadi produsen aktif dengan satu gadget. ”Untuk menyokongnya, bisa dengan literasi media yakni menggali daya kritis masyarakat. Informasi yang disebarkan masyarakat umum melalui media sosial atau sebagainya bisa digunakan media mainstream dengan melalui proses verifikasi dari second source,” katanya.

Sementara itu, Wakil Pemimpin Redaksi SINDO TV Latief Siregar menceritakan soal urgensi televisi berjaringan sebagai implikasi hadirnya undang-undang (UU) yang mewajibkan televisi menayangkan tayangan lokal dan dihentikannya izin pembuatan televisi nasional. ”Penerapan UU tersebut ingin mengubah kebiasaan menonton televisi nasional dan meninggalkan siaran lokal,” tuturnya.

Fauzan
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8603 seconds (0.1#10.140)