Kemacetan Lalu Lintas Bertambah Satu Jam
A
A
A
JAKARTA - Jam kemacetan lalu lintas di jalur pembangunan jalan layang khusus Transjakarta (busway ) Ciledug-Tendean bertambah sekitar satu jam. Jika sebelumnya kemacetan berakhir sekitar pukul 11.00 WIB pada pagi hari maka saat ini menjadi pukul 12.00 WIB.
Pada malam hari sebelumnya kemacetan berakhir pukul 22.00 WIB, saat ini menjadi pukul 23.00 WIB. Kasubdit Kamsel Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya AKBP Irvan Satya menjelaskan, meningkatnya kemacetan bukan karena bertambahnya volume kendaraan. ”Justru kendaraan tidak ada penambahan tapi jalurnya yang berkurang, ada beberapa titik yang memang menjadi penyempitan sehingga menimbulkan antrean,” katanya kemarin.
Sebelum pembangunan, polisi bersama delapan kontraktor yang mengerjakan pembangunan busway layang tersebut telah mengatakan rapat. Dalam rapat disetujui bahwa pembangunan tidak mengambil lahan jalan. Bila harus memasang alat, maka ada penambahan jalur sehingga tidak ada pengurangan lebar jalan. Namun kenyataannya, penambahan jalan hanya dilakukan di depan Mabes Polri, di wilayah lain tidak ada.
”Saya dibohongi oleh mereka, kita mendapat laporan dari Ciledug dan Jakarta Selatan, justru mereka tidak ada penambahan jalur malah memakai satu jalur untuk pembangunan,” ungkapnya. Atas dasar tersebut, pihaknya pun memanggil delapan kontraktor dan dinas terkait. ”Saat itu saya bilang ke mereka kalau saya merasa dibohongi karena rencana awalnya tidak ada yang berjalan,” tuturnya.
Saat itu kontraktor beralasan, jalan yang ada di lokasi pembangunan tidak memungkinkan untuk diperlebar. Namun tetap saja Irvan menyayangkan, tidak ada komunikasi yang dilakukan para kontraktor. ”Sebagai langkah antisipasi yang bisa dilakukan saat ini hanya menempatkan petugas dan memasang spanduk informasi untuk menghindari jalan tersebut,” tukasnya.
Dari pantauan di lapangan, lalu lintas di Jalan Kapten Tendean terlihat sangat padat akibat ada beberapa titik penyempitan jalan. Salah satunya di depan SPBU Tendean. Di titik ini dari dua jalur yang ada hanya bisa dilalui satu jalur. Satu jalur lainnya digunakan untuk pembangunan proyek. Bayu, seorang pengguna jalan, menyayangkan kurangnya informasi yang diterima terkait jalur alternatif. Akibat minimnya informasi jalur alternatif, banyak pengendara yang terjebak kemacetan.
”Sejak adanya pembangunan ini saya berangkat lebih awal karena kena macet mulai dari Ciledug sampai Tendean,” tuturnya. Proyek pembangunan busway layang koridor XIII (Ciledug- Kapten Tendean) sepanjang 9,3 km dimulai Selasa (10/3). Proyek senilai Rp2,5 triliun tersebut ditargetkan rampung pada 2016.
Pembangunan jalan layang terbagi dalam delapan paket. Paket Tendean (1 km) dikerjakan PT Adhi Karya; paket Santa (1,25 km) oleh PT Yasa Patrisia Perkasa; paket Trunojoyo (1,37 km) oleh PT Jaya Kontruksi; dan paket Taman Puring (1,2 km) dikerjakan PT Hutama Karya.
Selanjutnya, paket Kebayoran Lama (1,3 km) oleh PT Pembangunan Perumahan; Paket Kostrad (1,4 km) dikerjakan PT Istaka Karya CO bersama dengan PT Agra Budi; paket Ciledug (1,5 km) dikerjakan PT Waskita Karya; dan paket Seskoal (1,5 km) dilakukan PT Wijaya Karya.
Helmi syarif
Pada malam hari sebelumnya kemacetan berakhir pukul 22.00 WIB, saat ini menjadi pukul 23.00 WIB. Kasubdit Kamsel Direktorat Lalu Lintas (Ditlantas) Polda Metro Jaya AKBP Irvan Satya menjelaskan, meningkatnya kemacetan bukan karena bertambahnya volume kendaraan. ”Justru kendaraan tidak ada penambahan tapi jalurnya yang berkurang, ada beberapa titik yang memang menjadi penyempitan sehingga menimbulkan antrean,” katanya kemarin.
Sebelum pembangunan, polisi bersama delapan kontraktor yang mengerjakan pembangunan busway layang tersebut telah mengatakan rapat. Dalam rapat disetujui bahwa pembangunan tidak mengambil lahan jalan. Bila harus memasang alat, maka ada penambahan jalur sehingga tidak ada pengurangan lebar jalan. Namun kenyataannya, penambahan jalan hanya dilakukan di depan Mabes Polri, di wilayah lain tidak ada.
”Saya dibohongi oleh mereka, kita mendapat laporan dari Ciledug dan Jakarta Selatan, justru mereka tidak ada penambahan jalur malah memakai satu jalur untuk pembangunan,” ungkapnya. Atas dasar tersebut, pihaknya pun memanggil delapan kontraktor dan dinas terkait. ”Saat itu saya bilang ke mereka kalau saya merasa dibohongi karena rencana awalnya tidak ada yang berjalan,” tuturnya.
Saat itu kontraktor beralasan, jalan yang ada di lokasi pembangunan tidak memungkinkan untuk diperlebar. Namun tetap saja Irvan menyayangkan, tidak ada komunikasi yang dilakukan para kontraktor. ”Sebagai langkah antisipasi yang bisa dilakukan saat ini hanya menempatkan petugas dan memasang spanduk informasi untuk menghindari jalan tersebut,” tukasnya.
Dari pantauan di lapangan, lalu lintas di Jalan Kapten Tendean terlihat sangat padat akibat ada beberapa titik penyempitan jalan. Salah satunya di depan SPBU Tendean. Di titik ini dari dua jalur yang ada hanya bisa dilalui satu jalur. Satu jalur lainnya digunakan untuk pembangunan proyek. Bayu, seorang pengguna jalan, menyayangkan kurangnya informasi yang diterima terkait jalur alternatif. Akibat minimnya informasi jalur alternatif, banyak pengendara yang terjebak kemacetan.
”Sejak adanya pembangunan ini saya berangkat lebih awal karena kena macet mulai dari Ciledug sampai Tendean,” tuturnya. Proyek pembangunan busway layang koridor XIII (Ciledug- Kapten Tendean) sepanjang 9,3 km dimulai Selasa (10/3). Proyek senilai Rp2,5 triliun tersebut ditargetkan rampung pada 2016.
Pembangunan jalan layang terbagi dalam delapan paket. Paket Tendean (1 km) dikerjakan PT Adhi Karya; paket Santa (1,25 km) oleh PT Yasa Patrisia Perkasa; paket Trunojoyo (1,37 km) oleh PT Jaya Kontruksi; dan paket Taman Puring (1,2 km) dikerjakan PT Hutama Karya.
Selanjutnya, paket Kebayoran Lama (1,3 km) oleh PT Pembangunan Perumahan; Paket Kostrad (1,4 km) dikerjakan PT Istaka Karya CO bersama dengan PT Agra Budi; paket Ciledug (1,5 km) dikerjakan PT Waskita Karya; dan paket Seskoal (1,5 km) dilakukan PT Wijaya Karya.
Helmi syarif
(bbg)