Masa Depan Singapura di Tangan Lee Junior
A
A
A
SINGAPURA - Sepeninggal pendiri Singapura Lee Kuan Yew, rakyat Singapura menggantungkan harapannya terhadap Perdana Menteri (PM) Lee Hsien Loong. Setidaknya sampai pemilihan umum (pemilu) 2016 mendatang.
Putra Lee Kuan Yew tersebut dituntut untuk membenahi sektor imigrasi, mengurangi ketimpangan politik, dan menjaga stabilitas ekonomi negara. Lelaki yang pernah memegang jabatan di Kementerian Keuangan dan Otoritas Moneter Singapura itu terpilih menjadi PM sejak 2004. Selama hampir 11 tahun, dia memimpin dan menjaga nama baik Singapura di mata internasional.
Namun, tantangan yang dia hadapi cukup rumit dan mengancam kualitas warisan ayahnya tersebut. Masa depan partai pemerintah Partai Aksi Masyarakat (PAP) juga ikut dipertaruhkan setelah beberapa dekade mendominasi perpolitikan Singapura. Itu akan terefleksi dalam persentase dukungan masyarakat terhadap PAP pada tahun mendatang.
Dalam lima dekade terakhir, PAP selalu memenangi pemilu meski pamornya anjlok. Berdasarkan laporan The Financial Express , popularitas PAP pada pemilu 2011 mencapai titik terendah sejak hari kemerdekaan yakni sebesar 60,1%. Namun, PAP berhasil merebut 81 kursi dari total 87 kursi. Titik terendah PAP sebelumnya hanya pernah terjadi pada 1991 yakni sebesar 61% yang kemudian naik lagi menjadi 75,3% pada 2001.
Semua partai oposisi PAP masih kewalahan untuk bersaing di kancah politik. Partai Buruh (WP) juga mengakui itu. WP bahkan harus jatuh-bangun untuk mendapatkan jabatan tinggi di Singapura. Walaupun begitu, tanggung jawab tetap merata. PAP bahkan mengakui tugas yang dipikul jajaran atas tidaklah ringan. Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Meski Singapura sudah menjadi salah satu negara terbersih dari korupsi, persinggungan bukan berarti tidak pernah ada.
Bak penyakit, masalah politik mudah datang dan sulit pergi. Sampai sekarang beberapa golongan masih menuntut ada sistem politik yang lebih plural mengingat keluarga Lee begitu mendominasi. Selain itu, rakyat Singapura juga mulai merasakan ada ketimpangan sosial. ”Pemerintah bertarung dengan penentuan arah kebijakan baru yang akan mampu memengaruhi seluruh rakyat Singapura,” ungkap Bob Broadfoot, direkturmanajerKantorPolitical & Economic Risk Consultancy yang berbasis di Hong Kong, dikutip Financial Times.
Dalam lembar ucapan duka, WP juga mengatakan, Singapura kini akan menjelajah dunia tanpa sang Singa. ”Kematian Lee Kuan Yew menandai berakhirnya era bersejarah Singapura,” bunyi pernyataan WP. Ungkapan itu secara tidak langsung mengkritisi sosok Lee Hsien Loong yang tidak mewarisi karisma dan jiwa kepemimpinan ayahnya.
Namun, Lee Hsien Loong memiliki kelebihan tersendiri. Dengan gaya komunikasi ala konsultan, dia menjadi pemimpin yang terbuka. Di jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook, politisi berusia 63 tahun itu tak jarang berdiskusi dan berdialog dengan masyarakat. Keterbukaan itu tersuntik dari pendahulunya, Goh Chok Tong. Sepanjang kepemimpinan Lee Kuan Yew, produk domestik bruto (PDB) Singapura dilaporkan meningkat 30 kali lipat.
Kapal-kapal besar asing yang merapat membawa kemakmuran kepada Singapura dan sebaliknya. Pelabuhan itu menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di dunia karena Singapura juga menjadi rumah kilang minyak terbesar ketujuh. Masyarakat Singapura mengatakan banyak warga asing yang datang ke Singapura untuk membeli barang pada 1970-an dan 1980-an karena harganya lebih murah daripada di Bangkok, Thailand.
Dewasa ini Singapura termasuk negara termahal di dunia. Mercer bahkan menempatkan Singapura di urutan keempat di atas Zurich dan Jenewa. The Economist Intelligence Unit (EIU), yang melakukan survei terhadap 133 negara, juga menyebut Singapura sebagai kota termahal di dunia pada 2014. Namun, kemajuan itu juga berdampak buruk. Sebesar 1/3 Singapura kini dipadati warga asing.
Jumlah warga Singapura mencapai 3,3 juta dan 527.000 lainnya berstatus permanen residen (PR). Dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat dan berisiko menimbulkan pengangguran, tekanan terhadap pemerintah semakin meningkat. Sebut saja perluasan lapangan pekerjaan, penyetaraan pelayanan, dan pemerataan perumahan. Sejak 1986-2014 angka pengangguran di Singapura hanya mencapai 2,49%.
Pada beberapa tahun belakangan masyarakat Singapura melakukan protes secara tidak langsung mengenai pembebasan imigrasi. Mereka menuduh warga asing mencuri pekerjaan dan menciptakan kenaikan harga properti. Kebijakan pemerintah untuk melipatgandakan populasi menjadi sekitar 55% pada 2030 juga ditentang masyarakat. ”Katakan Tidak pada pembeludakan populasi di Singapura,” bunyi kampanye kelompok aktivis Singapura di Facebook.
Sebagai respons, Lee Hsien Loong menjepit angka pekerja asing. Namun, kebijakan itu berdampak pada pengusaha menengah ke bawah, terutama bisnis makanan, konstruksi, dan jas. Di antara mereka ada yang gulung tikar. ”Bagi Singapura yang menjadi negara dengan PDB tertinggi di Asia, tugas ini tidak mudah. Mereka perlu mempertahankan pertumbuhan produksi untuk menyeimbangi peningkatan pengeluaran sambil membatasi gaji buruh,” kata pakar ekonomi Rajiv Biswas.
”Masa depan Singapura bergantung pada transformasi ekonomi negara,” tambahnya. Lee Hsien Loong belum memberikan respons mengenai itu. Dia masih dalam suasana duka. Selasa (24/3) lalu Lee Hsien Loong dan istrinya, Ho Ching, sempat berhenti di depan gerbang Istana saat warga Singapura mengantre memberikan penghormatan kepada Lee Kuan Yew.
Dia berbincang dengan beberapa warga yang ada di sana. ”Tegarlah Tuan Lee!” teriak beberapa orang. ”Terima kasih!” jawab Lee Hsien Loong. Kepala negara Singapura itu menghabiskan waktu sekitar 10 menit untuk melihat pesan, kartu ucapan, dan bunga yang disimpan warga Singapura di tempat yang sudah disediakan.
Muh shamil
Putra Lee Kuan Yew tersebut dituntut untuk membenahi sektor imigrasi, mengurangi ketimpangan politik, dan menjaga stabilitas ekonomi negara. Lelaki yang pernah memegang jabatan di Kementerian Keuangan dan Otoritas Moneter Singapura itu terpilih menjadi PM sejak 2004. Selama hampir 11 tahun, dia memimpin dan menjaga nama baik Singapura di mata internasional.
Namun, tantangan yang dia hadapi cukup rumit dan mengancam kualitas warisan ayahnya tersebut. Masa depan partai pemerintah Partai Aksi Masyarakat (PAP) juga ikut dipertaruhkan setelah beberapa dekade mendominasi perpolitikan Singapura. Itu akan terefleksi dalam persentase dukungan masyarakat terhadap PAP pada tahun mendatang.
Dalam lima dekade terakhir, PAP selalu memenangi pemilu meski pamornya anjlok. Berdasarkan laporan The Financial Express , popularitas PAP pada pemilu 2011 mencapai titik terendah sejak hari kemerdekaan yakni sebesar 60,1%. Namun, PAP berhasil merebut 81 kursi dari total 87 kursi. Titik terendah PAP sebelumnya hanya pernah terjadi pada 1991 yakni sebesar 61% yang kemudian naik lagi menjadi 75,3% pada 2001.
Semua partai oposisi PAP masih kewalahan untuk bersaing di kancah politik. Partai Buruh (WP) juga mengakui itu. WP bahkan harus jatuh-bangun untuk mendapatkan jabatan tinggi di Singapura. Walaupun begitu, tanggung jawab tetap merata. PAP bahkan mengakui tugas yang dipikul jajaran atas tidaklah ringan. Pernyataan itu bukan tanpa alasan. Meski Singapura sudah menjadi salah satu negara terbersih dari korupsi, persinggungan bukan berarti tidak pernah ada.
Bak penyakit, masalah politik mudah datang dan sulit pergi. Sampai sekarang beberapa golongan masih menuntut ada sistem politik yang lebih plural mengingat keluarga Lee begitu mendominasi. Selain itu, rakyat Singapura juga mulai merasakan ada ketimpangan sosial. ”Pemerintah bertarung dengan penentuan arah kebijakan baru yang akan mampu memengaruhi seluruh rakyat Singapura,” ungkap Bob Broadfoot, direkturmanajerKantorPolitical & Economic Risk Consultancy yang berbasis di Hong Kong, dikutip Financial Times.
Dalam lembar ucapan duka, WP juga mengatakan, Singapura kini akan menjelajah dunia tanpa sang Singa. ”Kematian Lee Kuan Yew menandai berakhirnya era bersejarah Singapura,” bunyi pernyataan WP. Ungkapan itu secara tidak langsung mengkritisi sosok Lee Hsien Loong yang tidak mewarisi karisma dan jiwa kepemimpinan ayahnya.
Namun, Lee Hsien Loong memiliki kelebihan tersendiri. Dengan gaya komunikasi ala konsultan, dia menjadi pemimpin yang terbuka. Di jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook, politisi berusia 63 tahun itu tak jarang berdiskusi dan berdialog dengan masyarakat. Keterbukaan itu tersuntik dari pendahulunya, Goh Chok Tong. Sepanjang kepemimpinan Lee Kuan Yew, produk domestik bruto (PDB) Singapura dilaporkan meningkat 30 kali lipat.
Kapal-kapal besar asing yang merapat membawa kemakmuran kepada Singapura dan sebaliknya. Pelabuhan itu menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di dunia karena Singapura juga menjadi rumah kilang minyak terbesar ketujuh. Masyarakat Singapura mengatakan banyak warga asing yang datang ke Singapura untuk membeli barang pada 1970-an dan 1980-an karena harganya lebih murah daripada di Bangkok, Thailand.
Dewasa ini Singapura termasuk negara termahal di dunia. Mercer bahkan menempatkan Singapura di urutan keempat di atas Zurich dan Jenewa. The Economist Intelligence Unit (EIU), yang melakukan survei terhadap 133 negara, juga menyebut Singapura sebagai kota termahal di dunia pada 2014. Namun, kemajuan itu juga berdampak buruk. Sebesar 1/3 Singapura kini dipadati warga asing.
Jumlah warga Singapura mencapai 3,3 juta dan 527.000 lainnya berstatus permanen residen (PR). Dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat dan berisiko menimbulkan pengangguran, tekanan terhadap pemerintah semakin meningkat. Sebut saja perluasan lapangan pekerjaan, penyetaraan pelayanan, dan pemerataan perumahan. Sejak 1986-2014 angka pengangguran di Singapura hanya mencapai 2,49%.
Pada beberapa tahun belakangan masyarakat Singapura melakukan protes secara tidak langsung mengenai pembebasan imigrasi. Mereka menuduh warga asing mencuri pekerjaan dan menciptakan kenaikan harga properti. Kebijakan pemerintah untuk melipatgandakan populasi menjadi sekitar 55% pada 2030 juga ditentang masyarakat. ”Katakan Tidak pada pembeludakan populasi di Singapura,” bunyi kampanye kelompok aktivis Singapura di Facebook.
Sebagai respons, Lee Hsien Loong menjepit angka pekerja asing. Namun, kebijakan itu berdampak pada pengusaha menengah ke bawah, terutama bisnis makanan, konstruksi, dan jas. Di antara mereka ada yang gulung tikar. ”Bagi Singapura yang menjadi negara dengan PDB tertinggi di Asia, tugas ini tidak mudah. Mereka perlu mempertahankan pertumbuhan produksi untuk menyeimbangi peningkatan pengeluaran sambil membatasi gaji buruh,” kata pakar ekonomi Rajiv Biswas.
”Masa depan Singapura bergantung pada transformasi ekonomi negara,” tambahnya. Lee Hsien Loong belum memberikan respons mengenai itu. Dia masih dalam suasana duka. Selasa (24/3) lalu Lee Hsien Loong dan istrinya, Ho Ching, sempat berhenti di depan gerbang Istana saat warga Singapura mengantre memberikan penghormatan kepada Lee Kuan Yew.
Dia berbincang dengan beberapa warga yang ada di sana. ”Tegarlah Tuan Lee!” teriak beberapa orang. ”Terima kasih!” jawab Lee Hsien Loong. Kepala negara Singapura itu menghabiskan waktu sekitar 10 menit untuk melihat pesan, kartu ucapan, dan bunga yang disimpan warga Singapura di tempat yang sudah disediakan.
Muh shamil
(bbg)