Aksi Kejahatan Bergeser Siang-Sore
A
A
A
JAKARTA - Jam rawan kejahatan di DKI Jakarta dan sekitarnya bergeser dari malam ke siang hari. Peningkatan patroli skala besar oleh polisi membuat pelaku kejahatan memindahkan waktu aksinya.
Para pelaku biasanya mengincar korban yang membawa uang dalam jumlah banyak atau nasabah yang baru mengambil uang di bank. Mereka berani bergerak di tengah keramaian pada siang hari karena pada malam hari ruang gerak mereka dipersempit dengan razia atau patroli kepolisian.
”Pelaku banyak main siang sampai malam hari. Maka itu, patroli diintensifkan tidak hanya malam hari, tapi juga siang hari,” kata Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya Kombes Pol Daniel Pasaribu kemarin. Patroli pada siang hari dilakukan anggota polres dan polsek. ”Prapatroli itu pukul 13.00 WIB sampai magrib. Itu 500 personel setiap hari di semua polres. Khusus polres, selain siang pada malam hari juga melaksanakan patroli lagi. Ini sebagai upaya meminimalisasi kejahatan di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, ada tiga jenis patroli mulai dari patroli biasa, skala sedang, hingga skala besar. Patroli biasa itu lebih kepada patroli dialogis oleh fungsi Sabhara. Misalnya ada kumpulan kegiatan masyarakat, di situ mereka berhenti dan berkomunikasi dengan masyarakat secara langsung.
Untuk patroli skala sedang dilaksanakan anggota Polri di tingkat polres dan menggunakan peralatan sesuai anggota yang melakukan patroli. ”Misalnya kalau Sabhara pakai kendaraan Sabhara, jika patroli lalu lintas dilakukan dengan kendaraan lalu lintas,” kata Daniel. Berbeda dengan patroli biasa dan skala sedang, patroli skala besar melibatkan Satuan Sabhara, Satuan Brimob, Satuan Reserse, Satuan Intelijen, Satuan Lalu Lintas, serta unsur POM TNI.
”Itu biasanya dilanjutkan razia. Razianya fokus pemeriksaan senjata tajam, senjata api, bahan peledak, dan narkoba termasuk kalau ditemukan kendaraan tanpa STNK perlu dicurigai. Itu kita periksa,” sebutnya.
Dalam patroli skala besar, masyarakat yang membawa sepeda motor kemudian saat dirazia tidak menunjukkan STNK tidak akan ditilang. ”Kalau dia katakan STNK-nya ketinggalan di rumah nanti kita minta orang rumahnya membawa STNK dan menunjukkannya ke polisi. Jadi tidak perlu khawatir. Bila dia tidak bisa menunjukkan surat-surat, ya kita tahan dan akan ditingkatkan ke penyelidikan karena dicurigai hasil kejahatan,” paparnya.
Untuk wilayah rawan kejahatan, kata Daniel, Jakarta Pusat menduduki wilayah yang paling rawan, disusul Tangerang dan Jakarta Timur. ”Itu secara keseluruhan dari hasil evaluasi Mabes Polri, namun menurut data Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat itu ranking keenam wilayah rawan,” katanya.
Menurut dia, kasus kejahatan yang menonjol saat ini yakni begal, tapi secara kuantitas tidak terlalu banyak. ”Secara kualitas memang begal ini menimbulkan keresahan masyarakat. Namun, secara umum angka kriminalitas khususnya pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan, serta pencurian kendaraan bermotor cenderung turun dibandingkan Januari-Februari lalu,” ungkap Daniel.
Dia pun mengimbau masyarakat tetap waspada. Hindari membawa barang-barang yang dapat menarik perhatian pelaku kejahatan. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono meminta anggotanya mengoptimalkan pos pantau di titik-titik rawan dengan menempatkan tiga satuan fungsi yakni Polisi Lalu Lintas, Sabhara, dan Brimob. ”Sehingga pos pantau ini tidak hanya mengurai kemacetan, tapi juga mencegah aksi kriminalitas,” ucapnya.
Menurut kriminolog Universitas Indonesia (UI) Muhammad Mustofa, sebenarnya kunci untuk menekan tindak kriminal cukup sederhana. Pemerintah dan stakeholder harus bisa merawat sekaligus mengawasi sebuah kota. Jika sudah terlihat tertata, menandakan kota itu berpenghuni. Dengan demikian, ada rasa sungkan bagi pelaku kriminal untuk beraksi. Cara ini sudah terbukti efektif di luar negeri.
Dia mengakui tindak kriminal tidak pernah bisa sampai titik nol. Hanya, upaya mengurangi yang bisa dilakukan. ”Caranya dengan pengawasan dan perawatan. Patroli rutin jangan sampai kendur. Kemudian kota ditata dengan baik,” ungkapnya.
Di bagian lain, kemarin Polres Jakarta Timur menangkap pelaku perampokan yang menyasar karyawan SPBU di Ciracas, Jakarta Timur. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, dua orang yang ditangkap terkait kasus perampasan tas berisi uang SPBU yang dibawa karyawannya. Dua pelaku diringkus di Jatinegara, Jakarta Timur.
Seperti diberitakan, para pelaku menggasak tas berisi Rp250 juta yang dibawa Mulya, 30. Saat kejadian, korban yang mengendarai motor Honda Supra X di Jalan Taruna Jaya, Ciracas, dipepet pelaku yang diperkirakan berjumlah empat orang dengan mengendarai sepeda motor.
Salah satu pelaku merebut tas. Korban mencoba mempertahankan tas tersebut, namun pelaku lain membacok korban hingga mengenai kepalanya. Tak hanya itu, pelaku menembak perut korban.
Helmi syarif/ R ratna purnama
Para pelaku biasanya mengincar korban yang membawa uang dalam jumlah banyak atau nasabah yang baru mengambil uang di bank. Mereka berani bergerak di tengah keramaian pada siang hari karena pada malam hari ruang gerak mereka dipersempit dengan razia atau patroli kepolisian.
”Pelaku banyak main siang sampai malam hari. Maka itu, patroli diintensifkan tidak hanya malam hari, tapi juga siang hari,” kata Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya Kombes Pol Daniel Pasaribu kemarin. Patroli pada siang hari dilakukan anggota polres dan polsek. ”Prapatroli itu pukul 13.00 WIB sampai magrib. Itu 500 personel setiap hari di semua polres. Khusus polres, selain siang pada malam hari juga melaksanakan patroli lagi. Ini sebagai upaya meminimalisasi kejahatan di tengah masyarakat,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, ada tiga jenis patroli mulai dari patroli biasa, skala sedang, hingga skala besar. Patroli biasa itu lebih kepada patroli dialogis oleh fungsi Sabhara. Misalnya ada kumpulan kegiatan masyarakat, di situ mereka berhenti dan berkomunikasi dengan masyarakat secara langsung.
Untuk patroli skala sedang dilaksanakan anggota Polri di tingkat polres dan menggunakan peralatan sesuai anggota yang melakukan patroli. ”Misalnya kalau Sabhara pakai kendaraan Sabhara, jika patroli lalu lintas dilakukan dengan kendaraan lalu lintas,” kata Daniel. Berbeda dengan patroli biasa dan skala sedang, patroli skala besar melibatkan Satuan Sabhara, Satuan Brimob, Satuan Reserse, Satuan Intelijen, Satuan Lalu Lintas, serta unsur POM TNI.
”Itu biasanya dilanjutkan razia. Razianya fokus pemeriksaan senjata tajam, senjata api, bahan peledak, dan narkoba termasuk kalau ditemukan kendaraan tanpa STNK perlu dicurigai. Itu kita periksa,” sebutnya.
Dalam patroli skala besar, masyarakat yang membawa sepeda motor kemudian saat dirazia tidak menunjukkan STNK tidak akan ditilang. ”Kalau dia katakan STNK-nya ketinggalan di rumah nanti kita minta orang rumahnya membawa STNK dan menunjukkannya ke polisi. Jadi tidak perlu khawatir. Bila dia tidak bisa menunjukkan surat-surat, ya kita tahan dan akan ditingkatkan ke penyelidikan karena dicurigai hasil kejahatan,” paparnya.
Untuk wilayah rawan kejahatan, kata Daniel, Jakarta Pusat menduduki wilayah yang paling rawan, disusul Tangerang dan Jakarta Timur. ”Itu secara keseluruhan dari hasil evaluasi Mabes Polri, namun menurut data Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat itu ranking keenam wilayah rawan,” katanya.
Menurut dia, kasus kejahatan yang menonjol saat ini yakni begal, tapi secara kuantitas tidak terlalu banyak. ”Secara kualitas memang begal ini menimbulkan keresahan masyarakat. Namun, secara umum angka kriminalitas khususnya pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan, serta pencurian kendaraan bermotor cenderung turun dibandingkan Januari-Februari lalu,” ungkap Daniel.
Dia pun mengimbau masyarakat tetap waspada. Hindari membawa barang-barang yang dapat menarik perhatian pelaku kejahatan. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Unggung Cahyono meminta anggotanya mengoptimalkan pos pantau di titik-titik rawan dengan menempatkan tiga satuan fungsi yakni Polisi Lalu Lintas, Sabhara, dan Brimob. ”Sehingga pos pantau ini tidak hanya mengurai kemacetan, tapi juga mencegah aksi kriminalitas,” ucapnya.
Menurut kriminolog Universitas Indonesia (UI) Muhammad Mustofa, sebenarnya kunci untuk menekan tindak kriminal cukup sederhana. Pemerintah dan stakeholder harus bisa merawat sekaligus mengawasi sebuah kota. Jika sudah terlihat tertata, menandakan kota itu berpenghuni. Dengan demikian, ada rasa sungkan bagi pelaku kriminal untuk beraksi. Cara ini sudah terbukti efektif di luar negeri.
Dia mengakui tindak kriminal tidak pernah bisa sampai titik nol. Hanya, upaya mengurangi yang bisa dilakukan. ”Caranya dengan pengawasan dan perawatan. Patroli rutin jangan sampai kendur. Kemudian kota ditata dengan baik,” ungkapnya.
Di bagian lain, kemarin Polres Jakarta Timur menangkap pelaku perampokan yang menyasar karyawan SPBU di Ciracas, Jakarta Timur. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul mengatakan, dua orang yang ditangkap terkait kasus perampasan tas berisi uang SPBU yang dibawa karyawannya. Dua pelaku diringkus di Jatinegara, Jakarta Timur.
Seperti diberitakan, para pelaku menggasak tas berisi Rp250 juta yang dibawa Mulya, 30. Saat kejadian, korban yang mengendarai motor Honda Supra X di Jalan Taruna Jaya, Ciracas, dipepet pelaku yang diperkirakan berjumlah empat orang dengan mengendarai sepeda motor.
Salah satu pelaku merebut tas. Korban mencoba mempertahankan tas tersebut, namun pelaku lain membacok korban hingga mengenai kepalanya. Tak hanya itu, pelaku menembak perut korban.
Helmi syarif/ R ratna purnama
(ftr)