Kuliner Khas Tasik Populer di Malang

Minggu, 22 Maret 2015 - 10:00 WIB
Kuliner Khas Tasik Populer...
Kuliner Khas Tasik Populer di Malang
A A A
Awalnya, sekitar sepuluh tahun lalu, bubur ayam ini dijual dengan gerobak dorong yang mangkal di pinggir jalan.

Kelezatannya yang khas dengan resep bumbu rahasia membuat cita rasa gurih-manisnya begitu pas dengan aroma yang menggoda selera. Tak ayal, bubur ayam ini cepat meraih pelanggan setia. Bubur ayam pun kini sudah menjadi menu favorit masyarakat Malang setelah nasi pecel atau nasi rawon.

Bumbu khas juga menjadi kekuatan rasa sate ampela-ati, sate usus, dan telur puyuh yang menjadi pendamping setiap porsi bubur ayam yang disajikan lengkap dengan telur ayam kampung setengah matang plus kerupuk ini. Telur setengah matang tersembunyi di dasar mangkuk di balik lapisan bubur dan muncul ketika buburnya diaduk. Perbincangan dari mulut ke mulut pun menjadikan pelanggan Bubur Ayam Abah Odil terus meningkat.

Saat ini Bubur Ayam Istimewa Tasikmalaya Abah Odil telah memiliki lima gerai di Malang Raya dengan pusatnya di Ruko Griya Shanta Eksekutif MP-48 Jalan Soekarno-Hatta, tepat di seberang Taman Krida Budaya Jawa Timur. Dua dari kelima gerai ini sudah dikelola anak-anaknya.

Meski sudah menempati ruko, Abah Odil tetap menghadirkan suasana khas warung yang sederhana dengan harga yang juga sangat ekonomis. Menurut Ate Rushendi, 60, sang pendiri sekaligus pemilik, pihaknya sengaja menghidangkan setiap porsi bubur ayam belum dengan kecap manis, kecapasin, merica, dan sambal.

Mang Ate, sapaan Ate Rushendi, hanya menyediakan botol-botol dan sambal dalam mangkuk kecil di atas meja agar para pembeli dapat membubuhkan tambahan rasa tersebut sesuai selera masing-masing. ”Isi di setiap mangkuk cukup bubur dengan taburan suwiran daging ayam goreng, daun bawang cincang, tongcai, irisan cakwe, bawang goreng, dan seledri. Orisinalitas rasa bubur ayam kami adalah ketika mangkuknya baru saja ditaruh di meja pelanggandenganasapputihyangmengepul,” tuturnya.

Hal ini sesuai dengan moto yang terpampang di setiap gerobak Bubur Ayam Abah Odil: ”Rasa bicara sejak suapan pertama”. Mang Ate mengungkapkan, rahasia kelezatan bubur ayamnya berasal dari resep tradisional turun-temurun leluhurnya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Resep tersebut dikembangkannya kemudian disesuaikan dengan lidah masyarakat Jawa Timur.

Abah Odil menyediakan empat paket sajian yang bisa dipilih pengunjung. Paket1: bubur ayam istimewa; Paket 2: bubur ayam spesial ampela ati; Paket 3: bubur ayam super, ampela ati, telur ayam kampung setengah matang; dan Paket 4: bubur ayam jumbo. Semua didampingi secangkir teh tawar yang bisa diisi ulang. Tersedia juga pilihan minuman tradisional lainnya seperti wedang bajigur, bandrek, dan bandrek susu.

Selain keunggulan rasa, keramahan para pelayan dan kecepatan penyajian di setiap gerainya juga menjadi kekuatan khas Bubur Ayam Abah Odil. Mang Ate menjamin setiap pengunjung yang datang tidak akan menanti lama untuk bisa menikmati bubur ayamnya. ”Saya menanamkan kepada semua karyawan agar setiap pengunjung Abah Odil terkesan dengan keramahan dan suasana yang tulus dan hangat,” tutur Mang Ate.

Bagi Mang Ate, ketulusan menjadi fondasi dan filosofinya dalam melayani konsumen. Ini tak lepas dari perjuangan jatuh bangunnya dalam membangun usaha. Berkali-kali kegagalan dialaminya setelah memutuskan tidak lagi menjadi karyawan yang nasibnya berada di tangan atasan meski sudah masuk zona mapan. ”Saya dan keluarga pernah berada di titik terendah. Dari pengalaman hidup itu, kita belajar bahwa kunci sukses hidup itu adalah kejujuran, ketulusan, kesungguhan, dan doa,” ungkap ayah empat anak ini.

Dengan dasar ketulusan, maka Abah Odil berupaya keras agar dapat selalu memberikan yang terbaik bagi para penikmat bubur ayam. ”Penikmat bubur ayam harus mendapatkan cita rasa bubur ayam yang sebenar-benarnya. Itu yang harus selalu dijaga,” kata Mang Ate.

Kenapa pilihan usahanya bubur ayam? ”Dulu di Malang ini saya susah sekali mencari sarapan bubur ayam. Dari sana tebersit saja, kenapa tidak membuka warung bubur ayam. Pesaing masih sedikit. Tapi, ujiannya besar karena bubur ayam belum menjadi makanan favorit disini. Pasarnya kecil. Bagi saya, Ini gerakan revolusi kuliner bagi Malang. Saya harus meracik bubur ayam terlezat yang pernah ada. Alhamdulillah hasilnya menggembirakan,” ceritanya.

Pada tahun pertama dibuka, dengan modal satu gerobak dorong, Abah Odil sudah berhasil membukukan omzet Rp100 juta. Tahun lalu omzet gerai pusatnya saja telah mencapai Rp1,4 miliar. Di sana rata-rata terjual 300-400 porsi per hari dengan harga per porsi Rp11.000.

Yuswantoro
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1304 seconds (0.1#10.140)