China-Jepang Ukir Babak Baru
A
A
A
TOKYO - China dan Jepang sepakat mendorong pemulihan hubungan yang sempat terganggu akibat sejarah kelam agresi militer Jepang dan sengketa maritim, khususnya Laut China Timur.
Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di dunia, China-Jepang tidak ingin masa lalu menjadi penghambat persahabatan dan pembangunan di Asia. Asisten Menteri Luar Negeri (Menlu) China Liu Jianchao mengatakan, negaranya tidak mungkin melupakan sejarah. Namun, China juga harus tetap menyongsong masa depan.
Kesepakatan untuk memulai babak baru tersebut tercetus dalam perundingan keamanan yang pertama kali digelar dalam empat tahun terakhir yang berlangsung selama dua hari, mulai Kamis (19/3) dan berakhir kemarin. Hubungan bilateral China- Jepang dihadapkan pada berbagai tantangan.
Saat ini China- Jepang berusaha menyingkirkan ego dari sejarah Perang Dunia Kedua. Namun, dua negara beberapa kali hampir terjebak perselisihan mengenai sengketa beberapa pulau kecil dan perairan di Laut China Timur. Jepang telah mengendalikan pulau tak berpenduduk itu, namun China mengatakan memiliki klaim di beberapa bagian Laut China Timur.
Kapal patroli dan jet tempur milik dua negara sering berpapasan satu sama lain. Itu menimbulkan kekhawatiran akan terjadi “tabrakan” yang dapat memicu konflik. Apalagi, tahun ini China- Jepang sama-sama meningkatkan anggaran militer. China mengucurkan dana lebih besar 10,1% dari anggaran tahun lalu USD129,4 miliar, sedangkan Jepang sebesar USD42 miliar.
Dua negara dilaporkan akan membeli peralatan militer baru di samping memperbaiki yang sudah ada. Perdana Menteri(PM) Jepang Shinzo Abe telah melonggarkan kekangan konstitusi Pasifik. Langkah itu sempat membuat China geram karena akan membuka peluang konflik.
Di bawah konstitusi Pasifik, ruang gerak militer Jepang terbatas. Jepang disumpah tidak boleh menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. November lalu Abe mengadakan pertemuan resmi dengan Presiden China Xi Jinping. Xi menyambut baik pertemuan itu karena menjadi langkah awal untuk memperbaiki hubungan.
Saat itu dua kepala negara sepakat melaksanakan mekanisme manajemen bilateral yang sempat mengalami krisis. Xi dan Abe juga sepakat membangun hotline antarpejabat Kementerian Pertahanan, awak kapal, dan pilot pesawat saat akan melakukan patroli di Laut China Timur. Mereka diharapkan dapat lebih transparan sebelum memasuki Laut China Timur.
Dengan demikian, bentrokan diyakini akan bisa terhindar. “China-Jepang senada bahwa air pasang mulai surut. Hubungan antardua negara menjadi lebih baik setelah pertemuan ini,” kata pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Jepang kepada wartawan kemarin, dikutip Reuters .
“Dua negara juga sepakat meneruskan pertemuan dan langkah-langkah positif semacam ini,” sambungnya. Sementara itu, Kemenlu China juga berharap Jepang akan terus berkooperasi dalam membangun perdamaian di Asia meski mengkritik langkah Jepang dalam melonggarkan konstitusi Pasifik.
Pertemuan seperti ini membantu meningkatkan hubungan dan membuka jalan akan terbentuknya konferensi tingkat tinggi (KTT). Peningkatan dialog dinilai para ahli hubungan internasional dapat mengurangi kecemasan, khususnya bagi Jepang yang penasaran mengenai anggaran militer China. Sebaliknya, Abe juga semakin leluasa dalam menyampaikan permintaan maaf kepada China mengenai invasi Jepang pada era Perang Dunia Kedua.
“Dapat dikatakan bahwa hubungan Jepang-China tampaknya sudah berkembang secara bertahap ke arah yang positif,” kata Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Jepang Shinsuke Sugiyama.
Muh shamil
Sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di dunia, China-Jepang tidak ingin masa lalu menjadi penghambat persahabatan dan pembangunan di Asia. Asisten Menteri Luar Negeri (Menlu) China Liu Jianchao mengatakan, negaranya tidak mungkin melupakan sejarah. Namun, China juga harus tetap menyongsong masa depan.
Kesepakatan untuk memulai babak baru tersebut tercetus dalam perundingan keamanan yang pertama kali digelar dalam empat tahun terakhir yang berlangsung selama dua hari, mulai Kamis (19/3) dan berakhir kemarin. Hubungan bilateral China- Jepang dihadapkan pada berbagai tantangan.
Saat ini China- Jepang berusaha menyingkirkan ego dari sejarah Perang Dunia Kedua. Namun, dua negara beberapa kali hampir terjebak perselisihan mengenai sengketa beberapa pulau kecil dan perairan di Laut China Timur. Jepang telah mengendalikan pulau tak berpenduduk itu, namun China mengatakan memiliki klaim di beberapa bagian Laut China Timur.
Kapal patroli dan jet tempur milik dua negara sering berpapasan satu sama lain. Itu menimbulkan kekhawatiran akan terjadi “tabrakan” yang dapat memicu konflik. Apalagi, tahun ini China- Jepang sama-sama meningkatkan anggaran militer. China mengucurkan dana lebih besar 10,1% dari anggaran tahun lalu USD129,4 miliar, sedangkan Jepang sebesar USD42 miliar.
Dua negara dilaporkan akan membeli peralatan militer baru di samping memperbaiki yang sudah ada. Perdana Menteri(PM) Jepang Shinzo Abe telah melonggarkan kekangan konstitusi Pasifik. Langkah itu sempat membuat China geram karena akan membuka peluang konflik.
Di bawah konstitusi Pasifik, ruang gerak militer Jepang terbatas. Jepang disumpah tidak boleh menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. November lalu Abe mengadakan pertemuan resmi dengan Presiden China Xi Jinping. Xi menyambut baik pertemuan itu karena menjadi langkah awal untuk memperbaiki hubungan.
Saat itu dua kepala negara sepakat melaksanakan mekanisme manajemen bilateral yang sempat mengalami krisis. Xi dan Abe juga sepakat membangun hotline antarpejabat Kementerian Pertahanan, awak kapal, dan pilot pesawat saat akan melakukan patroli di Laut China Timur. Mereka diharapkan dapat lebih transparan sebelum memasuki Laut China Timur.
Dengan demikian, bentrokan diyakini akan bisa terhindar. “China-Jepang senada bahwa air pasang mulai surut. Hubungan antardua negara menjadi lebih baik setelah pertemuan ini,” kata pejabat Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Jepang kepada wartawan kemarin, dikutip Reuters .
“Dua negara juga sepakat meneruskan pertemuan dan langkah-langkah positif semacam ini,” sambungnya. Sementara itu, Kemenlu China juga berharap Jepang akan terus berkooperasi dalam membangun perdamaian di Asia meski mengkritik langkah Jepang dalam melonggarkan konstitusi Pasifik.
Pertemuan seperti ini membantu meningkatkan hubungan dan membuka jalan akan terbentuknya konferensi tingkat tinggi (KTT). Peningkatan dialog dinilai para ahli hubungan internasional dapat mengurangi kecemasan, khususnya bagi Jepang yang penasaran mengenai anggaran militer China. Sebaliknya, Abe juga semakin leluasa dalam menyampaikan permintaan maaf kepada China mengenai invasi Jepang pada era Perang Dunia Kedua.
“Dapat dikatakan bahwa hubungan Jepang-China tampaknya sudah berkembang secara bertahap ke arah yang positif,” kata Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Jepang Shinsuke Sugiyama.
Muh shamil
(ftr)