Bantuan Makanan Mulai Disalurkan ke Wilayah Terpencil
A
A
A
PORT VILA - Lembaga bantuan internasional berupaya keras mengirimkan pasokan makanan ke daerah terpencil di Republik Vanuatu, setelah negara dengan 80 pulau itu porakporanda diterjang Siklon Pam pada Jumat dan Sabtu lalu.
Sebagian warga Vanuatu terancam kelaparan karena lahan perkebunan, pertaninan, dan perahu mereka rusak diterjang badai. Selain itu, warga di beberapa pulau juga terancam terkena penyakit. Organisasi Perlindungan Anak Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNICEF) mengampanyekan pencegahan campak di Vanuatu. Di sana, anak-anak rawan terkena infeksi virus menular tersebut karena tingkat imunisasinya masih rendah. Lebih dari dua pertiga wilayah Vanuatu hancur.
Petugas dari lembaga bantuan internasional juga tidak bisa langsung mendarat di wilayah terpencil. Selain bandaranya tidak kondusif untuk dipakai pendaratan pesawat, hingga kemarin Siklon Pam masih terus berhembus dengan kecepatan lebih dari 300 kilometer per jam. PBB menyatakan jumlah korban tewas mencapai 11 orang. Namun, banyak otoritas terkait yang menduga jumlah itu masih bisa berubah sesuai dengan hasil pemeriksaan korban di pulau terpencil.
Pada Selasa (17/3), pemerintah Swedia mengonfirmasi satu warga mereka menjadi korban tewas dalam daftar PBB. Kepala Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Pasifik Sune Gudnitz mengatakan, pasokan makanan di wilayah terpencil menjadi permasalahan yang pelik. ”Tantangan untuk mengevakuasi korban atau mengirimkan makanan sungguh berat. Kami ingin membantu mereka secepat mungkin,” ujar Gudnitz, dikutip Reuters.
Kemarin dua pesawat C130 yang membawa alat transportasi darat dan perlengkapan darurat siap terbang di Bandara Port Villa. Program Pangan Dunia PBB mengatakan pihaknya bekerja sama dengan lembaga bantuan internasional untuk mendistribusikan makanan. Saat ini, kegiatan pariwisata di Vanuatu juga dihentikan sementara tanpa ada batas. Tanna, wilayah terdampak yang paling parah, menjadi perhatian utama lembaga bantuan internasional sebab di sana, banyak rumah, hutan, dan gedung yang hancur.
Namun, sebagian besar penduduk Tanna berhasil bertahan hidup. Ropate Vuso, 67, warga Tanna, mengatakan, penduduk berbondong-bondong pergi berlindung di bangunan sekolah. ”Tapi sekarang kami kekurangan makanan, air bersih, dan listrik. Komunikasi ke luar pulau dari sini juga putus. Kami menunggu bantuan dari pemerintah,” katanya. Di Tanna, sekitar lima orang meninggal. Hanna Butler dari Palang Merah Selandia Baru mengatakan, warga Tanna memerlukan bantuan jangka panjang. ”Mereka hidup dari hasil perkebunan,” tuturnya.
Menurut Butler, kerusakan di Futuna juga parah. Vanuatu adalah salah satu negara termiskin di dunia. Penduduknya mencapai 260.000 jiwa. Vanuatu berada di wilayah Ring of Fire sehingga tidak heran jika negara yang berada sekitar 2.000 kilometer dari Australia itu sering mengalami gempa bumi, tsunami, badai, dan letusan gunung api.
Muh shamil
Sebagian warga Vanuatu terancam kelaparan karena lahan perkebunan, pertaninan, dan perahu mereka rusak diterjang badai. Selain itu, warga di beberapa pulau juga terancam terkena penyakit. Organisasi Perlindungan Anak Perserikatan Bangsa- Bangsa (UNICEF) mengampanyekan pencegahan campak di Vanuatu. Di sana, anak-anak rawan terkena infeksi virus menular tersebut karena tingkat imunisasinya masih rendah. Lebih dari dua pertiga wilayah Vanuatu hancur.
Petugas dari lembaga bantuan internasional juga tidak bisa langsung mendarat di wilayah terpencil. Selain bandaranya tidak kondusif untuk dipakai pendaratan pesawat, hingga kemarin Siklon Pam masih terus berhembus dengan kecepatan lebih dari 300 kilometer per jam. PBB menyatakan jumlah korban tewas mencapai 11 orang. Namun, banyak otoritas terkait yang menduga jumlah itu masih bisa berubah sesuai dengan hasil pemeriksaan korban di pulau terpencil.
Pada Selasa (17/3), pemerintah Swedia mengonfirmasi satu warga mereka menjadi korban tewas dalam daftar PBB. Kepala Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Pasifik Sune Gudnitz mengatakan, pasokan makanan di wilayah terpencil menjadi permasalahan yang pelik. ”Tantangan untuk mengevakuasi korban atau mengirimkan makanan sungguh berat. Kami ingin membantu mereka secepat mungkin,” ujar Gudnitz, dikutip Reuters.
Kemarin dua pesawat C130 yang membawa alat transportasi darat dan perlengkapan darurat siap terbang di Bandara Port Villa. Program Pangan Dunia PBB mengatakan pihaknya bekerja sama dengan lembaga bantuan internasional untuk mendistribusikan makanan. Saat ini, kegiatan pariwisata di Vanuatu juga dihentikan sementara tanpa ada batas. Tanna, wilayah terdampak yang paling parah, menjadi perhatian utama lembaga bantuan internasional sebab di sana, banyak rumah, hutan, dan gedung yang hancur.
Namun, sebagian besar penduduk Tanna berhasil bertahan hidup. Ropate Vuso, 67, warga Tanna, mengatakan, penduduk berbondong-bondong pergi berlindung di bangunan sekolah. ”Tapi sekarang kami kekurangan makanan, air bersih, dan listrik. Komunikasi ke luar pulau dari sini juga putus. Kami menunggu bantuan dari pemerintah,” katanya. Di Tanna, sekitar lima orang meninggal. Hanna Butler dari Palang Merah Selandia Baru mengatakan, warga Tanna memerlukan bantuan jangka panjang. ”Mereka hidup dari hasil perkebunan,” tuturnya.
Menurut Butler, kerusakan di Futuna juga parah. Vanuatu adalah salah satu negara termiskin di dunia. Penduduknya mencapai 260.000 jiwa. Vanuatu berada di wilayah Ring of Fire sehingga tidak heran jika negara yang berada sekitar 2.000 kilometer dari Australia itu sering mengalami gempa bumi, tsunami, badai, dan letusan gunung api.
Muh shamil
(ars)