Netanyahu Diprediksi Tumbang

Rabu, 18 Maret 2015 - 09:51 WIB
Netanyahu Diprediksi Tumbang
Netanyahu Diprediksi Tumbang
A A A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu diprediksi tumbang pada pemilu parlemen kemarin. Yitzhak “Isaac” Herzog, pemimpin Partai Buruh dan pendiri koalisi politik Serikat Zionis, berpeluang menggantikan Netanyahu.

Jajak pendapat terakhir menunjukkan koalisi Serikat Zionis diperkirakan memperoleh empat kursi lebih banyak dibandingkan Partai Likud yang dipimpin Netanyahu. Untuk meningkatkan perolehan suara partainya, Netanyahu menegaskan sikapnya tidak mendukung pembentukan negara Palestina jika Partai Likud yang dipimpinnya memenangkan pada pemilu parlemen yang digelar kemarin.

Janji Netanyahu diungkapkan untuk menarik simpati warga Israel yang tidak mendukung kemerdekaan Palestina. Netanyahu berharap sikap itu akan mendongkrak popularitasnya yang kalah dalam jajak pendapat kandidat PM. “Palestina tidak akan berdiri selama saya berkuasa,” ungkap Netanyahu kepada situs berita Israel, NRG NEWS .

Partai Likud pimpinan Netanyahu, berdasarkan jajak pendapat terakhir, berada di belakang aliansi oposisi Serikat Zionis. Jajak pendapat masih memperlihatkan bahwa sebagian pemilih belum menentukan sikapnya.

Netanyahu memastikan dia tidak akan memberikan wilayah pendudukan kepada Palestina. Dia khawatir itu akan memberikan jalan bagi gerilyawan untuk menyerang Israel. “Itu realita sebenarnya yang telah terbentuk selama beberapa tahun terakhir,” ungkapnya.

Menyusul sikap Netanyahu, Kepala Negosiasi Palestina Saeb Erakat mengungkapkan, sikap PM Israel itu tidak berbeda dengan sebelumnya. “Netanyahu akan melakukan segala sesuatu untuk mengubah solusi dua negara,” sebut Erakat kepada AFP .

Pemilu parlemen kali ini menjadi referendum terhadap kebijakan Netanyahu selama berkuasa enam tahun terakhir. Sekitar enam juta pemilih akan memberikan suaranya untuk memilih 120 anggota parlemen. Pemilu itu akan menjadi pesta demokrasi paling penuh tantangan bagi Netanyahu dan paling ketat sepanjang sejarah Israel.

Netanyahu memastikan tidak akan membentuk pemerintahan bersama Herzog dan Serikat Zionis. “Saya akan membentuk pemerintahan nasional (sayap kanan),” janjinya. Dia memperingatkan warga Israel agar tidak memilih Serikat Zionis karena membahayakan keamanan Israel dan memecah belah persatuan Yerusalem.

Bibi, panggilan akrab Netanyahu, menjabat sembilan tahun sebagai PM dalam tiga periode. Jika pemilu kali ini berhasil dimenangkan partainya, dia akan menjadi PM dengan jabatan paling lama. Sebagai konservatif, Netanyahu tetap fokus meningkatkan dukungan dari warga garis keras dengan mengandalkan isu Palestina, Iran, dan keamanan.

Hal berbeda ditunjukkan para pesaingnya seperti Herzog dan Tzipi Livni yang mengandalkan kalangan moderat dengan isu sosial dan ekonomi. Herzog justru berjanji akan mempersatukan Israel setelah masa perpecahan yang panjang. Dia juga berjanji menghidupkan kembali upaya perdamaian dengan Palestina.

“Saya akan memulihkan hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan Eropa untuk menjamin keselamatan dan keamanan Israel,” katanya. Keadilan sosial menjadi tema kampanye yang diusung Herzog. Program pemerintahan baru yang akan dibentuk Herzog akan memperkecil jurang di antara masyarakat yang kaya dan miskin. “Saya akan memberikan kenyamanan dan jaminan bagi warga Israel untuk mendapatkan pekerjaan, rumah, dan turunnya biaya hidup,” imbuhnya.

Untuk mendukung perjuangannya, Herzog menggandeng Tzipi Livni dalam Serikat Zionis. Mereka ingin membendung pengaruh Netanyahu dalam segala hal, terutama pembangunan permukiman Yahudi di Yerusalem. Herzog berjanji akan mendirikan ibu kota Palestina di Yerusalem Timur. “Kita akan memperjuangkan Yerusalem tetap bersatu,” sebutnya.

Para analis memprediksi Herzog akan menjadi PM Israel mendatang. “Saya bukan seorang jenderal. Saya tidak memberikan perintah. Saya tahu bagaimana bekerja bersama,” katanya kepada CNN . Tak banyak yang memprediksi Herzog akan menjadi kuda hitam pada pemilu Israel kemarin. Kurangnya karisma kerap menjadi kendalanya. “Saya akan memberikan kejutan. Saya akan menunjukkan kepemimpinan saya,” janji politikus yang memulai karier pada 2003.

Di tengah perseteruan antara Netanyahu dan Herzog, muncul Moshe Kahlon, pendiri Partai Kulanu, yang memungkinkan akan menjadi penentu dalam pembentukan koalisi pemerintahan. Selama 67 tahun sejarah Israel, tidak ada satu pun partai yang memenangkan mayoritas mutlak. Mereka harus membentuk koalisi.

Pemilu Israel pun disebut sebagai permainan politik yang tak dapat diprediksi. Sebagian warga Israel sepertinya sudah jenuh dengan kepemimpinan Netanyahu. Mereka menginginkan perdamaian, bukan peperangan seperti yang digemakan Netanyahu. “Saya ingin melihat Netanyahu menghilang beberapa tahun mendatang,” ujar Shulamit Laron, warga yang mengantre di tempat pemungutan suara.

Dia menekankan pentingnya hubungan baik dengan Palestina. Kalangan warga Arab di Israel juga menginginkan politisi baru untuk menggantikan pemerintahan saat ini. Dengan begitu, mereka memberikan suaranya bagi anggota parlemen keturunan Arab. Para analis memprediksi koalisi partai Arab-Israel diprediksi memenangkan 13 kursi parlemen.

Andika hendra m
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5517 seconds (0.1#10.140)