Kinerja PT Transjakarta Masih Lemah
A
A
A
JAKARTA - Kinerja PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) dinilai masih lemah dalam mengelola operasionalisasi bus Transjakarta. Buktinya masih ada bus yang mogok bahkan terbakar.
Akibat bus tidak layak, jelas berdampak terhadap layanan penumpang yang tidak maksimal. Terlebih belum beroperasinya lagi 30 bus Transjakarta merek Zhong Tong yang ditarik setelah terbakar di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. “Saya melihat sejauh ini mereka (PT Transjakarta) masih lemah. Dengan jumlah bus yang ada saja pelayanan buruk, apalagi puluhan bus berhenti beroperasi,” ujar Ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) Azas Tigor Nainggolan kemarin.
Menurut dia, peralihan pengelolaan Transjakarta dari badan layanan umum (BLU) ke badan usaha milik daerah (BUMD) tidak membawa perubahan signifikan. Maka itu, dia meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengevaluasi PT Transjakarta pada Juni mendatang. “Kasih waktu enam bulan untuk menilai kinerja BUMD PT Transjakarta,” ucapnya.
Pengamat transportasi Izzul Waro menuturkan, bila melihat adanya bus Transjakarta mogok hingga terbakar, Pemprov DKI harus berkaca agar jangan menyerahkan sepenuhnya pelayanan transportasi di bawah PT Transportasi Jakarta. Apalagi, hal kecil seperti sterilisasi busway belum dapat terealisasi. "Kejadian belakangan ini merupakan warning bagi Pemprov DKI," tandasnya.
Menurut dia, pengguna tidak mau tahu apakah bus Transjakarta berada di bawah BLU atau BUMD, terpenting Transjakarta aman dan nyaman. Artinya, Pemprov DKI jangan fokus memindahkan pelayanan, namun mengesampingkan peningkatan pelayanan.
Sebelumnya, Ahok berharap PT Transjakarta mengelola bus Transjakarta secara profesional. Salah satu terobosan yang diinginkan yakni tiket Transjakarta terintegrasi langsung dengan tiket kereta rel listrik (KRL) Commuter Line.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Antonius Kosasih mengatakan, pihaknya terus membenahi pengoperasian bus Transjakarta, salah satunya meluncurkan e-ticketing . Untuk armada sendiri, saat ini PT Transjakarta berupaya memaksimalkan bus yang ada karena penambahan direncanakan Juni mendatang.
Pada akhir 2012 jumlah penumpang hanya 120.000 orang per hari, sedangkan akhir 2014 penumpang mencapai 350.000 orang. “Artinya melonjak tiga kali lipat, sementara jumlah bus dan kapasitas halte tidak bertambah tiga kali lipat,” ujarnya.
Tak heran penarikan 30 Transjakarta merek Zhong Tong berdampak pada penumpukan penumpang. Pasalnya, dia berprinsip lebih memilih dimarahi penumpang karena tidak mau mengambil risiko kecelakaan akibat produk yang bermasalah. Menurut dia, bus-bus yang dikandangkan itu dalam proses validasi untuk memastikan apakah sudah aman atau belum oleh perusahaan Zhong Tong.
Bila dinyatakan laik beroperasi, pabrikan China tersebut akan memberi surat tertulis kelaikan sehingga jika kembali bermasalah mereka dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Bus Zhong Tong ini paling banyak beroperasi di koridor IX (Pluit- Pinangranti). “Rabu ini baru tes untuk bus yang sudah diperbaiki,” kata Antonius.
Sambil menunggu hasil perbaikan, PT Transjakarta terus memperbaiki bus-bus yang sudah tua. Perbaikan bus dilakukan secara rutin bekerja sama dengan pihak APM dari kendaraan tersebut. “Kalau ada yang mogok atau rusak ringan langsung kami betulkan,” ucapnya.
Bima setiyadi
Akibat bus tidak layak, jelas berdampak terhadap layanan penumpang yang tidak maksimal. Terlebih belum beroperasinya lagi 30 bus Transjakarta merek Zhong Tong yang ditarik setelah terbakar di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. “Saya melihat sejauh ini mereka (PT Transjakarta) masih lemah. Dengan jumlah bus yang ada saja pelayanan buruk, apalagi puluhan bus berhenti beroperasi,” ujar Ketua Forum Warga Kota Jakarta (Fakta) Azas Tigor Nainggolan kemarin.
Menurut dia, peralihan pengelolaan Transjakarta dari badan layanan umum (BLU) ke badan usaha milik daerah (BUMD) tidak membawa perubahan signifikan. Maka itu, dia meminta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengevaluasi PT Transjakarta pada Juni mendatang. “Kasih waktu enam bulan untuk menilai kinerja BUMD PT Transjakarta,” ucapnya.
Pengamat transportasi Izzul Waro menuturkan, bila melihat adanya bus Transjakarta mogok hingga terbakar, Pemprov DKI harus berkaca agar jangan menyerahkan sepenuhnya pelayanan transportasi di bawah PT Transportasi Jakarta. Apalagi, hal kecil seperti sterilisasi busway belum dapat terealisasi. "Kejadian belakangan ini merupakan warning bagi Pemprov DKI," tandasnya.
Menurut dia, pengguna tidak mau tahu apakah bus Transjakarta berada di bawah BLU atau BUMD, terpenting Transjakarta aman dan nyaman. Artinya, Pemprov DKI jangan fokus memindahkan pelayanan, namun mengesampingkan peningkatan pelayanan.
Sebelumnya, Ahok berharap PT Transjakarta mengelola bus Transjakarta secara profesional. Salah satu terobosan yang diinginkan yakni tiket Transjakarta terintegrasi langsung dengan tiket kereta rel listrik (KRL) Commuter Line.
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Antonius Kosasih mengatakan, pihaknya terus membenahi pengoperasian bus Transjakarta, salah satunya meluncurkan e-ticketing . Untuk armada sendiri, saat ini PT Transjakarta berupaya memaksimalkan bus yang ada karena penambahan direncanakan Juni mendatang.
Pada akhir 2012 jumlah penumpang hanya 120.000 orang per hari, sedangkan akhir 2014 penumpang mencapai 350.000 orang. “Artinya melonjak tiga kali lipat, sementara jumlah bus dan kapasitas halte tidak bertambah tiga kali lipat,” ujarnya.
Tak heran penarikan 30 Transjakarta merek Zhong Tong berdampak pada penumpukan penumpang. Pasalnya, dia berprinsip lebih memilih dimarahi penumpang karena tidak mau mengambil risiko kecelakaan akibat produk yang bermasalah. Menurut dia, bus-bus yang dikandangkan itu dalam proses validasi untuk memastikan apakah sudah aman atau belum oleh perusahaan Zhong Tong.
Bila dinyatakan laik beroperasi, pabrikan China tersebut akan memberi surat tertulis kelaikan sehingga jika kembali bermasalah mereka dapat bertanggung jawab sepenuhnya. Bus Zhong Tong ini paling banyak beroperasi di koridor IX (Pluit- Pinangranti). “Rabu ini baru tes untuk bus yang sudah diperbaiki,” kata Antonius.
Sambil menunggu hasil perbaikan, PT Transjakarta terus memperbaiki bus-bus yang sudah tua. Perbaikan bus dilakukan secara rutin bekerja sama dengan pihak APM dari kendaraan tersebut. “Kalau ada yang mogok atau rusak ringan langsung kami betulkan,” ucapnya.
Bima setiyadi
(ftr)