Gagal Urus Ekonomi, Rousseff Dituntut Mundur

Selasa, 17 Maret 2015 - 10:47 WIB
Gagal Urus Ekonomi, Rousseff Dituntut Mundur
Gagal Urus Ekonomi, Rousseff Dituntut Mundur
A A A
SAO PAULO - Kepemimpinan Presiden Brasil Dilma Rousseff digoyang. Kemarin, sekitar 1,5 juta demonstran menuntutnya mundur karena dianggap tidak mampu mengurus negara dan terlibat skandal korupsi.

Seruan pemakzulan terhadap Rousseff itu menggema setelah enam bulan dia terpilih kembali. Para demonstran melakukan aksi karena kecewa pemimpinnya tersebut tidak mampu menyelamatkan Brasil dari resesi ekonomi, tidak mampu membangkitkan kegairahan politik serta menyelesaikan akar permasalahan yang dialami rakyat Brasil.

Skandal korupsi miliaran dolar di perusahaan energi milik pemerintah, Petroleo Brasileiro SA atau Petrobras, kian memicu kemarahan warga. Demonstrasi terbesar itu berlangsung di Sao Paulo pada Minggu (15/3) waktu setempat. Polisi memprediksi jumlah pengunjuk rasa mencapai sekitar 1,5 juta orang. Mereka mengenakan seragam tim nasional Brasil.

Sao Paulo dikenal sebagai kota industri yang menjadi basis oposisi terhadap Rousseff. ”Kita merupakan ribuan dan ribuan rakyat yang meminta pemakzulan Dilma Rousseff,” kata Rubens Nunes, 26, seorang demonstran, kepada AFP di Sao Paulo. Dia berjejer bersama ribuan orang sepanjang 4 km di Avenida Paulista, jalanan utama di kota itu.

Demonstrasi anti-Rousseff juga digelar di 83 kota besar dan kota kecil di berbagai penjuru Brasil, termasuk Ibu Kota Brasilia dan Rio de Janeiro. Di Brasilia, sekitar 45.000 hingga 50.000 masyarakat berunjuk rasa menuju Gedung Kongres pada Minggu (15/3).

Di Rio de Janeiro, ribuan warga mengibarkan bendera Brasil di sepanjang pantai Copacabana di belakang truk yang bertuliskan slogan melawan Rousseff. ”Mundur Dilma!” teriak ribuan warga. Rita Souza, produser televisi berusia 50 tahun, membawa spanduk bertuliskan: Intervensi militer sekarang! ”Saya tidak meminta kudeta, tetapi intervensi konstitusional untuk menyerukan pemilu yang jujur,” kata Souza.

Dalam pernyataan yang diunggah secara online, Aecio Neves, politikus yang dikalahkan Rousseff pada Oktober lalu, mengungkapkan demonstrasi menandai hari di mana rakyat Brasil turun ke jalanan untuk mengumpulkan kembali nilai dan kebajikan mereka. ”Masyarakat Brasil juga ingin menggapai mimpi mereka,” ujar Neves.

Rousseff sendiri tetap optimistis tidak dapat dimakzulkan oleh kekuatan oposisi karena dia memiliki dukungan mayoritas di parlemen. Namun dia mengakui demonstrasi besarbesaran itu akan memperkuat posisi partai oposisi. Tak ingin lambat menanggapi aksi demonstrasi, kabinet Rousseff bergerak cepat memberikan klarifikasi dan penegasan tentang langkah ekonomi dan pemberantasan korupsi.

Miguel Rossetto, Kepala Staf Kepresidenan Brasil, mengungkapkan pemerintah akan memerangi suap dan impunitas. ”Demonstrasi melawan pemerintah memiliki legitimasi. Apa yang tidak memiliki legitimasi adalah kudeta, kekerasan, dan pemakzulan tak berdasar yang merusak demokrasi,” ujar Rossetto.

Besarnya demonstrasi itu mengingatkan unjuk rasa menentang Piala Dunia pada Juni 2014. Saat itu, para demonstran marah kepada Pemerintah Brasil yang memboroskan anggaran negara untuk menggelar Piala Dunia 2014. Mereka juga menuntut pemberantasan korupsi dan peningkatan anggaran untuk transportasi, kesehatan, dan pendidikan.

Kebanyakan demonstran berasal dari warga kelas menengah atas. Mereka umumnya bukan berasal dari penentang Partai Pekerja yang mendukung Rousseff. Berbeda dengan para pendukung Rousseff yang berasal dari kalangan bawah yang mendapatkan keuntungan dari kebijakan pemerintah. ”Partai berhasil menyulut rakyat untuk menentang rakyat,” kata Helena Alameda Prado Bastos, 61, editor di Sao Paulo.

Sementara itu, polisi Brasil melancarkan serangkaian penangkapan tersangka korupsi kasus Petrobas, sehari setelah demonstrasi besar-besaran. Polisi federal menangkap sedikitnya 18 orang yang terkait dengan tuduhan skandal suap politik senilai USD3,8 miliar (Rp50,52 triliun) dari Petrobras.

”Tersangka ditangkap di Kota Sao Paulo dan Rio de Janeiro,” demikian keterangan polisi. Target penangkapan polisi adalah mantan Direktur Pelayanan Petrobras Renato Duque. Dia dituduh sebagai kunci suap politik itu. Popularitas Rousseff terjun bebas sejak berbagai skandal korupsi menjerat orang-orang di sekitarnya. Namun dia belum masuk dalam daftar pemeriksaan.

Padahal, beberapa petinggi Partai Pekerja menyebut Rousseff terlibat dalam skandal korupsi. Sejauh ini, 13 senator, 22 anggota parlemen, dan 2 gubernur terjerat dalam skandal korupsi.

Andika hendra m
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6916 seconds (0.1#10.140)
pixels