Sukses Mengembangkan Kewirausahaan Akar Rumput
A
A
A
Kesuksesan para miliarder China masuk dalam daftar orang terkaya dunia membuat publik internasional bertanya-tanya faktor apa yang mendorong lahirnya para miliarder China? Jawabannya adalah kewirausahawan akar rumput.
Ketika Hurun Research Institute memublikasikan hasil temuannya tentang deretan miliarder dunia, China menjadi negara terbesar yang menyumbang nama dalam deretan tersebut. Tercatat ada 400 miliarder China baru yang teridentifikasi tahun ini. Jumlah ini ternyata belum seluruhnya.
Portal berita Inggris BBC menelusuri kembali hingga ke Shanghai. Faktanya, menurut temuan BBC , ada 800 miliarder baru lahir di China. Sebagian besar dari mereka tinggal di Kota Shanghai. Angka ini cukup mengejutkan karena 50 tahun silam, China masih menjadi negara miskin dengan jumlah populasi yang terus meningkat.
Ternyata rahasia di balik kesuksesan China adalah pengembangan kewirausahawan akar rumput. Tercatat lebih dari setengah jutawan China atau sekitar 80% memperoleh kekayaannya dari bisnis sendiri. Sebanyak 15% dari real estate sementara 5% sisanya mendampuk kekayaan lewat pasar saham.
Jumlah orang China yang menjadi pekerja lebih rendah dari jumlah pengusaha yakni hanya sebesar 6%. Angka ini jauh lebih rendah dibanding negara-negara lain seperti India, di mana 82% penduduknya berada di kelas pekerja. “Orang-orang China berani mengambil risiko untuk memulai perusahaan mereka sendiri seperti yang dilakukan salah satu orang terkaya di China, Wang Jianlin,” tulis Linda Yueh, kepala koresponden bisnis BBC .
China pun terus mencoba mengubah negaranya menjadi inovator seperti yang diinginkan Perdana Menteri Li Keqiang. Menurutnya, setiap orang China harus memiliki jika kewirausahawan akar rumput. Dorongan ini membuahkan hasil dengan naiknya jumlah wirausahawan China sebesar 45% dalam setahun terakhir.
Kini China sedang mendaki ke bisnis besar lain yakni startup teknologi layaknya Silicon Valley di Amerika Serikat. Dengan 49 perusahaan teknologi yang tercatat hingga 2014, China berharap angka ini kembali tumbuh pada 2015. Namun, untuk mengembangkan basis teknologi masih memiliki banyak kendala terutama dalam hal kemampuan programming.
Thomas Yao, pemilik GitCafe, sebuah perusahaan layanan perangkat lunak dan konsultasi teknologi informasi, mengakui kemampuan sumber daya manusia masih menjadi penghalang besar. Yao yang memutuskan keluar dari perguruan tinggi demi membangun mimpinya menjadi pengusaha startup ini masih mencari fondasi untuk membuat perusahaannya terus berkembang.
“Saya tidak benar-benar tertarik untuk menghasilkan uang karena saya lebih tertarik mengatasi berbagai masalah di China salah satunya pendidikan. Semangat membangun perusahaan ini muncul karena alasan itu,” ungkap Yao. Yao yakin perusahaan yang berbasis pada teknologi dapat menjadi pemimpin dalam perekonomian China di masa depan.
RINI AGUSTINA
Ketika Hurun Research Institute memublikasikan hasil temuannya tentang deretan miliarder dunia, China menjadi negara terbesar yang menyumbang nama dalam deretan tersebut. Tercatat ada 400 miliarder China baru yang teridentifikasi tahun ini. Jumlah ini ternyata belum seluruhnya.
Portal berita Inggris BBC menelusuri kembali hingga ke Shanghai. Faktanya, menurut temuan BBC , ada 800 miliarder baru lahir di China. Sebagian besar dari mereka tinggal di Kota Shanghai. Angka ini cukup mengejutkan karena 50 tahun silam, China masih menjadi negara miskin dengan jumlah populasi yang terus meningkat.
Ternyata rahasia di balik kesuksesan China adalah pengembangan kewirausahawan akar rumput. Tercatat lebih dari setengah jutawan China atau sekitar 80% memperoleh kekayaannya dari bisnis sendiri. Sebanyak 15% dari real estate sementara 5% sisanya mendampuk kekayaan lewat pasar saham.
Jumlah orang China yang menjadi pekerja lebih rendah dari jumlah pengusaha yakni hanya sebesar 6%. Angka ini jauh lebih rendah dibanding negara-negara lain seperti India, di mana 82% penduduknya berada di kelas pekerja. “Orang-orang China berani mengambil risiko untuk memulai perusahaan mereka sendiri seperti yang dilakukan salah satu orang terkaya di China, Wang Jianlin,” tulis Linda Yueh, kepala koresponden bisnis BBC .
China pun terus mencoba mengubah negaranya menjadi inovator seperti yang diinginkan Perdana Menteri Li Keqiang. Menurutnya, setiap orang China harus memiliki jika kewirausahawan akar rumput. Dorongan ini membuahkan hasil dengan naiknya jumlah wirausahawan China sebesar 45% dalam setahun terakhir.
Kini China sedang mendaki ke bisnis besar lain yakni startup teknologi layaknya Silicon Valley di Amerika Serikat. Dengan 49 perusahaan teknologi yang tercatat hingga 2014, China berharap angka ini kembali tumbuh pada 2015. Namun, untuk mengembangkan basis teknologi masih memiliki banyak kendala terutama dalam hal kemampuan programming.
Thomas Yao, pemilik GitCafe, sebuah perusahaan layanan perangkat lunak dan konsultasi teknologi informasi, mengakui kemampuan sumber daya manusia masih menjadi penghalang besar. Yao yang memutuskan keluar dari perguruan tinggi demi membangun mimpinya menjadi pengusaha startup ini masih mencari fondasi untuk membuat perusahaannya terus berkembang.
“Saya tidak benar-benar tertarik untuk menghasilkan uang karena saya lebih tertarik mengatasi berbagai masalah di China salah satunya pendidikan. Semangat membangun perusahaan ini muncul karena alasan itu,” ungkap Yao. Yao yakin perusahaan yang berbasis pada teknologi dapat menjadi pemimpin dalam perekonomian China di masa depan.
RINI AGUSTINA
(bbg)