Tabrakan Beruntun di Puncak, 2 Tewas

Jum'at, 13 Maret 2015 - 10:41 WIB
Tabrakan Beruntun di Puncak, 2 Tewas
Tabrakan Beruntun di Puncak, 2 Tewas
A A A
BOGOR - Kecelakaan maut melibatkan 10 kendaraan di jalur Puncak, tepatnya di Desa Citeko, Cisarua, Kabupaten Bogor, Rabu (11/3) malam. Akibat kejadian tersebut, dua orang tewas.

Korban tewas yakni Fany Heliana, 36, (penumpang Toyota Avanza), dan Endang, 42, (pejalan kaki) warga Citeko. Sedangkan, tujuh lainnya mengalami luka-luka. Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 21.00 WIB itu dimana truk tronton B 9001 HO bermuatan material baja sangga jembatan high beam meluncur dengan kecepatan tinggi dari arah Cianjur menuju Jakarta.

”Truk berangkat dari Bandung tujuan pabrik semen di Citeureup, Bogor, lewat jalur Puncak,” ujar Kanit Laka Lantas Satlantas Polres Bogor Ipda Asep Saepudin kemarin. Setibanya di lokasi menjelang minimarket atau sebuah rumah makan di Cisarua, karena bermuatan penuh dan jalan menikung tiba-tiba rem blong, truk tidak bisa dikendalikan lalu menabrak Toyota Avanza Veloz B 1652 BZU yang dikemudikan Wily Widjaja, 36, dan berpenumpang Fany Heliana, 36, Lay Susan, 32, serta Feby, 32, semuanya warga Jakarta.

Fany tewas di lokasi kejadian. Kemudian, truk tronton dan mobil itu meluncur ke bawah hingga menabrak Honda Beat F 2873 NS yang dikendarai Dedi Supriatna, 43, warga Cisarua. Korban sempat meloncat sehingga selamat, namun sepeda motornya ringsek tergilas. Tiga kendaraan itu lalu menabrak truk Mitsubishi F 9093 FD tanpa muatan yang dikemudikan Didin Sanudin, 42, warga Tasikmalaya.

Tak ayal pejalan kaki bernama Endang juga menjadi korban tewas akibat tertabrak. Kecelakaan tersebut belum selesai. Truk Mitsubishi yang tertabrak tadi sampai berbalik arah dan pindah lajur. Bagian ekor truk itu dihantam mobil pikap Mitsubishi SS F 8867 WQ tujuan Cianjur yang dikemudikan Uam Saefullah, 23, berpenumpang Ahmad Sobandi, 19, dan Yayan Sobur, 55, warga Cianjur.

Di belakang mobil pikap ada Mitsubishi Lancer GLX B 1331 EA yang ikut menabrak pikap dan bagian belakang truk yang berbalik arah itu. Sedan dikemudikan oleh Daman Nuari Maulana, 25, dan berpenumpang Andi, 25, kekasih pengemudi. Mereka berdua hendak menuju Puncak untuk pemotretan pranikah. Keduanya tidak terluka, tapi mobilnya ringsek di bagian depan.

Tak cukup sampai di situ, tabrakan beruntun juga menyambar empat sepeda motor yang terparkir di depan warnet dan ruko tempat restoran Nagoya, Apple DC, serta Columbia. Di depan toko Columbia itulah truk tronton berhenti karena menghantam dinding, muatan material baja pun terlontar ke jalan. Tabrakan mengakibatkan percikan api dan ledakan sehingga truk tronton hangus terbakar.

”Sopir truk tronton maut yang belum diketahui identitasnya masih buron, karena takut dihakimi massa,” ujar Kepala Satlantas Polres Bogor AKP Bramastyo Priaji. Dia mengimbau para pengendara lebih berhati-hati saat melintasi jalur Puncak, khususnya di 12 titik rawan kecelakaan. ”Karena kontur tanah yang banyak belokan, turunan dan tanjakan di jalur Puncak juga harus diwaspadai,” katanya.

Menurut dia, pada umumnya kecelakaan di jalur Puncak lebih disebabkan muatan lebih hingga rem blong dan pengemudi mengantuk. Kecelakaan tersebut sempat membuat arus lalu lintas di jalur Puncak ditutup selama 6 jam selama proses evakuasi kendaraan. Banyak warga maupun pengendara yang ingin melihat langsung lokasi kecelakaan. Berdasarkan pantauan, membeludaknya warga mengakibatkan kepadatan arus lalu lintas terjadi sekitar 3 kilometer mengekor hingga Pasar Cisarua.

Begitupun dari arah sebaliknya kemacetan sampai Warung Kaleng. Dedi S Manaf, 34, warga Citeko, Cisarua mengatakan, jalur di sekitar kecelakaan memang sering terjadi kecelakaan. Terakhir pada 2014 bus Karunia Bakti juga pernah mengalami kecelakaan hingga menewaskan belasan orang. Tak jarang warga menyebutnya sebagai jalur tengkorak karena banyak kecelakaan di jalur sepanjang 500 meter tersebut.

”Kalau dilihat memang jalan di lokasi ini menurun dan menikung cukup curam. Ditambah dengan kondisi jalan yang bergelombang,” tuturnya. Sementara itu, menurut pakar transportasi Boy Berawi, untuk wilayah rawan kecelakaan seharusnya ditandai kawasan black spot. Kemudian dilakukan investigasi bersama dinas terkait dengan kepolisian mengenai penyebab seringnya kecelakaan di wilayah itu.

”Lalu keluarkan rekomendasi, apakah kecelakaan itu karena kontur jalan yang bergelombang atau karena layout jalan yang sempit atau kurangnya rambu peringatan. Bisa jadi ada penyebab lainnya dan ini baru bisa diketahui setelah dilakukan investigasi bersama,” ujarnya. Dia mengungkapkan, penanganan kecelakaan dengan melakukan perbaikan sesuai akar permasalahan. Jika itu dilakukan maka kecelakaan di jalur Puncak bisa dikurangi.

”Pemda setempat harus menggandeng ahli lalu lintas dan konstruksi jalan untuk menginvestigasi sekaligus mengetahui akar masalah penyebab kecelakaan,” kata peneliti dari Center for Sustainable Infrastructure Development (CSID) Universitas Indonesia ini. Menurut dia, tanpa adanya investigasi maka solusi yang dilakukan bisa jadi tidak tepat sasaran.

Dia menegaskan jalan keluar dari penyebab kecelakaan belum bisa dilakukan tanpa melakukan investigasi. ”Solusi belum bisa dengan pendugaan, karena dari situ (investigasi) akan diketahui penyebabnya apakah karena jalan terlalu menukik, sempit atau karena faktor lain,” kata Boy.

Diduga kuat kecelakaan maut di Puncak disebabkan truk. Namun, penyebab utamanya bisa jadi karena jalan bergelombang. ”Untuk itu perlu investigasi sehingga solusinya bisa tepat. Karena tanpa investigasi, solusi pun tidak kena dengan source problem sehingga kecelakaan terus berulang,” ujarnya.

Haryudi/r ratna purnama
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3505 seconds (0.1#10.140)