Kemhan-DPR Sepakat Beli Sukhoi Su-35
A
A
A
JAKARTA - Keinginan Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki pesawat tempur generasi terbaru mulai terwujud. Setelah melewati pembahasan panjang, Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI akhirnya sepakat memilih pesawat tempur generasi kelima Sukhoi Su-35.
Pesawat buatan Rusia itu akan menggantikanpesawat F-5 Tiger yang sudah tidak laik terbang. Rencana pengadaan ini sudah mendapat lampu hijau DPR. Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengungkapkan, rencana pembelian Su-35 sudah dibahas lama. Kesepakatan tercapai melalui proses yang cukup memakan waktu. Diawali dengan pembicaraan antara pemerintah Indonesia dengan Rusia, kemudian antara kementerian pertahanan kedua negara.
“Setelah itu pelakunyaapakah Gto G danseterusnya (dibahas) cukup panjang,” kata Panglima seusai mengikuti kegiatan TNI Mendengar di Aula Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, kemarin. Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya memaparkan, pesawat tempur Su-35 menjadi pilihan untuk melengkapi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU.
“Di TNI itu ada proses namanya Dewan Penentu dan Pengadaan (Wantuada) yang berada di angkatan, kemudian ada Dewan Kebijakan Penentuan Alut dan Alutsista (Wanjaktu) di Mabes TNI. Hasil Wantuada itu dikombinasikan ke Mabes TNI menjadi Wanjaktu agar menjadi interoperabilitas,” ujarnya. Hasil Wanjaktu, sambung Fuad, sama seperti yang disampaikan Panglima TNI bahwa TNI sepakat memilih pesawat Su-35. Selanjutnya, Kemhan yang akan menjalankan proses administrasinya.
“Proses itu (pengadaan) tinggal Menhan. Cepat lambatnya tergantung Menhan, sebab proses administrasinya di mereka. Kita inginnya secepat mungkin karena F- 5 sudah harus diganti,” kata dia. Saat disinggung berapa jumlah pesawat tempur Su-35 yang akan diadakan pada tahap pertama, Fuad mengaku belum bisa menyebutkan secara detail. “Yang jelas kita akan ganti secara bertahap dan itu sampai 2024 berakhirnya minimum essential force (MEF) semua itu sudah hadir,” tegasnya.
Su-35 merupakan pesawat tempur terkuat buatan Negeri Beruang Merah. Pesawat bermesinganda ini dianggap sebagai pesawat generasi kelima karena kelebihan yang dimilikinya. Bagaimana tidak, pesawat turunan dari Su-27 ini mampu melakukan manuver yang tidak bisa dilakukan pesawat tempur lainnya, yakni berhenti seketika diudara, mamputerbangcepatdi ketinggian, dan bisa membawa banyakrudalkeudara.
Su-35juga bisa melesat hingga 2.390 km/jam dan mampu menempuh jarak hingga 4.500 km. Pengamat militer Mufti Makarim menilai, sebagai negara kepulauan, Indonesia butuh fondasi yang kuat utamanya di udara dan laut. Sebab serangan datang melalui kedua jalur tersebut. Karena itu, rancang bangun pertahanan harus terpadu. “Saya setuju dengan adanya peningkatan kekuatan untuk operasi udara dan laut karena itu adalah kebutuhan riil,” ujarnya.
Namun hal yang perlu dipertanyakan adalah ketepatan alat itu. Apakahpenggunaannya bisa terintegrasi dengan sistem yang ada sehingga menjadi operasi pertahanan yang terpadu. Kemudian dari segi anggaran. Apakah pembelian itu sudah diperhitungkan dengan matang. “Lalu bagaimana sistem pembayaran utangnya, jangan sampai membebani negara. Sebab pengadaan pesawat itu tidak murah,” ucapnya.
Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya membenarkan bahwa pesawat tempur Su-35 sudah masuk dalam rencana pembelian. Politikus Partai Golkar ini menyebutkan, jumlah pesawat yang dibeli sebanyak 16 unit atau satu skuadron berikut dengan persenjataannya.
Saat disinggung soal anggaran yang dihabiskan untuk membeli pesawat tersebut, Tantowi mengaku tidak hafal. Namun pesawat tersebut akan tiba ke Indonesia secara bertahap. “Anggarannya beda dengan pembelian sebelumnya, tapi saya lupa berapa, tapi apa yang disampaikan Panglima TNI dan Menhan itu benar,” tegasnya.
Pesawat Hawk Pensiun
Pesawat tempur Hawk MK- 53 yang beroperasi sejak 1980 mulai kemarin resmi dikandangkan. Sebagai gantinya TNI AU akan mengoperasikan pesawat tempur T-50 Golden Eagle. Pengabdian terakhir Hawk kemarin ditandai dengan penerbangan dari Base Ops Skadron 15 Iswahjudi, Madiun, menuju Base Ops Lanud Adisucipto, Yogyakarta.
Komandan Skuadron 15 Lanud Iswahyudi Letkol Pnb Marda Sujana menerbangkan langsung pesawat buatan Inggristersebutdengankawalan lima pesawat T-50i. KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan penghentian operasional pesawat tempur Hawk merupakan bagian dari peremajaan alutsista milik TNI AU. Pesawat Hawk sudah beroperasi selama 35 tahun.
“Idealnya pesawat tempur itu beroperasi 20 tahun. Karena itu, satu per satu Hawk kami grounded (kandangkan) dan diganti dengan pesawat tempur baru T50,” ungkap Agus di Lanud Adisutjipto kemarin. Agus menjelaskan, selain Hawk, TNI AU juga berencana meremajakan pesawat-pesawat militer yang berusia di atas 20 tahun.
“Satu di antaranya pesawat tempur F5 yang usianya sama dengan Hawk. Sebagai penggantinya akan dicarikan generasi 4,5,” kata dia. Sementara itu Letkol Pnb Marda Sujana mengatakan, pesawat Hawk yang dikandangkan berjumlah enam unit. Satu unit akan ditempatkan di museum pusat TNI AU, Yogyakarta. Adapun lima lainnya tetap berada di Lanud Iswahjudi dengan kondisi yang tak layak digunakan lagi.
Sucipto/priyo setiawan
Pesawat buatan Rusia itu akan menggantikanpesawat F-5 Tiger yang sudah tidak laik terbang. Rencana pengadaan ini sudah mendapat lampu hijau DPR. Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengungkapkan, rencana pembelian Su-35 sudah dibahas lama. Kesepakatan tercapai melalui proses yang cukup memakan waktu. Diawali dengan pembicaraan antara pemerintah Indonesia dengan Rusia, kemudian antara kementerian pertahanan kedua negara.
“Setelah itu pelakunyaapakah Gto G danseterusnya (dibahas) cukup panjang,” kata Panglima seusai mengikuti kegiatan TNI Mendengar di Aula Mabes TNI Cilangkap, Jakarta, kemarin. Kapuspen TNI Mayjen TNI Fuad Basya memaparkan, pesawat tempur Su-35 menjadi pilihan untuk melengkapi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AU.
“Di TNI itu ada proses namanya Dewan Penentu dan Pengadaan (Wantuada) yang berada di angkatan, kemudian ada Dewan Kebijakan Penentuan Alut dan Alutsista (Wanjaktu) di Mabes TNI. Hasil Wantuada itu dikombinasikan ke Mabes TNI menjadi Wanjaktu agar menjadi interoperabilitas,” ujarnya. Hasil Wanjaktu, sambung Fuad, sama seperti yang disampaikan Panglima TNI bahwa TNI sepakat memilih pesawat Su-35. Selanjutnya, Kemhan yang akan menjalankan proses administrasinya.
“Proses itu (pengadaan) tinggal Menhan. Cepat lambatnya tergantung Menhan, sebab proses administrasinya di mereka. Kita inginnya secepat mungkin karena F- 5 sudah harus diganti,” kata dia. Saat disinggung berapa jumlah pesawat tempur Su-35 yang akan diadakan pada tahap pertama, Fuad mengaku belum bisa menyebutkan secara detail. “Yang jelas kita akan ganti secara bertahap dan itu sampai 2024 berakhirnya minimum essential force (MEF) semua itu sudah hadir,” tegasnya.
Su-35 merupakan pesawat tempur terkuat buatan Negeri Beruang Merah. Pesawat bermesinganda ini dianggap sebagai pesawat generasi kelima karena kelebihan yang dimilikinya. Bagaimana tidak, pesawat turunan dari Su-27 ini mampu melakukan manuver yang tidak bisa dilakukan pesawat tempur lainnya, yakni berhenti seketika diudara, mamputerbangcepatdi ketinggian, dan bisa membawa banyakrudalkeudara.
Su-35juga bisa melesat hingga 2.390 km/jam dan mampu menempuh jarak hingga 4.500 km. Pengamat militer Mufti Makarim menilai, sebagai negara kepulauan, Indonesia butuh fondasi yang kuat utamanya di udara dan laut. Sebab serangan datang melalui kedua jalur tersebut. Karena itu, rancang bangun pertahanan harus terpadu. “Saya setuju dengan adanya peningkatan kekuatan untuk operasi udara dan laut karena itu adalah kebutuhan riil,” ujarnya.
Namun hal yang perlu dipertanyakan adalah ketepatan alat itu. Apakahpenggunaannya bisa terintegrasi dengan sistem yang ada sehingga menjadi operasi pertahanan yang terpadu. Kemudian dari segi anggaran. Apakah pembelian itu sudah diperhitungkan dengan matang. “Lalu bagaimana sistem pembayaran utangnya, jangan sampai membebani negara. Sebab pengadaan pesawat itu tidak murah,” ucapnya.
Wakil Ketua Komisi I DPR Tantowi Yahya membenarkan bahwa pesawat tempur Su-35 sudah masuk dalam rencana pembelian. Politikus Partai Golkar ini menyebutkan, jumlah pesawat yang dibeli sebanyak 16 unit atau satu skuadron berikut dengan persenjataannya.
Saat disinggung soal anggaran yang dihabiskan untuk membeli pesawat tersebut, Tantowi mengaku tidak hafal. Namun pesawat tersebut akan tiba ke Indonesia secara bertahap. “Anggarannya beda dengan pembelian sebelumnya, tapi saya lupa berapa, tapi apa yang disampaikan Panglima TNI dan Menhan itu benar,” tegasnya.
Pesawat Hawk Pensiun
Pesawat tempur Hawk MK- 53 yang beroperasi sejak 1980 mulai kemarin resmi dikandangkan. Sebagai gantinya TNI AU akan mengoperasikan pesawat tempur T-50 Golden Eagle. Pengabdian terakhir Hawk kemarin ditandai dengan penerbangan dari Base Ops Skadron 15 Iswahjudi, Madiun, menuju Base Ops Lanud Adisucipto, Yogyakarta.
Komandan Skuadron 15 Lanud Iswahyudi Letkol Pnb Marda Sujana menerbangkan langsung pesawat buatan Inggristersebutdengankawalan lima pesawat T-50i. KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan penghentian operasional pesawat tempur Hawk merupakan bagian dari peremajaan alutsista milik TNI AU. Pesawat Hawk sudah beroperasi selama 35 tahun.
“Idealnya pesawat tempur itu beroperasi 20 tahun. Karena itu, satu per satu Hawk kami grounded (kandangkan) dan diganti dengan pesawat tempur baru T50,” ungkap Agus di Lanud Adisutjipto kemarin. Agus menjelaskan, selain Hawk, TNI AU juga berencana meremajakan pesawat-pesawat militer yang berusia di atas 20 tahun.
“Satu di antaranya pesawat tempur F5 yang usianya sama dengan Hawk. Sebagai penggantinya akan dicarikan generasi 4,5,” kata dia. Sementara itu Letkol Pnb Marda Sujana mengatakan, pesawat Hawk yang dikandangkan berjumlah enam unit. Satu unit akan ditempatkan di museum pusat TNI AU, Yogyakarta. Adapun lima lainnya tetap berada di Lanud Iswahjudi dengan kondisi yang tak layak digunakan lagi.
Sucipto/priyo setiawan
(bbg)