TNI Sinyalir Ada Pengaburan Pancasila

Rabu, 11 Maret 2015 - 10:40 WIB
TNI Sinyalir Ada Pengaburan...
TNI Sinyalir Ada Pengaburan Pancasila
A A A
SEMARANG - Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengingatkan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi tantangan baru di era proxy war.

Saat ini ada upaya dari pihak tertentu untuk melakukan pengaburan terhadap nilai-nilai Pancasila. Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengatakan, generasi muda agar mewaspadai terhadap gerakan pengaburan tersebut. Karena itu, dia mengajak masyarakat untuk bersatu padu menghadapi upaya pengaburan atau bahkan penghilangan ideologi bangsa tersebut.

“Sangat kentara sekali pada era proxy war dewasa ini. Hal inilah yang harus diwaspadai oleh seluruh lapisan masyarakat,” katanya saat memberikan kuliah umum berjudul “Peran Pemuda dalam Menghadapi Proxy War” di auditorium Prof Soedarto, Kampus Undip, Tembalang, kemarin. Pada kesempatan itu, mantan pangdam V/Brawijaya ini menjelaskan era proxy war yang saat ini terjadi.

Menurut dia, era proxy war, merupakan era di mana terjadi konfrontasi antara dua kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti untuk meminimalkan korban. Salah satu caranya adalah dengan melakukan infiltrasi memengaruhi rakyat. “Tujuannya adalah bagaimana mengganti sebuah ideologi bangsa. Konfrontasi yang terjadi semacam ini biasanya melibatkan berbagai pihak yang kadang kala tidak kita sadari,” bebernya.

Alumni Akademi Militer tahun 1982 ini menyebutkan, Pancasila merupakan warisan dan cita-cita luhur yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, ideologi tersebut perlu dijaga agar jangan sampai dirusak oleh pihak-pihak yang tak menyukai keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Selain membahas Pancasila, pada kesempatan itu Gatot juga membahas perubahan latar belakang dan lokasi konflik yang tengah terjadi di dunia saat ini.

Kondisi itu juga menjadi tantangan, sekaligus ancaman bagi Sistem Pertahanan Negara dan Bela Negara. Menurut dia, latar belakang konflik masa kini telah berubah dari memperebutkan energi tak terbaharui menjadi memperebutkan pangan, air, dan energi hayati. Lokasi konflik kini juga bergeser ke garis ekuator, di mana banyak terdapat kekayaan hayati di dunia.

“Kekayaan alam melimpah memang berkah, namun juga terkadang menjadi sumber konflik, seperti yang terjadi di Timur Tengah. Jangan sampai kondisi semacam itu juga terjadi di negeri kita. Kita harus mampu melakukan langkahlangkah sebagai penangkal sejak dini,” papar mantan pangkostrad tersebut.

Pada kesempatan yang sama, Rektor Undip Prof Sudharto P Hadi berharap melalui kuliah umum yang disampaikan oleh KSAD TNI itu, akan mampu membuka mata dan pikiran bahayanya era proxy war. Dia berharap generasi muda mampu menghadapi berbagai tantangan dan ancaman yang ditujukan kepada bangsa Indonesia. Menurut dia, tema yang dibahas dalam kuliah umum tersebut diharapkan bisa membuka wawasan bagi mahasiswa terkait tantangan bangsa ke depan yang kini tengah dihadapi.

Ada perbedaan pola perang di masa lalu dengan masa kini sehingga mahasiswa mampu menyadari posisinya tersebut. “Mahasiswa adalah tulang punggung bangsa. Mereka harus memahami tantangannya,” ujar dia. Pengamat militer Wawan H Purwanto menilai, upaya ke arah proxy war memang sudah ada. Apalagi, sejak 1998 ideologi Pancasila sudah dikubur hidup-hidup.

Karena itu, perlu ada upaya untuk melestarikan ideologi tersebut sebagai benteng pertahanan. Wawan menyebutkan, adanya benturan yang terjadi di Indonesia karena dilatarbelakangi agama, seperti bentrokan antara penganut Suni-Syiah, antarsuku dan RAS, yang didanai dari luar negeri merupakan salah satu ciri proxy war.

Termasuk gerakan separatis yang terjadi di beberapa daerah. Tujuannya adalah untuk memecah belah, apalagi Indonesia merupakan negara dengan umat Islam terbesar di dunia. “Jadi tidak boleh kuat, kalau kuat berbahaya. Jadi proxy war tidak hanya dalam hal ideologi, tapi juga ekonomi, sosial, dan politik. Semua lini dimasuki agar terjadi benturan,” katanya. Karena itu, bapak pendiri bangsa Soekarno berupaya membumikan Pancasila.

Tinggal bagaimana penerusnya melanjutkannya apakah dengan kurikulum di sekolah, kemudian peran dari para pemimpin nasional dan sebagainya. “Perlu ada sosialisasi sehingga dirasakan baik secara bottom up maupun top down . Perlu upaya bersama-sama menyosialisasikan wawasan kebangsaan untuk menangkal pengaruh negatif yang mengancam keutuhan bangsa,” ucapnya.

Susilo himawan/Sucipto
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0816 seconds (0.1#10.140)