Jepang-China Berlomba Perkuat Militer

Senin, 09 Maret 2015 - 09:40 WIB
Jepang-China Berlomba...
Jepang-China Berlomba Perkuat Militer
A A A
China dan Jepang terus memperkuat kekuatan militer. Dana besar dikucurkan demi memiliki peralatan perang canggih. Penguatan militer ini disinyalir terkait isu sengketa Laut China Timur yang tengah menguat.

Apalagi, peningkatan anggaran militer Jepang dan China terjadi sejak tiga hingga lima tahun terakhir. Jepang lebih dahulu mengumumkan peningkatan anggaran militer mereka awal tahun ini sebesar USD42 miliar (Rp530,1 triliun).

Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe sudah memberikan lampu hijau sejak tahun lalu mengenai peningkatan dana di bidang militer secara signifikan. Janji itu dimanfaatkan Kementerian Pertahanan Jepang dengan maksimal. Akhir 2014 Kementerian Pertahanan mengajukan anggaran sebesar USD48,7 miliar (Rp614,7 triliun). Meski dana yang disetujui ”hanya” USD42 miliar, Kementerian Pertahanan tetap mengaku puas.

Anggaran sebesar itu lebih besar dari tahun sebelumnya. Alokasi USD42 miliar bahkan menjadi rekor baru bagi Kementerian Pertahanan, mengingat tahun lalu dana pertahanan lebih rendah 2,8%.Selama tiga tahun terakhir, Jepang terus meningkatkan dana ke kas militer secara konsisten.

Saat ini Jepang disebut para ahli memerlukan suntikan dana besar untuk melindungi daerah perbatasan mereka, termasuk klaim di Laut China Timur. Pada tahun-tahun sebelumnya ketegangan antara Jepang dan China meningkat karena berbagai proyek di Laut China Timur, baik yang dilakukan Jepang ataupun China.

Menteri Pertahanan baru Jepang, Gen Nakatani, menyatakan akan menggunakan dana itu sebaik-baiknya untuk mengendalikan perubahan situasi di sekitar Jepang. ”Pengeluaran ini mencerminkan kepentingan kami untuk melindungi udara, laut, dan daratan Jepang, termasuk melindungi nyawa dan properti warga,” ujar Nakatani, dikutip BBC.

Dana itu akan digunakan untuk memperbarui dan menambah jumlah pesawat, kapal, dan kapal selam yang bisa digunakan untuk mengawasi kawasan Laut China Timur. Kabarnya, Jepang akan membeli 20 pesawat patroli maritim, lima pesawat crossover, tiga pesawat tanpa awak (drone), dan enam pesawat siluman. Selain itu, mereka juga akan membeli 30 kendaraan amfibi.

Beberapa nama alutsista yang akan dibeli bahkan sudah dibocorkan beberapa sumber. Sebut saja pesawat pengangkut pasukan Boeing Co Osprey, drone pengintai Northrop Grumman Corp Global Hawk, pesawat pengintai Lockheed Martin Corp F-35, dan kapal selam pemburu pesawat Kawasaki Heavy Industries Ltds P-1 serta Soryu.

Jepang bahkan disebut berpeluang menjadi negara dengan militer terkuat di Asia dalam 10 tahun ke depan. Faktanya, Jepang, yang sedang berusaha membuat perlengkapan senjata sendiri, boleh mengekspor senjata ke luar negeri. Peningkatan kualitas dan kuantitas militer Jepang mendapat respons positif dari berbagai negara. Namun, tidak sedikit yang cemas ketegangan di Laut China Timur akan berujung pada kontak militer salah satunya China.

Mereka menyayangkan perubahan konstitusi Pasifik karena itu ber-potensi memperkukuh perseteruan. Konflik pulau di Laut China Selatan yang dikenal dengan sebutan Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China sampai saat ini tidak terselesaikan. Sebagai respons terhadap Jepang, baru-baru ini China juga meningkatkan dana di bidang pertahanan sebesar 10,1%.

Namun, peningkatan itu masih lebih rendah dari kenaikan anggaran pertahanan China tahun lalu yang mencapai 12,2%. Berbeda dengan Jepang, permintaan pertahanan China seluruhnya dipenuhi pemerintah, bahkan ditambahi 0,1%. Juru bicara (jubir) parlemen China Fu Ying mengatakan, pihaknya masih belum bisa menjabarkan senjata apa saja yang akan dibeli.

Sejak lima tahun lalu, China selalu meningkatkan anggaran di bidang pertahanan. Tahun lalu China menghabiskan dana sekitar USD129,4 miliar (Rp16,8 triliun) setelah proposal peningkatan 12,2% disetujui pemerintah. Sebelumnya peningkatan mencapai 10,7% (2013), 11,2% (2012), 12,7% (2011), dan 7,5% (2010). Artinya, peningkatan 10% menjadi peningkatan terendah dalam lima tahun terakhir.

Tahun lalu China menjadi negara kedua di dunia yang paling besar mengeluarkan anggaran di bidang pertahanan setelah Amerika Serikat (AS). AS menghabiskan dana USD581 miliar pada 2014. Urutan ketiga diduduki Arab Saudi dengan anggaran USD80,8 miliar.

Teknologi Militer China Menggetarkan AS

Dampak paling nyata dengan peningkatan anggaran pertahanan China adalah inovasi teknologi militer China yang sangat menggetarkan musuh bebuyutannya, AS dan aliansinya. Inovasi itu tampak dari berbagai teknologi, mulai pesawat terbang hipersonik hingga kapal selam siluman.

Berkat kecanggihan teknologi militer, China semakin disegani dan menjadi kekuatan baru yang dipertimbangkan di kancah global. Teknologi yang membuat negara-negara aliansi AS seperti Korea Selatan dan Jepang selalu waspada adalah kemampuan China mengembangkan pesawat hipersonik yang mampu membawa hulu ledak nuklir.

Pesawat itu bahkan mampu menembus sistem pertahanan buatan AS. Nama pesawat itu adalah Wu-14. Pesawat itu terbang dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara. Kelebihan pesawat hipersonik Wu-14 mampu terbang dengan kecepatan 12.359 kilometer per jam. Pada ketinggian tertentu, pesawat itu mampu menukik dengan kecepatan tinggi dan menembak sasaran dengan presisi tinggi.

Dengan demikian, China secara resmi telah tercatat sebagai negara kedua setelah AS. Pesawat hipersonik AS, Lockheed HTV-2, telah diuji coba pada 2010. Kemampuan China dan AS membuat iri negara-negara seperti India dan Rusia. Rudal balistik antarbenua juga dikembangkan China.

Rudal bernama Dongfeng-41 (DF- 41) mampu membawa 10 hulu ledak nuklir dapat menghancurkan kota-kota di AS. DF-41 merupakan salah satu rudal dengan jarak terjauh di dunia dengan daya jelajah hingga 12.000-14.000 kilometer. Rudal itu akan menggantikan DF- 54 yang membawa hulu ledak nuklir tunggal.

China telah memiliki satu kapal induk yang telah beroperasi serta berencana untuk menambah lebih banyak lagi. Liaoning adalah kapal induk pertama yang dimiliki oleh militer China setelah melakukan peremajaan pada 2012 lalu. Kapal induk itu dibeli bekas dari Ukraina.

Tidak cukup satu, China sedang memproduksi kapal induk kedua. Kapal itu akan selesai sekitar 2020. Pesawat siluman juga menjadi salah satu andalan China. Pesawat J-31 yang dikembangkan Aviation Industry Corp of China (AVIC) akan mampu bersaing dengan pesawat siluman buatan AS seperti F-35.

Harian ternama di China, PeoplePeoples Daily, melaporkan J-31 akan dengan cepat menguasai pasar masa depan dan tak diragukan akan mengalahkan F-35. J- 31 akan dibeli negara- negara yang mendapatkan embargo persenjataan dari AS. Pengembangan persenjataan militer juga dilakukan adalah Universitas Teknologi Pertahanan Nasional ( NUDT) China.

NUDT yang dulunya dikenal sebagai Institut Teknik Militer memainkan peran kunci dalam menyediakan teknisi militer dan mengembangkan senjata canggih dan peralatan bagi militer China. NUDT mengumumkanbahwamerekatelah kembali membangun superkomputer tercepat di dunia, Tianhe- 2, yang mampu melakukan operasi 33,86 kuadriliun per detik dan melampaui Titan superkomputer AS.

Pendahulu Tianhe-2, Tianhe - 1A, adalah superkomputer tercepatdiduniadari November 2010 sampai Juni 2011 ketika dikalahkan komputer K Jepang. Akhir tahun lalu Presiden China Xi Jinping meminta percepatan pengembangan perangkat militer baru yang modern untuk membantu pembentukan militer yang kuat. Dia juga menyerukan reformasi militer.

”Persenjataan yang maju adalah perwujudan dari militer modern dan dukungan krusial untuk keamanan nasional,” kata Xi, dilansir AFP. Dia mengungkapkan, senjata baru harus dapat menutupi titik lemah yang dimiliki China.

Muh shamil / Andika hendra m
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0558 seconds (0.1#10.140)