Legenda Sniper Terbaik Dunia Itu Memilih Dimakamkan di TPU
A
A
A
BANDUNG - Sniper dunia kebanggaan Indonesia Peltu (Purn) Tatang Koswara, 68, yang rencananya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, akhirnya dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sayuran, Kampung Sayuran, Desa Cangkuang Kulon, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, kemarin.
Ratusan pelayat pun ikut mengiringi jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya itu sebelum ditutup dengan upacara militer dari TNI AD. Suasana haru dan isak tangis dari pihak keluarga pecah begitu jenazah dari lelaki kelahiran Medan yang sempat menerima penghargaan Bintang Seroja itu sesaat sebelum masuk ke liang lahad.
Almarhum yang menjadi deretan penembak jitu dari 14 sniper di dunia meninggalkan seorang istri, empat anak, dan tujuh cucu. Tatang beberapa kali melaksanakan misi militer di Timor Timur yang kini dikenal dengan kawasan Timor Leste pada 1977- 1978. Anak ketiga almarhum Tubagus Abdi Yudha mengatakan, awalnya jenazah almarhum memang akan dimakamkan di TMP Cikutra.
Namun, lokasi pemakamansudahpenuh sehingga pihak keluarga memilih untuk mengebumikan jenazah Tatang di dekat kediamannya di kawasan Dayeuhkolot. “Saat tiba di RS Medistra, Jakarta, Selasa (3/3), malam Bapak sudah dinyatakan meninggal dunia akibat serangan jantung yang telah 14 tahun diderita,” ujar Yudha seusai prosesi pemakaman kemarin. Menurut dia, sebelum menghadiri acara di salah satu televisi swasta, kondisi kesehatan almarhum masih baik-baik saja.
Yudha mengaku bangga dengan pencapaian sang ayah di masa akhir hayatnya itu, karena menjadi legenda Indonesia sebagai salah satu sniper terbaik di dunia. Sebagai anak, dia melihat sosok almarhum selama hayatnya memiliki tipikal disiplin dan memiliki kemauan keras. “Beliau menjadi panutan kami sebagai putra-putrinya. Kami sangat kehilangan Bapak,” ungkapnya.
Tubagus beserta keluarga juga mengaku tidak menyangka jika almarhum merupakan salah seorang sniper terbaik di dunia serta dijuluki Siluman Tiga. Sang ayah diakui Yudha baru menceritakan pengalaman hidupnya setelah menyimpan selama puluhan tahun. “Dulu Bapak cuma cerita sempat bertugas menjadi TNI. Kalau sebagai penembak tidak. Tapi sekitar tahun 2008, saya pernah ditunjukkan sebuah majalah bila Bapak ternyata seorang sniper andal,” jelasnya.
Sebelum berpulang, almarhum yang merupakan purnawirawan pembantu letnan satu sempat berwasiat agar putraputrinya dapat menjaga dan memelihara prinsip kehidupan, termasuk memiliki jiwa patriotisme. Tak hanya itu, ayahnya juga pernah berpesan kalau meninggal enggan dimakamkan di makam pahlawan, namun lebih memilih di pemakaman umum.
“Saya melihat Bapak sudah mencapai puncak karier. Beliau juga sempat meminta agar saya mengikuti jejaknya, tapi ya saya memilih profesi lain di bidang hukum (pengacara),” ucapnya. Istri almarhum, Tati Hayati, 61, mengaku bangga dengan perjuangan sang suami.
”Alhamdulillah Bapak sekarang sudah bebas. Keluarga, anakanak, sama kesatuan simpati dengan prestasi Bapak. Bapak sudah bahagia walau sekarang tidak ada,” katanya.
Dila nashear
Ratusan pelayat pun ikut mengiringi jenazah ke tempat peristirahatan terakhirnya itu sebelum ditutup dengan upacara militer dari TNI AD. Suasana haru dan isak tangis dari pihak keluarga pecah begitu jenazah dari lelaki kelahiran Medan yang sempat menerima penghargaan Bintang Seroja itu sesaat sebelum masuk ke liang lahad.
Almarhum yang menjadi deretan penembak jitu dari 14 sniper di dunia meninggalkan seorang istri, empat anak, dan tujuh cucu. Tatang beberapa kali melaksanakan misi militer di Timor Timur yang kini dikenal dengan kawasan Timor Leste pada 1977- 1978. Anak ketiga almarhum Tubagus Abdi Yudha mengatakan, awalnya jenazah almarhum memang akan dimakamkan di TMP Cikutra.
Namun, lokasi pemakamansudahpenuh sehingga pihak keluarga memilih untuk mengebumikan jenazah Tatang di dekat kediamannya di kawasan Dayeuhkolot. “Saat tiba di RS Medistra, Jakarta, Selasa (3/3), malam Bapak sudah dinyatakan meninggal dunia akibat serangan jantung yang telah 14 tahun diderita,” ujar Yudha seusai prosesi pemakaman kemarin. Menurut dia, sebelum menghadiri acara di salah satu televisi swasta, kondisi kesehatan almarhum masih baik-baik saja.
Yudha mengaku bangga dengan pencapaian sang ayah di masa akhir hayatnya itu, karena menjadi legenda Indonesia sebagai salah satu sniper terbaik di dunia. Sebagai anak, dia melihat sosok almarhum selama hayatnya memiliki tipikal disiplin dan memiliki kemauan keras. “Beliau menjadi panutan kami sebagai putra-putrinya. Kami sangat kehilangan Bapak,” ungkapnya.
Tubagus beserta keluarga juga mengaku tidak menyangka jika almarhum merupakan salah seorang sniper terbaik di dunia serta dijuluki Siluman Tiga. Sang ayah diakui Yudha baru menceritakan pengalaman hidupnya setelah menyimpan selama puluhan tahun. “Dulu Bapak cuma cerita sempat bertugas menjadi TNI. Kalau sebagai penembak tidak. Tapi sekitar tahun 2008, saya pernah ditunjukkan sebuah majalah bila Bapak ternyata seorang sniper andal,” jelasnya.
Sebelum berpulang, almarhum yang merupakan purnawirawan pembantu letnan satu sempat berwasiat agar putraputrinya dapat menjaga dan memelihara prinsip kehidupan, termasuk memiliki jiwa patriotisme. Tak hanya itu, ayahnya juga pernah berpesan kalau meninggal enggan dimakamkan di makam pahlawan, namun lebih memilih di pemakaman umum.
“Saya melihat Bapak sudah mencapai puncak karier. Beliau juga sempat meminta agar saya mengikuti jejaknya, tapi ya saya memilih profesi lain di bidang hukum (pengacara),” ucapnya. Istri almarhum, Tati Hayati, 61, mengaku bangga dengan perjuangan sang suami.
”Alhamdulillah Bapak sekarang sudah bebas. Keluarga, anakanak, sama kesatuan simpati dengan prestasi Bapak. Bapak sudah bahagia walau sekarang tidak ada,” katanya.
Dila nashear
(ars)