Kopaja dan Metromini Diganti Bus Besar

Kamis, 05 Maret 2015 - 11:55 WIB
Kopaja dan Metromini...
Kopaja dan Metromini Diganti Bus Besar
A A A
JAKARTA - Ukuran armada Kopaja dan Metromini akan diperbesar agar dapat mengangkut penumpang lebih banyak dan meningkatkan pelayanan transportasi di Ibu Kota.

Kopaja dan Metromini adalah jenis bus sedang yang biasa mengakomodasi penumpang di jalan-jalan penghubung. ”Ukurannya akan sama dengan armada bus Transjakarta,” kata Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Balai Kota kemarin. Ahok menjelaskan, Jakarta membutuhkan banyak moda transportasi massal untuk menekan kepadatan arus lalu lintas.

Terpenting, segala komponen transportasi harus bagus dan diproduksi di Indonesia dengan kandungan lokal yang optimal. ”Juni mendatang PT Transjakarta akan membeli bus yang berbeda,” ungkapnya. Ketua Umum Kopaja Nanang Basuki mengatakan, pada prinsipnya Kopaja siap saja untuk diremajakan menjadi bus besar selama tujuannya untuk meningkatkan pelayanan transportasi.

Sebanyak 200 bus Kopaja yang masing-masing unit berkapasitas 40 orang itu saja saat ini terus dipenuhi penumpang. ”Sebagai koperasi kami setuju saja dengan peraturan Pemprov DKI. Terpenting transportasi di Jakarta berjalan baik,” katanya. Sebelumnya Ahok meminta Kopaja diberlakukan sistem pembayaran rupiah per kilometer. Kopaja S 66 (Blok M-Manggarai) menjadi proyek percontohannya.

Peralihan sistem setoran ke sistem rupiah per kilometer diyakini dapat menghilangkan angkutan mangkal sembarangan hingga membuat kemacetan arus lalu lintas. Sedianya sistem ini diterapkan bulan depan, namun molor karena masih dalam tahap negosiasi harga.PT Transjakarta menawarkan harga Rp10.000, sementara operator Kopaja meminta Rp13.000 per kilometer.

Pengamat transportasi Universitas Tarumanagara Leksmono Suryo Putranto mengusulkan lebih baik Ahok menghapus angkutan umum Koperasi Wahana Kalpika (KPK), Mikrolet, dan sebagainya. Angkutan umum tersebut lebih banyak negatifnya daripada positifnya. ”Mikrolet, KWK, dan sebagainya itu berkapasitas kecil, tapi membuat macet dengan mangkal sembarangan. Lebih baik itu saja yang dihapus dan diganti bus besar,” ungkapnya.

Bus sedang seperti Kopaja dan Metromini, lanjut Leksmono, masih dibutuhkan mengingat di Jakarta masih banyak terdapat jalan kecil. Masyarakat di permukiman masih membutuhkan bus tersebut. Dia mencontohkan di Hong Kong. Di sana bus sedang masih tetap ada meski segala macam moda transportasi massal seperti mass rapid transit(MRT) dan monorel sudah lengkap.

Bus sedang itu masih dibutuhkan di sebuah kota lantaran tidak semua kondisi jalan berkapasitas besar. ”Saya jadi bingung, satu sisi Ahok sedang membahas Kopaja AC boleh masuk koridor busway. Lalu sekarang mau diganti bus besar. Lebih baik hapus saja KWK dan mikrolet,” ucapnya.

Bima setiyadi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8122 seconds (0.1#10.140)