Anggaran Pertahanan China Naik 10%
A
A
A
BEIJING - China akan meningkatkan anggaran pertahanan sekitar 10% tahun ini. Namun, peningkatan itu masih lebih rendah dari kenaikan anggaran pertahanan tahun lalu yang mencapai 12,2%.
Juru Bicara Parlemen China Fu Ying mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan data lebih rinci berapa besaran kenaikan yang diajukan. Pasalnya, proposal itu baru akan dipublikasikan dalam agenda sesi ketiga Kongres Rakyat Nasional (NPC) ke-12 hari ini. “Karena itu, saya hanya bisa memberikan gambaran kasar. Pertumbuhan anggaran yang direkomendasikan untuk pertahanan nasional 2015 sekitar 10%,” ujarnya, dikutip Shanghaidaily .
Sejak lima tahun yang lalu, China selalu meningkatkan anggaran di bidang pertahanan. Pada tahun lalu, China menghabiskan dana sekitar USD129,4 miliar (Rp16,8 triliun), setelah proposal peningkatan 12,2% disetujui pemerintah. Sebelumnya, peningkatan mencapai 10,7% (2013), 11,2% (2012), 12,7% (2011), dan 7,5% (2010). Artinya, peningkatan 10% menjadi peningkatan terendah dalam lima tahun terakhir.
Pada tahun lalu, China menjadi negara kedua di dunia yang paling besar mengeluarkan anggaran di bidang pertahanan setelah Amerika Serikat (AS). AS menghabiskan dana USD581 miliar pada 2014. Urutan ketiga diduduki Arab Saudi dengan anggaran USD80,8 miliar. “Sebenarnya, secara keseluruhan peralatan militer antara tentara China dengan tentara negara sahabat masih ada jarak. Kami masih memerlukan banyak waktu,” ujar Fu.
“Dibandingkan dengan kebanyakan negara di dunia, jalan menuju modernisasi pertahanan China merupakan salah satu yang sulit dilakukan,” tambahnya. China tidak hanya akan membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari negara asing, tapi juga akan mengembangkan produksi persenjataan dalam negeri.
Pasalnya, China ingin berdiri sendiri untuk sebagian besar peralatan militer, meski terkadang harus melakukannya dari awal. Sebagai negara besar, China tentu memerlukan perlengkapan yang memadai untuk menjamin keamanan nasional dan rakyatnya. Tertinggal di belakang bisa menimbulkan celah yang akan mudah dihancurkan.
Pada Perang Dunia II, lebih dari 35 juta tentara China dan warga sipil tewas dibunuh atau terluka akibat agresi Jepang. Meski kualitas pertahanan ditingkatkan, Fu tetap menegaskan China berpegang pada prinsip perdamaian. Pemerintah tidak akan melakukan intervensi militer untuk menuntaskan masalah seperti sengketa Laut China Selatan atau Laut China Timur. Sialnya, tahun ini ekonomi China sedang memburuk. Peningkatan anggaran pertahanan 10% membuat negara Barat cemas.
China diduga hanya akan melakukan pening-katan sekitar 7%. Pasalnya, tahun ini ekonomi China hanya tumbuh 7,4%, terlemahdalam24tahunterakhir. Belum lama ini, Perdana Menteri Shinzo Abe mengalokasikan anggaran pertahanan sebesar USD42 miliar (Rp530,1 triliun). Alokasi dana itu menjadi rekor baru dan tetap mendapat sambutan baik dari Kementerian Pertahanan.
Saat ini Jepang d memerlukan dana besar untuk melindungi daerah perbatasan mereka. Maklum, pada tahun-tahun sebelumnya, ketegangan antara Jepang dan China meningkat karena sengketa Laut China Timur.
Muh shamil
Juru Bicara Parlemen China Fu Ying mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan data lebih rinci berapa besaran kenaikan yang diajukan. Pasalnya, proposal itu baru akan dipublikasikan dalam agenda sesi ketiga Kongres Rakyat Nasional (NPC) ke-12 hari ini. “Karena itu, saya hanya bisa memberikan gambaran kasar. Pertumbuhan anggaran yang direkomendasikan untuk pertahanan nasional 2015 sekitar 10%,” ujarnya, dikutip Shanghaidaily .
Sejak lima tahun yang lalu, China selalu meningkatkan anggaran di bidang pertahanan. Pada tahun lalu, China menghabiskan dana sekitar USD129,4 miliar (Rp16,8 triliun), setelah proposal peningkatan 12,2% disetujui pemerintah. Sebelumnya, peningkatan mencapai 10,7% (2013), 11,2% (2012), 12,7% (2011), dan 7,5% (2010). Artinya, peningkatan 10% menjadi peningkatan terendah dalam lima tahun terakhir.
Pada tahun lalu, China menjadi negara kedua di dunia yang paling besar mengeluarkan anggaran di bidang pertahanan setelah Amerika Serikat (AS). AS menghabiskan dana USD581 miliar pada 2014. Urutan ketiga diduduki Arab Saudi dengan anggaran USD80,8 miliar. “Sebenarnya, secara keseluruhan peralatan militer antara tentara China dengan tentara negara sahabat masih ada jarak. Kami masih memerlukan banyak waktu,” ujar Fu.
“Dibandingkan dengan kebanyakan negara di dunia, jalan menuju modernisasi pertahanan China merupakan salah satu yang sulit dilakukan,” tambahnya. China tidak hanya akan membeli alat utama sistem persenjataan (alutsista) dari negara asing, tapi juga akan mengembangkan produksi persenjataan dalam negeri.
Pasalnya, China ingin berdiri sendiri untuk sebagian besar peralatan militer, meski terkadang harus melakukannya dari awal. Sebagai negara besar, China tentu memerlukan perlengkapan yang memadai untuk menjamin keamanan nasional dan rakyatnya. Tertinggal di belakang bisa menimbulkan celah yang akan mudah dihancurkan.
Pada Perang Dunia II, lebih dari 35 juta tentara China dan warga sipil tewas dibunuh atau terluka akibat agresi Jepang. Meski kualitas pertahanan ditingkatkan, Fu tetap menegaskan China berpegang pada prinsip perdamaian. Pemerintah tidak akan melakukan intervensi militer untuk menuntaskan masalah seperti sengketa Laut China Selatan atau Laut China Timur. Sialnya, tahun ini ekonomi China sedang memburuk. Peningkatan anggaran pertahanan 10% membuat negara Barat cemas.
China diduga hanya akan melakukan pening-katan sekitar 7%. Pasalnya, tahun ini ekonomi China hanya tumbuh 7,4%, terlemahdalam24tahunterakhir. Belum lama ini, Perdana Menteri Shinzo Abe mengalokasikan anggaran pertahanan sebesar USD42 miliar (Rp530,1 triliun). Alokasi dana itu menjadi rekor baru dan tetap mendapat sambutan baik dari Kementerian Pertahanan.
Saat ini Jepang d memerlukan dana besar untuk melindungi daerah perbatasan mereka. Maklum, pada tahun-tahun sebelumnya, ketegangan antara Jepang dan China meningkat karena sengketa Laut China Timur.
Muh shamil
(ars)