Peluang Merekah, Pundi-Pundi Bertambah
A
A
A
PARA pembuat aplikasi lokal ini membuktikan bahwa karya mereka bisa sukses, baik sukses digunakan oleh banyak orang maupun sukses memberikan pendapatan yang jumlahnya tidak sedikit. Siapa saja mereka?
Ngomongin bisnis di bidang teknologi informasi (TI) memang enggak ada habisnya. Era globalisasi membuat masyarakat Indonesia semakin melek teknologi. Bahkan, bisa dibilang enggak bisa hidup tanpa teknologi. Dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, pada 2014 jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 82 juta orang.
Penjualan smartphonepun ikut terkena dampaknya. Pada kuartal pertama 2014, lembaga riset GfK mengungkap bahwa Indonesia memiliki pertumbuhan pasar dari tahun ke tahun sebesar 68%. GfK juga memperkirakan ada 7,4 juta telepon pintar terjual dalam kurun waktu tersebut. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak se-Asia Tenggara.
Hal ini semakin membuka peluang bagi para insan kreatif di bidang TI untuk berkarya. Mereka yang bisa membuat karya yang bisa sukses menarik hati para pengguna smartphone. Hasil yang didapat bisa luar biasa. Catfiz Messenger, misalnya, merupakan aplikasi chattingsekaligus jejaring sosial buatan lokal.
Walaupun belum sepopuler pesaingnya seperti WhatsApp, BlackBerry Messenger,dan Line, pengguna Catfizdatang tidak hanya di Indonesia, juga mancanegara. Selama tiga tahun eksis, Catfiz mengklaim telah memiliki 4 juta pelanggan dengan 1,2 juta pengguna aktif.
Selama kurun waktu tersebut, Indonesia berada di peringkat kedua, di bawah Arab Saudi dan Oman di peringkat ketiga. Sebagai aplikasi yang dapat di-downloadgratis, tidak lantas membuat Catfiz sebagai aplikasi “amal”. Namun, dapat memberikan kontribusi bagi pundi-pundi tabungan juga lho. “Catfiz memang dapat di-download gratis, namun Catfiz mendapat revenue dari iklan di bagian luar linkyang tidak terekspos,” ujar Co Founder Catfiz Mochammad Arfan.
Untuk mendapatkan iklan, perlu ada upaya agar jumlah user bisa terus membesar. Menurut pria yang doyan chattingini, jika jumlah userbanyak, uang pun akan datang dengan sendirinya. Arfan memberikan sebuah gambaran bisnis yang terdapat di dalam negeri dan luar negeri.
“Jadi per userbisa diekstraksi nilai ekonominya antara Rp1.000- 10.000. Misal, aplikasi dengan 1 juta pengguna bisa menghasilkan Rp1 miliar sampai Rp10 miliar setahun. Meski, untuk ukuran Indonesia, ekstraksinya lebih kecil antara Rp300-Rp1.000 per user atau Rp300 juta hingga Rp1 miliar setahun,” katanya.
CEO klik-eat.comMichael Saputra juga merasakan benar bagaimana aplikasi buatannya dapat menghasilkan pundi-pundi uang. Klik-eat.com adalah aplikasi yang berfungsi mempermudah pemesanan makanan di restoran-restoran. Aplikasi gratis tersebut mendapatkan revenuedari komisi yang diperoleh dari setiap transaksi. “Jumlahnya sekitar 10%-25%. Tergantung kesepakatan kami dengan pihak resto,” sebutnya.
Sampai saat ini, Klik-eat telah bekerja sama dengan lebih dari 600 restoran di wilayah Jakarta dan Tangerang dengan total 10.000 lebih menu. Pria berusia 30 tahun ini juga mengatakan bahwa dalam setahun, transaksi di Klik-eat mencapai Rp1,5 miliar. Namun, tidak semua mendapat untung dari aplikasi gratis.
Contohnya adalah Learn Quran, aplikasi berbayar bagi pemula yang ingin belajar Quran. Aplikasi yang dibuat oleh Badr Interactive ini mengenakan tarif tertentu jika ingin mendapatkan full version. Adapun jika ingin menambah fitur, pengguna dikenakan Rp15.000 per item.
Pendiri Badr Interactive, Andreas Senjaya, tidak mengatakan secara rinci berapa revenueyang didapat. Namun, ia mengatakan, aplikasinya telah di-download lebih dari 100.000 kali. Hasilnya bisa dibayangkan apabila seluruh pengguna membeli fitur-fitur tersebut? Besar sekali. Meskipun Badrtelah membuat ratusan aplikasi mobile, tidak semuanya profitoriented.
Baginya dengan membuat aplikasi yang dapat berguna bagi banyak orang, akan memberikan nilai dan kepuasan tersendiri. “Jika karya kami disukai banyak orang dan diunduh banyak pengguna, kepuasan yang didapat tidak ternilai,” ujar alumnus Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia ini.
Tak berbeda jauh, aplikasi Siaga Banjir yang didirikan oleh Fauzan Helmi Sudaryanto dan teman-temannya ini dibuat untuk kepentingan orang banyak. Aplikasi ini memberikan notifikasi ketika ada daerah yang banjir. Siaga Banjir pun mendapat respon positif. Bahkan, aplikasi ini mendapat dua penghargaan internasional dan empat penghargaan nasional.
”Dari sini kita bisa melihat bahwa solusi untuk bencana cukup inovatif. Selama ini belum ada pendekatan untuk menyelesaikan bencana dengan bantuan teknologi,” kata Fauzan. Siaga Banjir bertujuan untuk membantu masyarakat Jakarta agar mendapatkan informasi terkini dan relevan tentang banjir.
Di sisi lain, mereka ingin membantu korban dengan harapan agar masyarakat dapat ikut tergerak. Hal itu diwujudkan dengan membuat tiga feature yang dapat dilihat dalam website siaga banjir.org. “Mungkin dengan Siaga Banjir ini bisa membuat kesadaran di masyarakat bahwa kita ga cuma bisa marah-marah, tapi juga bisa membantu. Ketika ada bencana jadi saling bantu, bukan menyalahkan,” ujar salah satu tim Siaga Banjir, Caraka Nur Azmi.
Tak hanya di Jakarta, masyarakat juga dapat melihat titik banjir di daerah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.Ke depannya, Siaga Banjir berharap untuk mengembangkan aplikasi yang lebih mobile friendly.
Nila Aisyarah
Ngomongin bisnis di bidang teknologi informasi (TI) memang enggak ada habisnya. Era globalisasi membuat masyarakat Indonesia semakin melek teknologi. Bahkan, bisa dibilang enggak bisa hidup tanpa teknologi. Dari data Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, pada 2014 jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 82 juta orang.
Penjualan smartphonepun ikut terkena dampaknya. Pada kuartal pertama 2014, lembaga riset GfK mengungkap bahwa Indonesia memiliki pertumbuhan pasar dari tahun ke tahun sebesar 68%. GfK juga memperkirakan ada 7,4 juta telepon pintar terjual dalam kurun waktu tersebut. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak se-Asia Tenggara.
Hal ini semakin membuka peluang bagi para insan kreatif di bidang TI untuk berkarya. Mereka yang bisa membuat karya yang bisa sukses menarik hati para pengguna smartphone. Hasil yang didapat bisa luar biasa. Catfiz Messenger, misalnya, merupakan aplikasi chattingsekaligus jejaring sosial buatan lokal.
Walaupun belum sepopuler pesaingnya seperti WhatsApp, BlackBerry Messenger,dan Line, pengguna Catfizdatang tidak hanya di Indonesia, juga mancanegara. Selama tiga tahun eksis, Catfiz mengklaim telah memiliki 4 juta pelanggan dengan 1,2 juta pengguna aktif.
Selama kurun waktu tersebut, Indonesia berada di peringkat kedua, di bawah Arab Saudi dan Oman di peringkat ketiga. Sebagai aplikasi yang dapat di-downloadgratis, tidak lantas membuat Catfiz sebagai aplikasi “amal”. Namun, dapat memberikan kontribusi bagi pundi-pundi tabungan juga lho. “Catfiz memang dapat di-download gratis, namun Catfiz mendapat revenue dari iklan di bagian luar linkyang tidak terekspos,” ujar Co Founder Catfiz Mochammad Arfan.
Untuk mendapatkan iklan, perlu ada upaya agar jumlah user bisa terus membesar. Menurut pria yang doyan chattingini, jika jumlah userbanyak, uang pun akan datang dengan sendirinya. Arfan memberikan sebuah gambaran bisnis yang terdapat di dalam negeri dan luar negeri.
“Jadi per userbisa diekstraksi nilai ekonominya antara Rp1.000- 10.000. Misal, aplikasi dengan 1 juta pengguna bisa menghasilkan Rp1 miliar sampai Rp10 miliar setahun. Meski, untuk ukuran Indonesia, ekstraksinya lebih kecil antara Rp300-Rp1.000 per user atau Rp300 juta hingga Rp1 miliar setahun,” katanya.
CEO klik-eat.comMichael Saputra juga merasakan benar bagaimana aplikasi buatannya dapat menghasilkan pundi-pundi uang. Klik-eat.com adalah aplikasi yang berfungsi mempermudah pemesanan makanan di restoran-restoran. Aplikasi gratis tersebut mendapatkan revenuedari komisi yang diperoleh dari setiap transaksi. “Jumlahnya sekitar 10%-25%. Tergantung kesepakatan kami dengan pihak resto,” sebutnya.
Sampai saat ini, Klik-eat telah bekerja sama dengan lebih dari 600 restoran di wilayah Jakarta dan Tangerang dengan total 10.000 lebih menu. Pria berusia 30 tahun ini juga mengatakan bahwa dalam setahun, transaksi di Klik-eat mencapai Rp1,5 miliar. Namun, tidak semua mendapat untung dari aplikasi gratis.
Contohnya adalah Learn Quran, aplikasi berbayar bagi pemula yang ingin belajar Quran. Aplikasi yang dibuat oleh Badr Interactive ini mengenakan tarif tertentu jika ingin mendapatkan full version. Adapun jika ingin menambah fitur, pengguna dikenakan Rp15.000 per item.
Pendiri Badr Interactive, Andreas Senjaya, tidak mengatakan secara rinci berapa revenueyang didapat. Namun, ia mengatakan, aplikasinya telah di-download lebih dari 100.000 kali. Hasilnya bisa dibayangkan apabila seluruh pengguna membeli fitur-fitur tersebut? Besar sekali. Meskipun Badrtelah membuat ratusan aplikasi mobile, tidak semuanya profitoriented.
Baginya dengan membuat aplikasi yang dapat berguna bagi banyak orang, akan memberikan nilai dan kepuasan tersendiri. “Jika karya kami disukai banyak orang dan diunduh banyak pengguna, kepuasan yang didapat tidak ternilai,” ujar alumnus Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia ini.
Tak berbeda jauh, aplikasi Siaga Banjir yang didirikan oleh Fauzan Helmi Sudaryanto dan teman-temannya ini dibuat untuk kepentingan orang banyak. Aplikasi ini memberikan notifikasi ketika ada daerah yang banjir. Siaga Banjir pun mendapat respon positif. Bahkan, aplikasi ini mendapat dua penghargaan internasional dan empat penghargaan nasional.
”Dari sini kita bisa melihat bahwa solusi untuk bencana cukup inovatif. Selama ini belum ada pendekatan untuk menyelesaikan bencana dengan bantuan teknologi,” kata Fauzan. Siaga Banjir bertujuan untuk membantu masyarakat Jakarta agar mendapatkan informasi terkini dan relevan tentang banjir.
Di sisi lain, mereka ingin membantu korban dengan harapan agar masyarakat dapat ikut tergerak. Hal itu diwujudkan dengan membuat tiga feature yang dapat dilihat dalam website siaga banjir.org. “Mungkin dengan Siaga Banjir ini bisa membuat kesadaran di masyarakat bahwa kita ga cuma bisa marah-marah, tapi juga bisa membantu. Ketika ada bencana jadi saling bantu, bukan menyalahkan,” ujar salah satu tim Siaga Banjir, Caraka Nur Azmi.
Tak hanya di Jakarta, masyarakat juga dapat melihat titik banjir di daerah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.Ke depannya, Siaga Banjir berharap untuk mengembangkan aplikasi yang lebih mobile friendly.
Nila Aisyarah
(ftr)