Perahu Terbalik, Tiga Penumpang Tewas
A
A
A
SUNGGUMINASA - Tiga orang tewas saat perahu penyeberangan sarat penumpang terbalik di Sungai Jeneberang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Minggu (22/2) malam. Kecelakaan diduga karena kapal bocor dan kelebihan kapasitas.
Perahu berukuran sekitar 12mX3,8mX2,5m itu berangkat dari Kelurahan Pandang- Pandang, Kecamatan Mallengkeri, Makassar, menuju Desa Taeng, Kecamatan Pallangga. Seharusnya perahu tersebut hanya mengangkut sesuai kapasitas penumpang yakni 16 orang, plus kendaraan sepeda motor sekitar delapan unit.
Namun, perahu tersebut mengangkut sekitar 30 orang dan kendaraan sepeda motor sekitar 13 unit. Apalagi, kondisi perahu sudah tidak layak lagi digunakan karena beberapa kayunya sudah banyak yang rapuh.
Terbukti, perahu tersebut saat menyeberang dalam kondisi bocor, namun tetap dipaksakan mengangkut penumpang. “Perahu ini diduga kelebihan muatan. Faktanya, perahu ini memuat sekitar 16 sepeda motor dan lebih dari 20 orang penumpang,” kata anggota Polsek Pallangga Aiptu Nurdin Karim kemarin.
Seorang penumpang selamat, Sirajuddin Dg Sijaya, mengatakan, perahu tersebut memang berangkat sudah mengalami kebocoran. Seorang penumpang bahkan meminta tidak melanjutkan perjalanan. Namun, nakhoda perahu nahas tersebut tetap melajukan perjalanan perahunya.
“Setelah sampai tengah sungai, perahu sudah mulai dipenuhi air, miring, dan tidak lama kemudian terbalik. Seluruh penumpang, termasuk sepeda motor tercebur ke sungai. Kejadian ini cukup singkat,” katanya.
Sirajuddin menambahkan, beruntung warga yang bermukim di sekitar sungai melihat kejadian tersebut sehingga segera memberikan pertolongan. “Jika tidak ada warga yang memberikan pertolongan, dipastikan banyak korban meninggal dunia karena pada saat kejadian arus sungai cukup deras,” sebutnya.
Nakhoda perahu Irwan mengatakan, perahu yang dikemudikannya tenggelam karena menabrak benda keras dari dalam sungai. Padahal, perahu tersebut sudah hampir bersandar di dermaga Desa Taeng. “Perahu berpenumpang sekitar 20 orang itu sudah hampir sandar, namun tiba-tiba menabrak benda keras seperti batu sehingga kapal bocor, kemudian akhirnya tenggelam,” akunya.
Akibat kecelakaan tersebut, tiga penumpang meninggal dunia. Dua korban tewas ditemukan tak lama setelah kejadian yakni kakak-beradik Nur Inayah, 5, dan Muh Fadly Rahman, 3, anak pasangan Muh Hasfa dan Hartati, warga Barombong. Sementara satu korban terakhir bernama Muhammad Rais, 28, warga Desa Taeng, yang ditemukan tim SAR gabungan siang kemarin.
Kepala Desa (Kades) Taeng Nurdin Yasin mengatakan, tragedi terbaliknya perahu penyeberangan di Sungai Jeneberang disebabkan lemahnya pengawasan dari Dinas Perhubungan (Dishub) Gowa yang seharusnya memberikan perhatian terhadap jalur penyeberangan di Sungai Jeneberang. Namun, kenyataannya terkesan ada pembiaran.
“Pembiaran dilakukan oleh Dishub yakni tidak memperhatikan keselamatan warga saat menumpangi perahu penyeberangan tersebut. Misalnya penumpang harus dilengkapi sabuk keselamatan,” katanya. Dia menyatakan, jalur perairan sungai ini jalur alternatif dan sangat membantu warga, khususnya warga Desa Taeng, sebab dapat memperpendek jarak yang akan ke Makassar.
“Meski jalur penyeberangan hanya menggunakan alat transportasi sederhana yakni perahu berukuran kecil yang warga setempat menamainya lepa-lepa, itu sudah lama dimanfaatkan warga,” tuturnya.
Baharuddin
Perahu berukuran sekitar 12mX3,8mX2,5m itu berangkat dari Kelurahan Pandang- Pandang, Kecamatan Mallengkeri, Makassar, menuju Desa Taeng, Kecamatan Pallangga. Seharusnya perahu tersebut hanya mengangkut sesuai kapasitas penumpang yakni 16 orang, plus kendaraan sepeda motor sekitar delapan unit.
Namun, perahu tersebut mengangkut sekitar 30 orang dan kendaraan sepeda motor sekitar 13 unit. Apalagi, kondisi perahu sudah tidak layak lagi digunakan karena beberapa kayunya sudah banyak yang rapuh.
Terbukti, perahu tersebut saat menyeberang dalam kondisi bocor, namun tetap dipaksakan mengangkut penumpang. “Perahu ini diduga kelebihan muatan. Faktanya, perahu ini memuat sekitar 16 sepeda motor dan lebih dari 20 orang penumpang,” kata anggota Polsek Pallangga Aiptu Nurdin Karim kemarin.
Seorang penumpang selamat, Sirajuddin Dg Sijaya, mengatakan, perahu tersebut memang berangkat sudah mengalami kebocoran. Seorang penumpang bahkan meminta tidak melanjutkan perjalanan. Namun, nakhoda perahu nahas tersebut tetap melajukan perjalanan perahunya.
“Setelah sampai tengah sungai, perahu sudah mulai dipenuhi air, miring, dan tidak lama kemudian terbalik. Seluruh penumpang, termasuk sepeda motor tercebur ke sungai. Kejadian ini cukup singkat,” katanya.
Sirajuddin menambahkan, beruntung warga yang bermukim di sekitar sungai melihat kejadian tersebut sehingga segera memberikan pertolongan. “Jika tidak ada warga yang memberikan pertolongan, dipastikan banyak korban meninggal dunia karena pada saat kejadian arus sungai cukup deras,” sebutnya.
Nakhoda perahu Irwan mengatakan, perahu yang dikemudikannya tenggelam karena menabrak benda keras dari dalam sungai. Padahal, perahu tersebut sudah hampir bersandar di dermaga Desa Taeng. “Perahu berpenumpang sekitar 20 orang itu sudah hampir sandar, namun tiba-tiba menabrak benda keras seperti batu sehingga kapal bocor, kemudian akhirnya tenggelam,” akunya.
Akibat kecelakaan tersebut, tiga penumpang meninggal dunia. Dua korban tewas ditemukan tak lama setelah kejadian yakni kakak-beradik Nur Inayah, 5, dan Muh Fadly Rahman, 3, anak pasangan Muh Hasfa dan Hartati, warga Barombong. Sementara satu korban terakhir bernama Muhammad Rais, 28, warga Desa Taeng, yang ditemukan tim SAR gabungan siang kemarin.
Kepala Desa (Kades) Taeng Nurdin Yasin mengatakan, tragedi terbaliknya perahu penyeberangan di Sungai Jeneberang disebabkan lemahnya pengawasan dari Dinas Perhubungan (Dishub) Gowa yang seharusnya memberikan perhatian terhadap jalur penyeberangan di Sungai Jeneberang. Namun, kenyataannya terkesan ada pembiaran.
“Pembiaran dilakukan oleh Dishub yakni tidak memperhatikan keselamatan warga saat menumpangi perahu penyeberangan tersebut. Misalnya penumpang harus dilengkapi sabuk keselamatan,” katanya. Dia menyatakan, jalur perairan sungai ini jalur alternatif dan sangat membantu warga, khususnya warga Desa Taeng, sebab dapat memperpendek jarak yang akan ke Makassar.
“Meski jalur penyeberangan hanya menggunakan alat transportasi sederhana yakni perahu berukuran kecil yang warga setempat menamainya lepa-lepa, itu sudah lama dimanfaatkan warga,” tuturnya.
Baharuddin
(ftr)