Mampu Turunkan Gula Darah, Kewalahan Penuhi Pesanan

Senin, 23 Februari 2015 - 10:38 WIB
Mampu Turunkan Gula...
Mampu Turunkan Gula Darah, Kewalahan Penuhi Pesanan
A A A
Tanaman pare atau peria (momordica charantia ) masih kerap dipandang “sebelah mata”. Hal ini lantaran rasanya yang pahit dan bentuknya yang memang tak semenarik buah-buahan atau sayuran lainnya.

Pare biasanya hanya dibuat oseng-oseng atau campuran sayur lainnya. Namun di tangan M Sofyan Hadi, 34, pare yang merupakan tanaman khas Asia Tropis ini “naik kelas”. Berbekal biji pare, lahan kosong sekitar rumah dan kreativitas, Sofyan pun menyulap pare menjadi camilan “berkelas” sehingga memiliki nilai ekonomis tinggi. Tak hanya itu, lewat langkah itu pula semakin banyak orang yang sadar dengan manfaat pare untuk kesehatan.

Tangan Sofyan terlihat cekatan memindahkan irisan pare dari dalam ember ke wadah persegi panjang dari anyaman bambu yang mirip tempat untuk mengeringkan kerupuk. Setelah seluruh permukaan tempat pengering dari bambu itu penuh, dia pun menaruhnya di salah satu sudut bangunan tempat usahanya yang ada di Dukuh Bareng Cempling, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kudus itu.

“Memang sengaja tidak kita jemur di bawah sinar matahari. Agar keringnya alami, cukup diangin-anginkan saja,” kata Sofyan kemarin. Di bagian sudut bangunan itu, terlihat sejumlah perempuan yang juga beraktivitas dengan pare. Ada yang mencampur irisan pare dengan bumbu, menggoreng di atas wajan besar dan meniriskan di atas wadah yang terbuat dari bambu. Beberapa di antaranya ada yang memasukkan hasil gorengan pare itu ke dalam plastik ukuran tertentu.

Dan proses selanjutnya, olahan pare dipres dan dilabeli “parea”. Produk UMKM ini pun siap dikirim ke berbagai daerah baik lingkup Pulau Jawa maupun luar Jawa. “Pesanan banyak kita sampai kewalahan. Omzet tiap bulan sekitar puluhan juta rupiah,” ucapnya. Parea adalah merek dagang produk pare buatan Sofyan, baik yang berbalur tepung maupun tanpa tepung (orisinal).

Parea yang mulai diproduksi September 2014 ini sudah menembus pasar berbagai kota besar di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Bandung, Semarang, Palembang, Medan, Kalteng, Kalsel. “Pemesan paling banyak justru apotek. Pihak apotek bahkan membuat stan khusus produk parea ini,” ujarnya. Kalangan apotek sampai kepincut parea bukan tanpa sebab. Ternyata sudah banyak pembeli yang membuktikan khasiat parea. Salah satu “keluhan” yang bisa diatasi dengan parea adalah kadar gula darah dalam tubuh manusia.

Pare memang ampuh untuk menurunkan gula darah dan sekaligus menormalkan fungsi pankreas. Logikanya kalau pankreas normal maka fungsi berbagai organ tubuh lainnya juga lancar. “Tetangga saya juga sudah membuktikan hal itu. Saya juga memulai usaha ini dari peristiwa yang dialami tetangga itu. Gula darahnya turun hingga separonya setelah mengonsumsi pare buatan saya. Setelah diuji medis, ternyata memang benar akhirnya saya pun termotivasi mengolah pare hingga sekarang,” tutur mantan jurnalis ini.

Proses penemuan formula hingga menjadi sekarang ini, diakui Sofyan membutuhkan waktu. Dia juga melakukan serangkaian percobaan agar hasil kreativitasnya diterima pasar. Salah satu kendala yang dihadapi yakni rasa pahit pare hingga banyak orang yang ogah-ogahan mengonsumsi. Setelah mencoba berbagai resep, akhirnya Sofyan menemukan cara untuk menghilangkan rasa pahit pare, yakni pare yang telah dirajang direndam dengan daun kudo selama dua hari.

Setelah itu, pare dijemur dan digoreng. Untuk mendapatkan hasil maksimal, penggorengan dilakukan dua kali. “Sengaja kita goreng lebih dari sekali agar crispy . Ini juga untuk menyesuaikan pasar. Pare tetap gurih, kriuk namun tetap menyehatkan,” ucapnya. Saat ini, dengan tujuh karyawan, Sofyan mampu memproduksi sekitar 3.000 bungkus parea dari berbagai kemasan. Untuk harga dibanderol mulai Rp5.000-30.000 tergantung ukuran.

Varian rasa yang ditawarkan juga berbeda-beda. Ada rasa orisinal, keju, jagung bakar, pedas, dan lain-lain. Kendala yang dihadapi saat ini, kata Sofyan, adalah minimnya bahan baku. Memang, yang dia gunakan bukan sembarang jenis pare, melainkan jenis pare thailand atau dikenal juga dengan sebutan pare landak. Sofyan sudah punya 5.000 tanaman pare di lahan 0,5 hektare lahan miliknya.

Namun ternyata itu belum cukup. Mengatasi persoalan itu, Sofyan bekerja sama dengan petani di sekitar tempat tinggalnya. Saat ini sudah ada lima petani plasma yang siap memasok pare ke Sofyan. “Saya ingin parea ini bisa lebih dikenal khalayak luas seperti produk serupa asal Malang yang terkenal dengan keripik buahnya ,” ujarnya.

Fitri Atmoko, warga Yogyakarta yang bekerja di Kudus, merupakan salah satu pelanggan parea buatan Sofyan. Atmoko mengaku selalu membawakan oleh-oleh parea untuk keluarganya tiap kali pulang ke Kota Gudeg. “Kebetulan ada anggota keluarga yang kena gula darah. Parea ini juga bisa menghilangkan pusing kepala. Saya sudah membuktikan sendiri,” tandasnya.

Muhammad Oliez
Kudus
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7206 seconds (0.1#10.140)