Mesir Serang Basis ISIS

Selasa, 17 Februari 2015 - 14:19 WIB
Mesir Serang Basis ISIS
Mesir Serang Basis ISIS
A A A
KAIRO - Angkatan Udara Mesir kemarin melancarkan serangan udara ke basis pertahanan ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) di Libya sebagai bentuk balas dendam atas eksekusi mati sejumlah warga minoritas Mesir.

Sedikitnya 50 gerilyawan ISIS tewas dalam serangan Mesir pertama melawan ISIS ini. Serangan udara itu diumumkan hanya beberapa jam setelah ISIS merilis video yang menunjukkan eksekusi mati terhadap 21 warga minoritas Mesir. Mesir berkoordinasi dengan Libya dalam melancarkan serangan udara itu. Banyak pihak yang mendukung serangan udara Negeri Piramida.

Komandan AU Libya Saqer al-Joroushi mengungkapkan, 40 hingga 50 gerilyawan tewas dalam serangan udara kemarin di Libya. “Ada sejumlah korban individu, gudang amunisi dan pusat komunikasi yang dihancurkan,” kata Joroushi kepada stasiun televisi Al-Arabiya . Selain itu, serangan udara itu juga menargetkan sejumlah kamp militer dan pusat pelatihan. Joroushi menambahkan, serangan udara itu tidak akan dilaksanakan sekali, tetapi berkelanjutan.

“Serangan akan dilanjutkan hari ini (kemarin) dan besok,” ungkapnya. Para saksi mata mengungkapkan, sedikitnya terdapat tujuh serangan udara di Derma, Libya timur. Sebelumnya, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan, Mesir memiliki hak untuk bereaksi melawan ISIS.

“Mesir berhak untuk merespons pada waktu yang tepat dan dengan cara yang sesuai sebagai pembalasan terhadap para pembunuh yang tidak manusiawi,” seru Sisi. Dia mengungkapkan, Mesir dan seluruh dunia berada dalam pertempuran sengit dengan kelompok yang membawa ideologi ekstremis dan mempunyai tujuan yang sama.

Serangan udara Mesir itu didukung penuh Uni Emirat Arab, sekutu utama Kairo. Uni Emirat akan memberikan dukungan penuh bagi Mesir untuk memberantas terorisme dan kekerasan. Sementara itu, para pejabat keamanan Mesir meyakini gerilyawan ISIS di Libya memiliki hubungan dengan peningkatan kekerasan di Sinai.

Gerilyawan Sinai telah menewaskan ratusan tentara Mesir sejak tergulingnya mantan Presiden Mohamed Mursi pada 2013 setelah demonstrasi massal. Dalam sebuah video yang ditayangkan pada Minggu (15/2), sekelompok orang yang mengenakan pakaian terusan berwarna oranye dipaksa berlutut dan dipenggal.

Mereka adalah para pekerja Mesir yang beragama Kristen Koptik. Mereka diculik pada Desember dan Januari dari kota pesisir, Sirte, di Libya timur. Para keluarga korban menuntut Pemerintah Mesir melakukan tindakan tegas. Gedung Putih mengutuk eksekusi mati itu. Washington menyebut pembunuhan itu dilakukan dengan brutal.

“Aksi kejam itu akan memaksa komunitas internasional bersatu melawan ISIS,” demikian keterangan ISIS. Presiden Prancis Francois Hollande mengungkapkan kepeduliannya terhadap ekspansi ISIS di Libya. Kemudian, Al-Azhar, lembaga keilmuan berbasis di Kairo, menyatakan pembunuhan itu sebagai tindakan barbar.

Sementara itu, dalam kasus serangan di Kopenhagen, Denmark, polisi mendakwa dua orang yang diduga membantu pelaku penyerangan dua orang di sinagoga. Polisi Denmark juga telah mengidentifikasi pelaku utama penyerangan bernama Omar El-Hussein. Hussein ditembak mati polisi setelah menyerang acara perdebatan kebebasan menyatakan pendapat dan sinagoga.

Seorang sutradara film dan petugas sinagoga terbunuh, sedangkan lima orang lainnya terluka dalam serangan itu. Namun, dalam aksinya, El-Hussein dicurigai dibantu dua pria. Mereka ditengarai menyediakan senjata serta turut membantu El-Hussein bersembunyi. “Dua orang didakwa membantu melalui nasihat dan tindakan tersangka penembakan di Krudttonden dan Krystalgade,” demikian polisi Denmark, dikutip Reuters.

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7198 seconds (0.1#10.140)