AS Dirikan Lembaga Khusus Tangani Kejahatan Cyber
A
A
A
MENYUSUL serangan aksi kejahatan dunia maya (cyber )yang dialami perusahaan film Sony Picture belum lama ini, Amerika Serikat (AS) langsung membentuk unit intelijen baru yang disebut Cyber Threat Intelligence Center.
Unit ini bertugas untuk melakukan koordinasi atas hasil analisa dari ancaman kejahatan cyber. Penasihat Keamanan Dalam Negeri dan Kontra Terorisme Lisa Monaco mengatakan, pembentukan lembaga baru ini dimaksudkan agar proses pengumpulan dan penyebarluasan data atas aksi penyusupan dunia maya kepada seluruh badan intelijen di AS bisa dilakukan lebih cepat.
“Saat ini tidak ada satu pun lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab untuk menilai ancaman dunia maya secara terkoordinasi dan bisa berbagi informasi secara cepat,” ujar Monaco, dikutip Reuters. Presiden AS Barrack Obama menjadikan masalah keamanan dunia maya pada posisi teratas dalam agenda 2015. Hal ini dipicu atas serangan terhadap Sony Picture, Home Depot Inc, Anthem Inc dan Target Corp, serta situs pemerintah federal.
Pejabat AS menjelaskan bahwa serangan tehadap Sony Picture sebagai suatu yang mengkhawatirkan karena para peretas dapat mencuri data, melemahkan sistem komputer dan menekan studio ini untuk menahan peluncuran film satir tentang Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Langkah Obama yang fokus untuk meningkatkan keamanan dunia maya mendapatkan pujian dari sejumlah pihak.
Namun, beberapa orang mempertanyakan apakah pembentukan unit intelijen baru ini bisa menjadi jawabannya atas berbagai kasus peretasan yang dialami AS. Juga, apakah unit baru ini harus menjadi bagian dari komunitas intelijen rahasia AS. Tanggung jawab atas keamanan dunia maya selama ini menyebar di seluruh lembaga pemerintahan AS, termasuk Badan Keamanan Nasional, Departemen Keamanan Dalam Negeri, FBI, dan Komando Militer AS divisi dunia maya.
“Apakah ini akan efektif, apakah ini merupakan reorganisasi,” ujar Amit Yoran, pemimpin perusahaan keamanan RSA. “Pekerjaan rumah kita dalam masalah serangan dunia maya belum selesai,” ungkapnya. Namun di satu sisi, langkah AS ini dinilai berlebihan. “Saya rasa ini terlalu berlebihan,” ujar Tom Kellermann, kepala keamanan dunia maya dari Trend Micro Inc. “Dengan adanya sejumlah serangan belakangan ini, tidak serta merta AS memerlukan unit intelijen dunia maya baru,” tambah Kellermann.
Namun, Monaco menolak kritikan itu. Menurutnya, unit baru ini tidak akan saling tumpang tindih dengan badan intelijen yang sudah ada. Tugasnya juga jelas, yakni untuk menyelidiki dan menangkal serangan dunia maya. Justru, dengan adanya unit baru ini proses pembagian informasi intelijen bisa lebih cepat. Ketua Komite Parlemen Keamanan Dalam Negeri Michael McCaul menyambut baik langkah yang dilakukan Pemerintah AS.
“Melakukan perbaikan dalam proses berbagi informasi antara komunitas intelijen dan mitra sipil pemerintah merupakan langkah awal yang baik,” tulis politikus Partai Republik ini dalam pernyataannya. Monaco mendesak Kongres untuk meloloskan peraturan baru ini serta mendorong perusahaan sipil untuk berbagi data dari serangan dunia maya dengan pemerintah dan institusi lain.
Sebelumnya usaha ini telah diajukan namun terhalang dengan masalah kewajiban dan privasi. Bulan lalu Obama mengajukan undang-undang untuk membentuk keseimbangan dan menawarkan perlindungan bagi perusahaan yang memberikan informasi secara cepat kepada pemerintah, serta mewajibkan mereka untuk menghapus data-data pribadi. Terkait penanganan keamanan dunia maya, Obama juga akan segera bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.
Rencananya, pada September mendatang, Jinping akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Washington. Kedua negara yang saat ini menjadi raksasa ekonomi dunia tengah berusaha untuk meredakan ketegangan terkait maraknya tuduhan saling membajak serta aksi pencurian di dunia maya.
“Kedua pemimpin menegaskan kembali komitmen mereka untuk berkoordinasi secara erat menghadapi tantangan dari masalah keamanan cyber, termasuk bersama-sama mendorong Iran untuk menyetujui kesempatan bersejarah yang ditawarkan dalam n e g o s i a s i P5+1,” bunyi pernyataan Gedung Putih, belum lama ini.
Arvin
Unit ini bertugas untuk melakukan koordinasi atas hasil analisa dari ancaman kejahatan cyber. Penasihat Keamanan Dalam Negeri dan Kontra Terorisme Lisa Monaco mengatakan, pembentukan lembaga baru ini dimaksudkan agar proses pengumpulan dan penyebarluasan data atas aksi penyusupan dunia maya kepada seluruh badan intelijen di AS bisa dilakukan lebih cepat.
“Saat ini tidak ada satu pun lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab untuk menilai ancaman dunia maya secara terkoordinasi dan bisa berbagi informasi secara cepat,” ujar Monaco, dikutip Reuters. Presiden AS Barrack Obama menjadikan masalah keamanan dunia maya pada posisi teratas dalam agenda 2015. Hal ini dipicu atas serangan terhadap Sony Picture, Home Depot Inc, Anthem Inc dan Target Corp, serta situs pemerintah federal.
Pejabat AS menjelaskan bahwa serangan tehadap Sony Picture sebagai suatu yang mengkhawatirkan karena para peretas dapat mencuri data, melemahkan sistem komputer dan menekan studio ini untuk menahan peluncuran film satir tentang Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un. Langkah Obama yang fokus untuk meningkatkan keamanan dunia maya mendapatkan pujian dari sejumlah pihak.
Namun, beberapa orang mempertanyakan apakah pembentukan unit intelijen baru ini bisa menjadi jawabannya atas berbagai kasus peretasan yang dialami AS. Juga, apakah unit baru ini harus menjadi bagian dari komunitas intelijen rahasia AS. Tanggung jawab atas keamanan dunia maya selama ini menyebar di seluruh lembaga pemerintahan AS, termasuk Badan Keamanan Nasional, Departemen Keamanan Dalam Negeri, FBI, dan Komando Militer AS divisi dunia maya.
“Apakah ini akan efektif, apakah ini merupakan reorganisasi,” ujar Amit Yoran, pemimpin perusahaan keamanan RSA. “Pekerjaan rumah kita dalam masalah serangan dunia maya belum selesai,” ungkapnya. Namun di satu sisi, langkah AS ini dinilai berlebihan. “Saya rasa ini terlalu berlebihan,” ujar Tom Kellermann, kepala keamanan dunia maya dari Trend Micro Inc. “Dengan adanya sejumlah serangan belakangan ini, tidak serta merta AS memerlukan unit intelijen dunia maya baru,” tambah Kellermann.
Namun, Monaco menolak kritikan itu. Menurutnya, unit baru ini tidak akan saling tumpang tindih dengan badan intelijen yang sudah ada. Tugasnya juga jelas, yakni untuk menyelidiki dan menangkal serangan dunia maya. Justru, dengan adanya unit baru ini proses pembagian informasi intelijen bisa lebih cepat. Ketua Komite Parlemen Keamanan Dalam Negeri Michael McCaul menyambut baik langkah yang dilakukan Pemerintah AS.
“Melakukan perbaikan dalam proses berbagi informasi antara komunitas intelijen dan mitra sipil pemerintah merupakan langkah awal yang baik,” tulis politikus Partai Republik ini dalam pernyataannya. Monaco mendesak Kongres untuk meloloskan peraturan baru ini serta mendorong perusahaan sipil untuk berbagi data dari serangan dunia maya dengan pemerintah dan institusi lain.
Sebelumnya usaha ini telah diajukan namun terhalang dengan masalah kewajiban dan privasi. Bulan lalu Obama mengajukan undang-undang untuk membentuk keseimbangan dan menawarkan perlindungan bagi perusahaan yang memberikan informasi secara cepat kepada pemerintah, serta mewajibkan mereka untuk menghapus data-data pribadi. Terkait penanganan keamanan dunia maya, Obama juga akan segera bertemu dengan Presiden China Xi Jinping.
Rencananya, pada September mendatang, Jinping akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Washington. Kedua negara yang saat ini menjadi raksasa ekonomi dunia tengah berusaha untuk meredakan ketegangan terkait maraknya tuduhan saling membajak serta aksi pencurian di dunia maya.
“Kedua pemimpin menegaskan kembali komitmen mereka untuk berkoordinasi secara erat menghadapi tantangan dari masalah keamanan cyber, termasuk bersama-sama mendorong Iran untuk menyetujui kesempatan bersejarah yang ditawarkan dalam n e g o s i a s i P5+1,” bunyi pernyataan Gedung Putih, belum lama ini.
Arvin
(ars)