Hunian Karakter Diri

Minggu, 15 Februari 2015 - 10:06 WIB
Hunian Karakter Diri
Hunian Karakter Diri
A A A
Rumah Tan Shot Yen yang berada di kawasan Alam Sutera, Serpong, mencerminkan jati diri sang dokter.

Bangunan dengan konsep minimalis itu terlihat sangat apik, dengan unsur-unsur kayu di setiap perabot rumah. Tan mengaku memiliki karakter yang sangat dekat dengan alam. Itulah alasan ia memilih rumah dengan konsep minimalis dan sederhana.

Kedatangan KORAN SINDO beberapa waktu lalu ke rumah ini disambut oleh Tan dan sang suami, Henry Remanlay. Tan mulai bercerita tentang alasan dirinya memilih tempat tinggal di kawasan luar Jakarta.

“Prinsip saya ingin mengurangi jumlah penduduk Jakarta. Saya tidak tahan dengan hiruk-pikuk dan kemacetannya, ha ha ha ,” ujarnya, sambil bercanda. Selain itu, menurut Tan, alasan lain adalah terjangkaunya harga rumah, polusi yang sedikit, serta jarak antara rumah ke lokasi tempat kerjanya di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) yang cukup dekat. Rumah dengan nuansa putih ini sudah dihuni oleh Tan sejak tujuh tahun lalu.

Bersama keluarga kecilnya, ia menciptakan keharmonisan keluarga dengan karakter sendiri. “Saya tidak masalah dengan konsep bangunan, tapi yang terpenting setiap rumah memiliki aura yang berbeda,” jelasnya. Tan juga tidak pernah bawel soal rumah. Sebab, ia bisa menempatkan filosofi hidupnya di rumah itu. “Saya boleh tinggal di mana saja. Rumah itu terlihat home dan berkarakter karena faktor saya yang membuatnya,” ungkap dokter kelahiran Beijing, 17 September 1964 ini.

Tan menambahkan, rumah tidak akan bermakna jika hanya dilihat dari sisi material dan konsepnya. Keunikan rumah Tan sudah mencuri perhatian KORAN SINDO sejak memasuki ruang tamu. Di sana terdapat kursi bergaya oriental dan kaca klasik. “Kursi sebagian pemberian dari orangtua. Kemudian kaca kuno itu dari rumah nenek saya di Tegal,” terangnya.

Ruang tamu semakin terlihat cantik dengan adanya lukisan kereta Krisna, yang termasuk salah satu lukisan favorit Tan. Perabotan di ruang tengah pun sangat harmonis. Dinding rumah dihiasi dengan foto keluarga, meja kayu, sampai piano klasik. Tan mengungkapkan, salah satu cara menghilangkan kepenatan yaitu dengan bermain piano. “Biasanya piano digunakan oleh saya dan putri saya,” ujar dokter berusia 50 tahun ini.

Menurut Tan, salah satu ruang favoritnya yaitu ruang makan. Sebab, ruangan tersebut besar dan biasa menjadi tempat berkumpul untuk bersenda gurau bersama keluarga. “Meja makan terbuat dari kayu. Semua peralatan makan sudah tersusun rapi dan teratur di laci meja,” ungkapnya. Ruang makan kian tampak indah karena didukung dengan background lemari besar berisi koleksi buku Tan dan suami.

Mulai dari buku kesehatan, filsafat, hingga buku-buku bacaan Tan semasa kecil seperti buku biografi tokoh dunia serta kisah beruang Teddy. “Bukubuku bacaan ini yang membentuk siapa saya sekarang. Saya suka cerita yang dikemas dengan pesan moral,” ujarnya. Setiap perabotan di rumah Tan lekat dengan unsur kayu. Tan mengatakan, karakter dirinya sendiri adalah dekat dengan alam.

Mulai dari meja makan, meja perabotan, hingga tangga rumah, semua mengaplikasikan unsur kayu. “Ada beberapa meja yang saya buat sendiri, namun ada juga yang berasal dari hasil hunting saya, seperti di Mirota Yogyakarta,” terangnya. Menurut Tan, rumahnya sangat fungsional. Terlihat dari fungsi setiap kamar dan perabotan yang ada. Meja kerja yang biasa digunakan Tan untuk menghasilkan karya tulis seperti buku-buku kesehatan juga berfungsi sebagai meja rias.

“Semua perabotan dibuat sendiri, laci-laci semua berfungsi. Lemari pakaian saya juga sederhana, tidak mau ribet,” ujarnya. Bagi dokter yang juga mengambil pendidikan ilmu filsafat ini, sebuah rumah harus fungsional dan nyaman. Bukan menjadi ajang kumpulan koleksi atau demonstrasi kepemilikan.

“Hidup itu bukan soal apa yang dimiliki secara fisik dan duniawi. Menurut saya, rumah di dunia hanya sebuah transisi. Saya belum tahu di mana rumah abadi saya nanti,” ujarnya. Maka, Tan beranggapan bahwa rumah akan bermakna jika dilihat dari siapa yang menghuni, dengan siapa, serta di waktu dan tempat yang tepat. Rumah akan berkarakter kalau yang mengisi rumah itu juga berkarakter.

“Kalau tidak begitu, rumah hanya menjadi kumpulan bangunan atau pameran, pencapaian finansial seseorang. Saya tidak ingin seperti itu. Semua sederhana saja, yang penting di rumah ini saya bisa nyaman,” pungkasnya.

Dina angelina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1034 seconds (0.1#10.140)