Waspadai 89 Titik Banjir di Ibu Kota
A
A
A
JAKARTA - Sedikitnya 89 titik rawan banjir di Ibu Kota harus diwaspadai ketika hujan deras mengguyur wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sejak Senin (9/2) hingga kemarin banjir di Jakarta Barat dan Utara Jakarta masih bertahan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Denny Wahyu mengatakan, dari 89 titik rawan banjir tersebut, di Jakarta Pusat terdapat ada 22 titik, Jakarta Barat (20), Jakarta Selatan (19), Jakarta Pusat (9), dan Jakarta Timur (19).
”Tujuh hari ke depan diperkirakan hujan masih turun dengan intensitas ringan dan sedang. Sebanyak 89 titik rawan tersebut harus tetap diwaspadai,” kata Denny saat dihubungi kemarin. Denny menjelaskan, pemetaan 89 titik tersebut bertujuan meningkatkan dan mempercepat penanganan banjir.
Dengan pemetaan ini, BPBD dan pihak terkait lain bisa langsung bergerak cepat menangani serta membantu korban banjir. Daerah terparah yang meski diwaspadai dalam banjir tahun ini tetap berada di Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat. ”Jadi SDM, logistik, dan sarana prasarana disiapkan dengan cepat apabila sudah dipetakan. Banjir tahun ini lebih sedikit ketimbang tahun lalu lantaran curah hujan tahun ini tidak sebesar tahun lalu,” ungkapnya.
Kemarin banjir Ibu Kota mulai surut. Jika sebelumnya banjir merendam sekitar 333 RW, kemarin telah berkurang menjadi 127 RW dengan pengungsi jumlah sebanyak 8.264 jiwa. Rinciannya di Jakarta Barat, jumlah pengungsi sebanyak 2.391 orang. Mereka di antaranya berada di Kelurahan Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Kapuk, Kedaung Kali Angke, Rawa Buaya, Tanjung Duren Selatan, Wijaya Kusuma, Grogol, Jelambar, Tegal Alur, Kedoya Utara, dan Duri Kepa. Di Jakarta Utara ada 5.573 pengungsi.
Mereka dari Kelurahan Kali Baru, Semper Barat, Penjaringan, Sunter Jaya, dan Tanjung Priok. Kemudian di Jakarta Pusat banjir masih bertahan di RW 02, Kelurahan Serdang, Kemayoran. Di Jakarta Timur hanya ada 2 RW di 2 kelurahan yang masih terendam, namun tidak ada pengungsi. Di Jakarta Selatan sudah tidak ada daerah yang terendam.
”Kawasan yang masih banjir itu karena daerahnya rendah dan terkena air pasang laut,” ungkapnya. Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono mengatakan, meski untuk menghilangkan banjir dibutuhkan waktu panjang, bukan berarti pihaknya pasrah. Tahun ini Pemprov DKI Jakarta fokus mengendalikan banjir agar lebih cepat surut.
Dengan anggaran Rp2,75 triliun, banjir tahun ini dalam hitungan jam diharapkan bisa surut. ”Langkah andalan agar banjir atau genangan cepat surut adalah menjaga 555 pompa air yang tersebar di lima wilayah dapat berfungsi baik. Saat banjir ratusan pompa tersebut bisa menyedot air ke sungai dan laut terdekat. Untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur penanganan banjir secara keseluruhan membutuhkan waktu yang lama,” paparnya.
Di wilayah Jakarta Barat terdapat 149 pompa air. Rinciannya 100 pompa stationer, 45 pompa mobile, dan 4 pompa underpass. Ratusan pompa itu tersebar di 32 titik di delapan kecamatan. Di Jakarta Pusat terdapat 120 unit pompa air, Jakarta Selatan (113 unit), Jakarta Timur (56 unit), dan Jakarta Utara (117). Tahun ini, lanjut Agus, pihaknya akan memasang enam pompa besar di muara sungai.
Enam pompa air besar itu dipasang di Pompa Kamal, Pompa Angke, Pompa Marina, Pompa Karang, Pompa Sentiong, dan Pompa Sunter Hilir. Pemasangan enam pompa air besar ini membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun. Hanya, pemasangan pompa tidak akan optimal tanpa dibarengi peninggian tanggul laut, turap, pengerukan sungai, serta pembuatan polder .
Tahun ini peninggian tanggul laut di pesisir utara Jakarta sepanjang 32 km dimulai. Untuk jangka panjang, Agus optimistis penanganan banjir di Jakarta tuntas pada 2035 dengan total anggaran Rp118 triliun. Dana tersebut untuk penataan aliran barat membutuhkan dana Rp43 triliun, aliran tengah Rp34 triliun, dan aliran timur Rp41 triliun.
Stok Beras Habis
Hingga kemarin banjir di Kabupaten Tangerang masih terjadi. Stok beras untuk korban banjir telah habis. Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Teteng Jumara mengatakan, beras yang sudah didistribusikan kepada korban banjir sebanyak 90 ton. Selain beras, persediaan logistik juga masih cukup untuk seminggu ke depan.
”Hanya beras yang sudah habis dan kita sudah minta ke Bulog sebanyak 50 ton,” katanya. Perahu karet yang sudah didistribusikan sebanyak 15 unit di antaranya ke Kresek, Kronjo, Pakuhaji, Mauk, Pasarkemis, Rajeg, dan Kronjo.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar yang meninjau persiapan logistik bagi korban banjir di gudang di Jalan Raya Curug, Desa Kadu, Kabupaten Tangerang mengatakan, stok logistik harus cukup untuk dua minggu ke depan. Ini karena Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan curah hujan masih tinggi dalam dua pekan ke depan.
Bima setiyadi/ Denny irawan
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Denny Wahyu mengatakan, dari 89 titik rawan banjir tersebut, di Jakarta Pusat terdapat ada 22 titik, Jakarta Barat (20), Jakarta Selatan (19), Jakarta Pusat (9), dan Jakarta Timur (19).
”Tujuh hari ke depan diperkirakan hujan masih turun dengan intensitas ringan dan sedang. Sebanyak 89 titik rawan tersebut harus tetap diwaspadai,” kata Denny saat dihubungi kemarin. Denny menjelaskan, pemetaan 89 titik tersebut bertujuan meningkatkan dan mempercepat penanganan banjir.
Dengan pemetaan ini, BPBD dan pihak terkait lain bisa langsung bergerak cepat menangani serta membantu korban banjir. Daerah terparah yang meski diwaspadai dalam banjir tahun ini tetap berada di Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Pusat. ”Jadi SDM, logistik, dan sarana prasarana disiapkan dengan cepat apabila sudah dipetakan. Banjir tahun ini lebih sedikit ketimbang tahun lalu lantaran curah hujan tahun ini tidak sebesar tahun lalu,” ungkapnya.
Kemarin banjir Ibu Kota mulai surut. Jika sebelumnya banjir merendam sekitar 333 RW, kemarin telah berkurang menjadi 127 RW dengan pengungsi jumlah sebanyak 8.264 jiwa. Rinciannya di Jakarta Barat, jumlah pengungsi sebanyak 2.391 orang. Mereka di antaranya berada di Kelurahan Cengkareng Barat, Cengkareng Timur, Kapuk, Kedaung Kali Angke, Rawa Buaya, Tanjung Duren Selatan, Wijaya Kusuma, Grogol, Jelambar, Tegal Alur, Kedoya Utara, dan Duri Kepa. Di Jakarta Utara ada 5.573 pengungsi.
Mereka dari Kelurahan Kali Baru, Semper Barat, Penjaringan, Sunter Jaya, dan Tanjung Priok. Kemudian di Jakarta Pusat banjir masih bertahan di RW 02, Kelurahan Serdang, Kemayoran. Di Jakarta Timur hanya ada 2 RW di 2 kelurahan yang masih terendam, namun tidak ada pengungsi. Di Jakarta Selatan sudah tidak ada daerah yang terendam.
”Kawasan yang masih banjir itu karena daerahnya rendah dan terkena air pasang laut,” ungkapnya. Kepala Dinas Tata Air DKI Jakarta Agus Priyono mengatakan, meski untuk menghilangkan banjir dibutuhkan waktu panjang, bukan berarti pihaknya pasrah. Tahun ini Pemprov DKI Jakarta fokus mengendalikan banjir agar lebih cepat surut.
Dengan anggaran Rp2,75 triliun, banjir tahun ini dalam hitungan jam diharapkan bisa surut. ”Langkah andalan agar banjir atau genangan cepat surut adalah menjaga 555 pompa air yang tersebar di lima wilayah dapat berfungsi baik. Saat banjir ratusan pompa tersebut bisa menyedot air ke sungai dan laut terdekat. Untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur penanganan banjir secara keseluruhan membutuhkan waktu yang lama,” paparnya.
Di wilayah Jakarta Barat terdapat 149 pompa air. Rinciannya 100 pompa stationer, 45 pompa mobile, dan 4 pompa underpass. Ratusan pompa itu tersebar di 32 titik di delapan kecamatan. Di Jakarta Pusat terdapat 120 unit pompa air, Jakarta Selatan (113 unit), Jakarta Timur (56 unit), dan Jakarta Utara (117). Tahun ini, lanjut Agus, pihaknya akan memasang enam pompa besar di muara sungai.
Enam pompa air besar itu dipasang di Pompa Kamal, Pompa Angke, Pompa Marina, Pompa Karang, Pompa Sentiong, dan Pompa Sunter Hilir. Pemasangan enam pompa air besar ini membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun. Hanya, pemasangan pompa tidak akan optimal tanpa dibarengi peninggian tanggul laut, turap, pengerukan sungai, serta pembuatan polder .
Tahun ini peninggian tanggul laut di pesisir utara Jakarta sepanjang 32 km dimulai. Untuk jangka panjang, Agus optimistis penanganan banjir di Jakarta tuntas pada 2035 dengan total anggaran Rp118 triliun. Dana tersebut untuk penataan aliran barat membutuhkan dana Rp43 triliun, aliran tengah Rp34 triliun, dan aliran timur Rp41 triliun.
Stok Beras Habis
Hingga kemarin banjir di Kabupaten Tangerang masih terjadi. Stok beras untuk korban banjir telah habis. Kepala BPBD Kabupaten Tangerang Teteng Jumara mengatakan, beras yang sudah didistribusikan kepada korban banjir sebanyak 90 ton. Selain beras, persediaan logistik juga masih cukup untuk seminggu ke depan.
”Hanya beras yang sudah habis dan kita sudah minta ke Bulog sebanyak 50 ton,” katanya. Perahu karet yang sudah didistribusikan sebanyak 15 unit di antaranya ke Kresek, Kronjo, Pakuhaji, Mauk, Pasarkemis, Rajeg, dan Kronjo.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar yang meninjau persiapan logistik bagi korban banjir di gudang di Jalan Raya Curug, Desa Kadu, Kabupaten Tangerang mengatakan, stok logistik harus cukup untuk dua minggu ke depan. Ini karena Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan curah hujan masih tinggi dalam dua pekan ke depan.
Bima setiyadi/ Denny irawan
(ars)