Putin: Barat Penyebab Krisis di Ukraina

Selasa, 10 Februari 2015 - 10:31 WIB
Putin: Barat Penyebab Krisis di Ukraina
Putin: Barat Penyebab Krisis di Ukraina
A A A
KAIRO - Presiden Rusia Vladimir Putin menuding negara-negara Barat sebagai biang penyebab krisis berkepanjangan yang terjadi di Ukraina.

“Negara-negara Barat telah merusak janjinya untuk tidak memperluas keanggotaan NATO dan memaksa negaranegara untuk memilih antara Rusia dan NATO,” kata Putin, dikutip harian Mesir, Al Ahram , kemarin. Putin menuding, negaranegara Barat menakut-nakuti mantan negara-negara anggota Uni Soviet.

“Kami berulang memperingatkan Amerika Serikat (AS) dan aliansinya tentang konsekuensi intervensi mereka terhadap hubungan domestik Ukraina. Tetapi, mereka tidak mendengarkan pendapat kami,” tuturnya. Putin juga menuding negara-negara Barat melakukan kudeta di Kiev dalam penggulingan mantan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych tahun lalu.

Kecaman Putin keluar di tengah proposal yang diajukan Jerman dan Prancis untuk mengakhiri konflik antara pemberontak pro-Rusia dan pemerintah Ukraina. Komentar itu juga menambah ketidakpastian rencana kesepakatan perdamaian yang akan ditandatangani pada Rabu. Dalam berbagai kesepakatan, Rusia juga membantah pengiriman pasukan dan dukungan bagi pemberontak. Dalam beberapa hari terakhir peperangan di Ukraina timur telah menewaskan lebih dari 5.300 orang dan memaksa 1,5 juta orang mengungsi.

Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel kemarin bertemu Presiden AS Barrack Obama untuk membahas rencana perdamaian yang diusulkan Jerman dan Prancis untuk meredam ketegangan Ukraina dan Rusia. Perundingan dengan Washington itu juga membahas rencana pengiriman senjata oleh AS ke Ukraina. Sebelumnya dalam konferensi pertahanan di Munich, Merkel mengungkapkan dia tidak dapat membayangkan jika ada peningkatan pengiriman persenjataan ke Ukraina yang dapat memicu kemarahan Presiden Putin.

Pertemuan Merkel dan Obama itu untuk memberikan pertimbangan saat Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande akan bertemu Presiden Putin pada Rabu (besok). Pertemuan ketiga pemimpin dunia itu sebagai kelanjutan pertemuan ketiga pemimpin itu di Moskow pekan lalu. Baik Putin, Merkel, Hollande, maupun Presiden Ukraina Petro Poroshenko akan bertemu di Minsk pada Rabu besok.

Tetapi, belum ada terobosan yang mampu menghentikan konflik di Ukraina. Moskow kemarin memperingatkan Putin agar tidak berbicara dengan bahasa ultimatum ketika bertemu di Minsk. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, juga mengancam agar para pemimpin Eropa tidak menggunakan bahasa ultimatum dalam perundingan itu.

“Tidak ada seorang yang berbicara dengan presiden dalam nada ultimatum,” kata Peskov kepada radio Govorit Moskva . Mengenai belum bersatunya negara-negara Eropa dan AS dalam bersikap mengenai konflik Ukraina menunjukkan ada perpecahan dan perbedaan pandangan. Namun, Menteri Luar Negeri AS John Kerry membantah ada ketegangan dengan para pemimpin Eropa.

“Saya tetap mendengarkan rakyat (Eropa). Kita tetap satu dan bekerja sama,” kata Kerry. Solusi diplomatik tetap menjadi prioritas Jerman dan Prancis dalam proposalnya. Mereka ingin mengulang kesepakatan gencatan senjata antara Ukraina dan pemberontak pro-Rusia pada 5 September 2014 di Minsk, Belarusia. Sayangnya, kesepakatan Minsk itu mengalami kegagalan.

Dua belah pihak saling menuding mengenai siapa yang melanggar perdamaian. Kekerasan justru semakin memanas. Apakah Obama akan bersikeras untuk mengirimkan senjata ke Ukraina? Dikutip Reuters, beberapa pejabat AS mengungkapkan Obama akan berhati-hati dalam mengambil keputusan tentang pengiriman senjata itu. “Jadwal (pengiriman senjata) sangat cair. Sangat penting untuk membuat keputusan yang cepat,” kata salah pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.

Beberapa penasihat keamanan Obama, termasuk Ashton Carter, kandidat menteri pertahanan yang baru, mendukung pengiriman senjata. Sedangkan penasihat keamanan nasional Susan Rice mengungkapkan, pengiriman senjata masih dalam pertimbangan. “Kita harus mempertahankan persatuan dengan aliansi kita di Eropa,” ujar Rice.

Dalam konflik terbaru kemarin sembilan pasukan Ukraina tewas dalam 24 jam terakhir dan tujuh warga sipil juga meninggal dunia dalam pertempuran di Kota Debaltseve, Donetsk. Juru bicara militer Ukraina Vyacheslav Seleznyov mengungkapkan, pasukan pemerintah telah diserang pemberontak di 100 lokasi pertempuran. “Sembilan orang tewas, 26 pasukan terluka,” sebutnya.

Andika hendra m
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3077 seconds (0.1#10.140)