Transformasi Cara Eksekusi ISIS

Senin, 09 Februari 2015 - 12:19 WIB
Transformasi Cara Eksekusi...
Transformasi Cara Eksekusi ISIS
A A A
Kemunculan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) tidak hanya menjadi ancaman bagi Timur Tengah tapi seluruh dunia. ISIS yang menggunakan bendera Islam, justru tindakannya jauh menyimpang dari ajaran Islam yang mengagungkan kedamaian.

ISIS melakukan penyanderaan terhadap orang-orang yang tidak bersalah dan mengeksekusi warga negara asing (WNA) yang datang ke Irak atau Suriah. Belum diketahui pasti jumlah sandera yang dieksekusi ISIS.

Dari beberapa berita yang beredar sejak tahun lalu, ISIS sudah mengeksekusi puluhan orang, baik warga sipil ataupun tentara. Kebanyakan sandera yang dieksekusi ISIS merupakan warga lokal namun tidak dipublikasikan. Metode eksekusi yang digunakan ISIS rata-rata dilakukan dengan cara penggal. Namun belakangan, cara eksekusi yang dilakukan ISIS sudah mengalami pergeseran.

Caranya lebih sadis dari sekadar dipenggal. Terbaru, pada 3 Februari 2015 lalu, ISIS merilis video eksekusi mati pilot militerYordania, MoathalKasasbehyang dibakar hidup-hidup ketika dia berada di dalam kurungan. Tujuan eksekusi yang dilakukan ISIS tidak terpaparkan dengan jelas mengingat tidak ada media yang mampu mendekati ISIS. Namun, ISIS untuk kesekian kalinya kecewa karena tuntutan mereka tidak dipenuhi negara asal para korban.

Eksekusi dilakukan sebagai gertakan untuk menunjukkan bahwa ancaman mereka sangat serius. Sebagian besar WNA yang dieksekusi merupakan tawanan perang ISIS. Mereka adalah orang-orang yang pergi ke Timur Tengah untuk melihat dan melaporkan situasi panas di sana, atau mereka yang terlibat dalam peperangan di sana.

Sementara itu, kunjungan Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe ke Timur Tengah, khususnya Israel, belum lama ini menjadi petaka bagi Jepang. Sebab, kebijakan dana bantuan yang dijanjikan Abe kepada negara Timur Tengah menanggung risiko besar. Bantuan Jepang dianggap ISIS sebagai ancaman yang akan mengganggu kekuasaan mereka. Tak lama kemudian, dua warga negara Jepang, Haruna Yukawa dan Kenji Goto, disandera gerilyawan ISIS.

Abe terkaget dan panik. Pasalnya, ISIS menuntut uang tebusan sebesar USD200 juta (sekitar Rp2,5 triliun) dalam tenggang waktu 72 jam. Dari desakan itu, Jepang mengalami dilema. Di satu sisi, mereka tidak mungkin menuruti tuntutan ISIS, di sisi lain perlu menyelamatkan dua warga mereka. Abe mempersingkat kunjungan ke Timur Tengah dan terbang ke Tokyo untuk menggelar pertemuan darurat. Upaya penyelamatan secara konkret tidak terlihat.

Namun, Abe berulang kali berjanji akan mencoba yang terbaik. Akhirnya, Jepang frustrasi setelah tenggat waktu lewat sedangkan perkembangan penyelamatan masih negatif. Yukawa kemudian pulang tinggal nama setelah dipenggal algojo ISIS menyusul buntunya negosiasi dengan Jepang. Ketegangan yang dihadapi Jepang belum usai. Kenji Goto yang masih disandera ISIS juga diancam akan dieksekusi.

Jepang pun meminta bantuan Yordania untuk menyelamatkan Goto. Pemerintah Yordania menyepakati permintaan itu. ISIS menyadari situasi ini sebelum akhirnya memunculkan sandera pilot asal Yordania, Muath al Kasasbeh. Kondisi ini justru menjadi tekanan bagi Yordania. Permintaan yang dilayangkan ISIS membuat Jepang dan Yordania dilema. Mereka meminta pembebasan tahanan tentara Al-Qaida, Sajida Mubarak Atrous al-Rishawi yang dipenjara dan akan dihukum mati di Yordania.

Tuntutan lainnya, ISIS ingin menukar Sajida dengan sandera asal Jepang, Kenji Goto, dalam rentang waktu 24 jam. Jika tidak, Goto akan dieksekusi. Kondisi ini tidak mungkin dipenuhi Yordania sekalipun sudah berjanji karena akan memicu masalah baru dengan Amerika Serikat (AS). Hubungan antara Yordania dengan AS diyakini akan memburuk jika mereka sampai melakukan “barter”.

Juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) AS Jen Psaki mengatakan, penukaran sandera dengan tahanan sama saja dengan membayar uang tebusan. “Sebab, itu masih satu kategori,” kata Psaki, dikutip AFP. Kasus penyanderaan tersebut menjadi ujian bagi Jepang. Sebab, ini merupakan pertama kalinya Jepang terlibat isu serius dengan ancaman ISIS. Abe mengatakan tidak akan bertekuk lutut pada ISIS dan tidak akan memenuhi tuntutan mereka.

Namun, dia tetap meminta ISIS melepaskan Kenji, sandera yang ditangkap di Suriah, tanpa syarat dan tanpa luka. “Jepang dan Yordania ingin dua sandera asal Jepang dan Yordania pulang dengan wajah tersenyum,” ujar Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Jepang Yasuhide Nakayama, dikutip Foxnews.

“Sekarang, kami kembali bekerja sama untuk memastikan keselamatan kedua sandera. Kami akan berusaha menyelamatkan mereka,” sambungnya. Diplomasi itu hanya angan-angan. Sumbu bom waktu sudah habis dan kepala Goto dipenggal. Abe hanya bisa memegang jidat dan mengutuk tindakan itu di dalam rapat kabinetnya.

Di dalam negeri opini warga Jepang terpecah ke dalam beberapa kelompok. Namun, beberapa dari mereka ada yang mengkritik dan menyalahkan pemerintah. Situasi yang sama juga terjadi di Yordania. Ancaman ISIS memang tidak main-main. Pilot Yordania Kasasbeh dieksekusi di tengah-tengah kekacauan itu. Namun, berbeda dengan Yukawa dan Goto, begitupun dengan dua sandera warga AS dan dua warga Inggris, Kasasbeh dieksekusi dengan cara lebih keji.

Dia dibakar hidup-hidup. Transformasi eksekusi ini diyakini bukan hanya bentuk hukuman yang dijatuhkan ISIS. ISIS diduga telah menyimpan pesan tertentu dalam eksekusi tersebut. Menurut Presiden AS Barack Obama, pembakaran ini memiliki dua tujuan utama.

Pertama, untuk mengintimidasi penduduk dunia. Kedua, untuk merekrut anggota baru. Times of Israelmenyebut transformasi cara eksekusi yang dilakukan ISIS menunjukkan organisasi ini telah mengalami kekalahan dan bentuk rasa frustrasi.

Muh shamil
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0964 seconds (0.1#10.140)