Kisah Kemanusiaan, Romantisme, Dan Perjuangan
A
A
A
Di Balik 98 mengangkat sisi lain dari peristiwa reformasi yang terjadi 17 tahun silam. Didalamnya ada kisah pilu, cerita tentang kemanusiaan, romantisme, dan tentu saja perjuangan.
Diana (Chelsea Islan) adalah mahasiswi yang aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Ketika Indonesia diterpa krisis moneter dan rakyat menuntut reformasi, Diana menjadi salah satu mahasiswa yang gigih berjuang. Bersama pacarnya Daniel (Boy William), ia aktif mengikuti gerakan mahasiswa, terutama saat demonstrasi turun ke jalan.
Namun sikap Diana yang mencita-citakan Indonesia sejahtera melalui reformasi mendapat tentangan dari kakaknya. Kakak Diana yang merupakan pegawai di Istana Negara khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk menimpa Diana yang sering mengikuti demonstrasi. Kekhawatiran ini juga datang dari kakak ipar Diana yang anggota TNI.
Konflik demi konflik yang terjadi dalam film ini dikemas apik dan menarik, menggunakan alur cerita berurutan satu dengan lainnya. Juga menampilkan pemandangan kota Jakarta pada saat terjadinya peristiwa tersebut, membandingkannya dengan kota Jakarta sekarang ini. Teknik pengambilan gambar yang dipadukan dengan gambar asli atau rekaman mengenai peristiwa tersebut menjadi poin penguat sejarahnya.
Meski cerita tentang tokoh utama dalam film ini fiksi, namun sutradara Lukman Sardi berhasil memadukan kualitas akting para pemainnya dengan latar belakang cerita sejarah dengan baik. Tampilan tokoh-tokoh yang jadi saksi hidup saat peristiwa ini terjadi juga membuat film ini kuat dari segi karakter. Terlepas dari peristiwa yang sudah terjadi 17 tahun yang lalu, anak muda jaman sekarang masih dapat meneladani perjuangan rakyat, khususnya mahasiswa dalam menuntut reformasi.
Meski tidak sedikit anak muda sekarang yang tidak mengalami langsung peristiwa reformasi, film ini dapat menjadi media bagi mereka untuk tahu sejarah peristiwa tersebut dan mampu mengambil hikmah, serta mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Banyak pesan moral yang dapat kita ambil. Selain nasionalisme dan patriotisme, bersikap kesatria dengan mengakui kesalahan yang kita buat, serta belajar untuk mengetahui batas dari kemampuan diri juga jadi pesan tersirat. Senantiasa bercita-cita luhur, serta berusaha mewujudkannya pun jadi perilaku pun bisa dicontoh.
Histeris Karena Lukman Sardi
Rabu (4 Januari 2015), di TIM XXI, MNC Pictures bersama GENSINDO menggelar nonton bareng film Di Balik 98. Peserta nonton bareng yang merupakan volunteerGENSINDO ini sangat antusias menyambut acara tersebut. Meskipun film baru dimulai pukul 5 sore, namun beberapa peserta nonton bareng sudah datang sejak pukul 3.
Ini karena mereka sangat antusias untuk menyaksikan film tersebut. Ketika pintu teater dibuka para peserta berbondong-bondong memasuki teater. Suasana di dalam teater tidak kalah intens, para peserta dengan serius menatap layar lebar dan menikmati adegan demi adegan yang ditampilkan. Wajah puas terlihat dari para peserta nobar setelah film selesai diputar.
Bahkan para peserta seketika histeris saat keluar teater, ternyata Lukman Sardi yang merupakan sutradara film ini sudah menunggu mereka. Beberapa dari mereka langsung menghambur mendekat untuk sekadar bersalaman atau selfie bareng Lukman. Para peserta mengaku puas setelah menonton filmnya dan bertemu sutradaranya. ”Film ini penuh makna. Lukman Sardi dapat mengemasnya secara mendalam.
Film yang wajib ditonton mahasiswa karena dengan film ini bisa menyadarkan banyak mahasiswa untuk berkontribusi positif demi kemajuan bangsa dan negara,” ungkap Ferry Sandi, salah satu peserta. Ferry juga mengungkap, semangat mahasiswa yang ditampilkan dalam film menyadarkan dirinya bahwa yang paling bisa diharapkan untuk memajukan bangsa adalah para pelajar. Kepuasan setelah menonton film ini juga terlontar dari Aan Yusufianto.
”Keren banget filmnya, bisa mengingatkan kita bagaimana rasanya teman-teman mahasiswa menyuarakan aspirasi masyarakat dibalik kejadian 98. Ada kisah-kisah pilu, kemanusiaan, romantisme, dan cerita yang menyentuh dan menginspirasi,” ungkap Aan.
ABDURRAHMAN RANALA
Diana (Chelsea Islan) adalah mahasiswi yang aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Ketika Indonesia diterpa krisis moneter dan rakyat menuntut reformasi, Diana menjadi salah satu mahasiswa yang gigih berjuang. Bersama pacarnya Daniel (Boy William), ia aktif mengikuti gerakan mahasiswa, terutama saat demonstrasi turun ke jalan.
Namun sikap Diana yang mencita-citakan Indonesia sejahtera melalui reformasi mendapat tentangan dari kakaknya. Kakak Diana yang merupakan pegawai di Istana Negara khawatir jika terjadi sesuatu yang buruk menimpa Diana yang sering mengikuti demonstrasi. Kekhawatiran ini juga datang dari kakak ipar Diana yang anggota TNI.
Konflik demi konflik yang terjadi dalam film ini dikemas apik dan menarik, menggunakan alur cerita berurutan satu dengan lainnya. Juga menampilkan pemandangan kota Jakarta pada saat terjadinya peristiwa tersebut, membandingkannya dengan kota Jakarta sekarang ini. Teknik pengambilan gambar yang dipadukan dengan gambar asli atau rekaman mengenai peristiwa tersebut menjadi poin penguat sejarahnya.
Meski cerita tentang tokoh utama dalam film ini fiksi, namun sutradara Lukman Sardi berhasil memadukan kualitas akting para pemainnya dengan latar belakang cerita sejarah dengan baik. Tampilan tokoh-tokoh yang jadi saksi hidup saat peristiwa ini terjadi juga membuat film ini kuat dari segi karakter. Terlepas dari peristiwa yang sudah terjadi 17 tahun yang lalu, anak muda jaman sekarang masih dapat meneladani perjuangan rakyat, khususnya mahasiswa dalam menuntut reformasi.
Meski tidak sedikit anak muda sekarang yang tidak mengalami langsung peristiwa reformasi, film ini dapat menjadi media bagi mereka untuk tahu sejarah peristiwa tersebut dan mampu mengambil hikmah, serta mengaplikasikannya pada kehidupan sehari-hari. Banyak pesan moral yang dapat kita ambil. Selain nasionalisme dan patriotisme, bersikap kesatria dengan mengakui kesalahan yang kita buat, serta belajar untuk mengetahui batas dari kemampuan diri juga jadi pesan tersirat. Senantiasa bercita-cita luhur, serta berusaha mewujudkannya pun jadi perilaku pun bisa dicontoh.
Histeris Karena Lukman Sardi
Rabu (4 Januari 2015), di TIM XXI, MNC Pictures bersama GENSINDO menggelar nonton bareng film Di Balik 98. Peserta nonton bareng yang merupakan volunteerGENSINDO ini sangat antusias menyambut acara tersebut. Meskipun film baru dimulai pukul 5 sore, namun beberapa peserta nonton bareng sudah datang sejak pukul 3.
Ini karena mereka sangat antusias untuk menyaksikan film tersebut. Ketika pintu teater dibuka para peserta berbondong-bondong memasuki teater. Suasana di dalam teater tidak kalah intens, para peserta dengan serius menatap layar lebar dan menikmati adegan demi adegan yang ditampilkan. Wajah puas terlihat dari para peserta nobar setelah film selesai diputar.
Bahkan para peserta seketika histeris saat keluar teater, ternyata Lukman Sardi yang merupakan sutradara film ini sudah menunggu mereka. Beberapa dari mereka langsung menghambur mendekat untuk sekadar bersalaman atau selfie bareng Lukman. Para peserta mengaku puas setelah menonton filmnya dan bertemu sutradaranya. ”Film ini penuh makna. Lukman Sardi dapat mengemasnya secara mendalam.
Film yang wajib ditonton mahasiswa karena dengan film ini bisa menyadarkan banyak mahasiswa untuk berkontribusi positif demi kemajuan bangsa dan negara,” ungkap Ferry Sandi, salah satu peserta. Ferry juga mengungkap, semangat mahasiswa yang ditampilkan dalam film menyadarkan dirinya bahwa yang paling bisa diharapkan untuk memajukan bangsa adalah para pelajar. Kepuasan setelah menonton film ini juga terlontar dari Aan Yusufianto.
”Keren banget filmnya, bisa mengingatkan kita bagaimana rasanya teman-teman mahasiswa menyuarakan aspirasi masyarakat dibalik kejadian 98. Ada kisah-kisah pilu, kemanusiaan, romantisme, dan cerita yang menyentuh dan menginspirasi,” ungkap Aan.
ABDURRAHMAN RANALA
(bbg)