Penyebab Kematian TKW Masih Misterius
A
A
A
JAKARTA - Penyebab kematian Ruli Widyawati, 29, tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia asal Karanganyar, Jawa Tengah, yang ditemukan meninggal di Hotel 81 Palace, Singapura pada 1 Februari lalu, hingga kini masih misterius.
“Sampai saat ini polisi Singapura masih belum selesai melakukan penyelidikan,” ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNIBHI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Lalu Muhamad Iqbal di Jakarta kemarin. Perwakilan Indonesia di Singapura masih terus mengawal proses identifikasi penyebab kematian korban.
“Kedutaan besar kita di Singapura tentu akan terus mengawal penyelidikan kasus ini. Ada spekulasi atau dugaan mengenai penyebab kematian korban. Tapi, kami belum bisa memberikan konfirmasi sampai mendapatkan informasi resmi dari kepolisian Singapura,” ungkap Iqbal. Menurut Iqbal, dalam proses penyidikan dan pemeriksaan jenazah juga melibatkan dokter forensik.
Semua proses penyidikan, termasuk pemeriksaan postmortem, dilakukan sebaik dan secepat mungkin mengingat keluarga korban meminta percepatan kepulangan jenazah korban. Tadi malam jenazah korban tiba di Solo, Jawa Tengah. Berdasarkan jadwal penerbangan, jenazah korban tiba di Jakarta pada pukul 12.35 WIB sebelum kembali diterbangkan pada pukul 16.45 WIB dan tiba di Solo pada pukul 18.05 WIB. Jenazah korban akan dimakamkan di Karanganyar.
Ruli bukan satu-satunya korban yang ditemukan tewas di kamar Hotel 81 Palace. Jenazahnya ditemukan bersama jenazah lelaki asal India. Media lokal menduga kasus ini merupakan kasus pembunuhan. Di tempat kejadian perkara (TKP), terutama di kamar tidur dan kamar mandi, terdapat percikan darah. Selain itu, korban ditemukan hanya mengenakan setengah pakaian.
Juru Bicara (Jubir) Kemenlu Arrmanatha Nasir mengatakan, korban berprofesi sebagai PLRT mandiri. Dia terdaftar di agensi setempat. Kasus yang menimpa warga negara Indonesia (WNI), termasuk tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, cukup tinggi tahun lalu. Kasus yang sukses diselesaikan pun di atas 90%.
Tahun ini Kemenlu akan berupaya sebaik mungkin melindungi WNI di luar negeri dengan mempererat hubungan bersama Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). Ke depan pemerintah ingin memperbaiki tata kelola perlindungan WNI di luar negeri. Menurut Iqbal, Kemenaker dan BNP2TKI akan menata terlebih dahulu bagian hulu atau data di dalam negeri. Data TKI di Kemenaker, BNP2TKI, dan Kemenlu tidak sama.
Padahal, hampir 60% WNI yang ada di luar negeri merupakan TKI. Ini menjadi pekerjaan rumah yang perlu ditata tiga lembaga terkait itu tahun ini. “Kalau tata kelola data TKI ini membaik, kami bisa berkontribusi 60% mengurangi risiko masalah WNI di luar negeri. Karena itu, dalam peningkatan upaya perlindungan WNI di luar negeri, tiga pilar ini penting meningkatkan kerja sama. Jadi kesepakatannya, Kemenaker dan BNP2TKI akan lebih fokus menguatkan upaya perbaikan di dalam negeri, sedangkan Kemenlu di luar negeri atau melalui perwakilan,” tutur Iqbal.
Beberapa kepala perwakilan juga mengeluhkan lambatnya respons yang diberikan Kemenaker dan BNP2TKI terhadap laporanlaporan yang disampaikan KBRI. Sebut saja laporan TKI dan agen yang bermasalah serta ada perdaganganmanusia.
Tiga pilar tersebut sepakat untuk memperbaiki sistem tata kelola penempatan dan perlindungan TKI. Menurut Iqbal, kalau tidak diperbaiki, bisa memicu banyak risiko salah satunya biaya penempatan tetap tinggi.
Muh shamil
“Sampai saat ini polisi Singapura masih belum selesai melakukan penyelidikan,” ujar Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNIBHI) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Lalu Muhamad Iqbal di Jakarta kemarin. Perwakilan Indonesia di Singapura masih terus mengawal proses identifikasi penyebab kematian korban.
“Kedutaan besar kita di Singapura tentu akan terus mengawal penyelidikan kasus ini. Ada spekulasi atau dugaan mengenai penyebab kematian korban. Tapi, kami belum bisa memberikan konfirmasi sampai mendapatkan informasi resmi dari kepolisian Singapura,” ungkap Iqbal. Menurut Iqbal, dalam proses penyidikan dan pemeriksaan jenazah juga melibatkan dokter forensik.
Semua proses penyidikan, termasuk pemeriksaan postmortem, dilakukan sebaik dan secepat mungkin mengingat keluarga korban meminta percepatan kepulangan jenazah korban. Tadi malam jenazah korban tiba di Solo, Jawa Tengah. Berdasarkan jadwal penerbangan, jenazah korban tiba di Jakarta pada pukul 12.35 WIB sebelum kembali diterbangkan pada pukul 16.45 WIB dan tiba di Solo pada pukul 18.05 WIB. Jenazah korban akan dimakamkan di Karanganyar.
Ruli bukan satu-satunya korban yang ditemukan tewas di kamar Hotel 81 Palace. Jenazahnya ditemukan bersama jenazah lelaki asal India. Media lokal menduga kasus ini merupakan kasus pembunuhan. Di tempat kejadian perkara (TKP), terutama di kamar tidur dan kamar mandi, terdapat percikan darah. Selain itu, korban ditemukan hanya mengenakan setengah pakaian.
Juru Bicara (Jubir) Kemenlu Arrmanatha Nasir mengatakan, korban berprofesi sebagai PLRT mandiri. Dia terdaftar di agensi setempat. Kasus yang menimpa warga negara Indonesia (WNI), termasuk tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri, cukup tinggi tahun lalu. Kasus yang sukses diselesaikan pun di atas 90%.
Tahun ini Kemenlu akan berupaya sebaik mungkin melindungi WNI di luar negeri dengan mempererat hubungan bersama Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI). Ke depan pemerintah ingin memperbaiki tata kelola perlindungan WNI di luar negeri. Menurut Iqbal, Kemenaker dan BNP2TKI akan menata terlebih dahulu bagian hulu atau data di dalam negeri. Data TKI di Kemenaker, BNP2TKI, dan Kemenlu tidak sama.
Padahal, hampir 60% WNI yang ada di luar negeri merupakan TKI. Ini menjadi pekerjaan rumah yang perlu ditata tiga lembaga terkait itu tahun ini. “Kalau tata kelola data TKI ini membaik, kami bisa berkontribusi 60% mengurangi risiko masalah WNI di luar negeri. Karena itu, dalam peningkatan upaya perlindungan WNI di luar negeri, tiga pilar ini penting meningkatkan kerja sama. Jadi kesepakatannya, Kemenaker dan BNP2TKI akan lebih fokus menguatkan upaya perbaikan di dalam negeri, sedangkan Kemenlu di luar negeri atau melalui perwakilan,” tutur Iqbal.
Beberapa kepala perwakilan juga mengeluhkan lambatnya respons yang diberikan Kemenaker dan BNP2TKI terhadap laporanlaporan yang disampaikan KBRI. Sebut saja laporan TKI dan agen yang bermasalah serta ada perdaganganmanusia.
Tiga pilar tersebut sepakat untuk memperbaiki sistem tata kelola penempatan dan perlindungan TKI. Menurut Iqbal, kalau tidak diperbaiki, bisa memicu banyak risiko salah satunya biaya penempatan tetap tinggi.
Muh shamil
(ars)