Pesawat Jatuh ke Sungai, 23 Penumpang Tewas
A
A
A
TAIPEI - Sedikitnya 23 orang tewas kemarin ketika pesawat milik maskapai TransAsia Airways Taiwan jatuh ke sungai.
Selain itu, 20 orang masih dinyatakan hilang dan 15 lainnya selamat. Ini merupakan kecelakaan kedua maskapai TransAsia dalam tujuh bulan terakhir. Kecelakaan itu terjadi pukul 11.00 pagi waktu setempat ketika pesawat ATR 72-600 dengan nomor penerbangan GE235 lepas landas meninggalkan Bandara Songshan di Taipei utara menuju Pulau Kinmen. Menurut beberapa pejabat penerbangan, pesawat jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dan hilang kontak dengan pusat lalu lintas udara. Penyebab kecelakaan belum dipastikan.
Dugaan sementara, pesawat melakukan pendaratan darurat karena mesin mati. Namun, pendaratan tidak berjalan mulus. Setelah meluncur di antara bangunan, pesawat sempat menyambar taksi dan menabrak jembatan sebelum jatuh ke sungai. Namun, pihak maskapai menyatakan pesawat nahas tersebut telah memenuhi semua prasyarat terbang dan sudah melalui pengecekan sebelum lepas landas.
”Kita ingin menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban. Kita juga mengucapkan terima kasih kepada tim penyelamat yang berlomba dengan waktu,” kata CEO Peter Chen Chen, dikutip AFP, dengan didampingi lima pejabat TransAsia lainnya. Lin Kuan Chen dari Badan Kebakaran Nasional menuturkan, pihaknya masih berupaya mencari para penumpang pesawat yang belum ditemukan. Kemungkinan mereka terjebak di dalam pesawat.
“Kita akan menggunakan crane untuk mengangkat bagian depan pesawat yang tenggelam ke sungai. Di sana kemungkinan besar banyak penumpang yang terjebak,” ujar pejabat senior tim penyelamat. Sebanyak 400 tentara ikut membantu proses evakuasi korban yang selamat dan pencarian korban yang hilang. Tim darurat menarik korban tewas dengan tali, sedangkan korban selamat diangkut dengan menggunakan perahu karet menuju tepi sungai.
Operasi pencarian dan penyelamatan tetap dilanjutkan hingga kemarin malam. Mereka menggunakan jembatan mengambang untuk memudahkan proses evakuasi. Harian Xiamen di China mengungkapkan, 31 warga China berada di dalam pesawat nahas itu. Mereka berasal dari dua grup wisatawan dari kota di China timur.
Menurut salah satu petugas biro wisata, Wen, 15 pelanggannya menjadi penumpang pesawat, termasuk tiga anak berusia di bawah 10 tahun dan seorang pemimpin perjalanan. “Itu darurat,” kata Wan kepada AFP. PerdanaMenteri(PM) China Le Keqiang telah menawarkan bantuan kepada Taiwan untuk melakukan proses evakuasi dan penyelidikan. Sementara itu, penyelidikan mengenai penyebab jatuhnya pesawat Trans Asia itu masih berlangsung.
Kotak hitam yang akan digunakan untuk membuka tabir terjadinya kecelakaan sudah diamankan. Penyidik juga telah memeriksa rekaman awak pesawat dengan menara kontrol. “Mayday! Mayday! Mesin mati!” demikian bunyi dari suara awak pesawat yang diterima menara kontrol lalu lintas udara. Dugaan sementara, pesawat jatuh karena mesin mati setelah terbakar. Pesawat ATR itu memiliki dua mesin dan dapat terbang dengan satu mesin.
Pesawat ATR memiliki 72 kursi, biasanya digunakan untuk menghubungkan Taipei dengan kota kecil lainnya dan kepulauan. ATR merupakan produk bersama antara Airbus dan Alenia Aermacchi, perusahaan asal Italia. Lin Chih Min, kepala Administrasi Aeronautika Sipil Taiwan, menyangkal kemungkinan adanya kerusakan mesin karena pesawat ATR 72-600 masih berumur kurang satu tahun dan baru satu pekan lalu masuk perawatan.
“Pilot telah mengantongi 14.000 jam terbang dan kopilot telah memiliki 4.000 jam terbang,” tutur Lin, dikutip Reuters. Pesawat itu diterima oleh Maskapai TransAsia pada April tahun lalu. Mereka juga menuding pesawat itu merupakan model terbaru ATR. Rekaman video amatir menunjukkan pesawat TransAsia ATR 72-600 itu menabrak jembatan hingga akhirnya jatuh ke sungai. Sebelum jatuh ke sungai, pesawat itu juga sempat menghantam sebuah taksi.
“Saya melihat sebuah taksi, beberapa meter di depan saya, tertabrak salah satu sayap pesawat. Pesawat itu sangat besar dan sangat dekat dengan saya. Saya langsung gemetaran,” kata salah saksi kepada stasiun televisi TVBS .
Bagi TransAsia, kecelakaan kemarin merupakan kedua dalam tujuh bulan terakhir. Juli lalu kecelakaan TransAsia menewaskan 48 orang ketika pesawat ATR 72-500 jatuh di perumahan saat badai di Pulau Penghu, Taiwan. Kecelakaan itu disebabkan badai yang menerjang kawasan tersebut. TransAsia merupakan maskapai penerbangan ketiga terbesar di Taiwan.
Taiwan memiliki catatan buruk dalam keselamatan penerbangan. Pada 2002, pesawat China Airlines yang terbang dari Taipei ke Hong Kong meledak dan menewaskan 225 orang. Kemudian, pesawat Singapore Airlines menabrak peralatan konstruksi di lapangan lepas landas saat terjadi badai dan insiden itu menewaskan puluhan orang.
Andika hendra m
Selain itu, 20 orang masih dinyatakan hilang dan 15 lainnya selamat. Ini merupakan kecelakaan kedua maskapai TransAsia dalam tujuh bulan terakhir. Kecelakaan itu terjadi pukul 11.00 pagi waktu setempat ketika pesawat ATR 72-600 dengan nomor penerbangan GE235 lepas landas meninggalkan Bandara Songshan di Taipei utara menuju Pulau Kinmen. Menurut beberapa pejabat penerbangan, pesawat jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dan hilang kontak dengan pusat lalu lintas udara. Penyebab kecelakaan belum dipastikan.
Dugaan sementara, pesawat melakukan pendaratan darurat karena mesin mati. Namun, pendaratan tidak berjalan mulus. Setelah meluncur di antara bangunan, pesawat sempat menyambar taksi dan menabrak jembatan sebelum jatuh ke sungai. Namun, pihak maskapai menyatakan pesawat nahas tersebut telah memenuhi semua prasyarat terbang dan sudah melalui pengecekan sebelum lepas landas.
”Kita ingin menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban. Kita juga mengucapkan terima kasih kepada tim penyelamat yang berlomba dengan waktu,” kata CEO Peter Chen Chen, dikutip AFP, dengan didampingi lima pejabat TransAsia lainnya. Lin Kuan Chen dari Badan Kebakaran Nasional menuturkan, pihaknya masih berupaya mencari para penumpang pesawat yang belum ditemukan. Kemungkinan mereka terjebak di dalam pesawat.
“Kita akan menggunakan crane untuk mengangkat bagian depan pesawat yang tenggelam ke sungai. Di sana kemungkinan besar banyak penumpang yang terjebak,” ujar pejabat senior tim penyelamat. Sebanyak 400 tentara ikut membantu proses evakuasi korban yang selamat dan pencarian korban yang hilang. Tim darurat menarik korban tewas dengan tali, sedangkan korban selamat diangkut dengan menggunakan perahu karet menuju tepi sungai.
Operasi pencarian dan penyelamatan tetap dilanjutkan hingga kemarin malam. Mereka menggunakan jembatan mengambang untuk memudahkan proses evakuasi. Harian Xiamen di China mengungkapkan, 31 warga China berada di dalam pesawat nahas itu. Mereka berasal dari dua grup wisatawan dari kota di China timur.
Menurut salah satu petugas biro wisata, Wen, 15 pelanggannya menjadi penumpang pesawat, termasuk tiga anak berusia di bawah 10 tahun dan seorang pemimpin perjalanan. “Itu darurat,” kata Wan kepada AFP. PerdanaMenteri(PM) China Le Keqiang telah menawarkan bantuan kepada Taiwan untuk melakukan proses evakuasi dan penyelidikan. Sementara itu, penyelidikan mengenai penyebab jatuhnya pesawat Trans Asia itu masih berlangsung.
Kotak hitam yang akan digunakan untuk membuka tabir terjadinya kecelakaan sudah diamankan. Penyidik juga telah memeriksa rekaman awak pesawat dengan menara kontrol. “Mayday! Mayday! Mesin mati!” demikian bunyi dari suara awak pesawat yang diterima menara kontrol lalu lintas udara. Dugaan sementara, pesawat jatuh karena mesin mati setelah terbakar. Pesawat ATR itu memiliki dua mesin dan dapat terbang dengan satu mesin.
Pesawat ATR memiliki 72 kursi, biasanya digunakan untuk menghubungkan Taipei dengan kota kecil lainnya dan kepulauan. ATR merupakan produk bersama antara Airbus dan Alenia Aermacchi, perusahaan asal Italia. Lin Chih Min, kepala Administrasi Aeronautika Sipil Taiwan, menyangkal kemungkinan adanya kerusakan mesin karena pesawat ATR 72-600 masih berumur kurang satu tahun dan baru satu pekan lalu masuk perawatan.
“Pilot telah mengantongi 14.000 jam terbang dan kopilot telah memiliki 4.000 jam terbang,” tutur Lin, dikutip Reuters. Pesawat itu diterima oleh Maskapai TransAsia pada April tahun lalu. Mereka juga menuding pesawat itu merupakan model terbaru ATR. Rekaman video amatir menunjukkan pesawat TransAsia ATR 72-600 itu menabrak jembatan hingga akhirnya jatuh ke sungai. Sebelum jatuh ke sungai, pesawat itu juga sempat menghantam sebuah taksi.
“Saya melihat sebuah taksi, beberapa meter di depan saya, tertabrak salah satu sayap pesawat. Pesawat itu sangat besar dan sangat dekat dengan saya. Saya langsung gemetaran,” kata salah saksi kepada stasiun televisi TVBS .
Bagi TransAsia, kecelakaan kemarin merupakan kedua dalam tujuh bulan terakhir. Juli lalu kecelakaan TransAsia menewaskan 48 orang ketika pesawat ATR 72-500 jatuh di perumahan saat badai di Pulau Penghu, Taiwan. Kecelakaan itu disebabkan badai yang menerjang kawasan tersebut. TransAsia merupakan maskapai penerbangan ketiga terbesar di Taiwan.
Taiwan memiliki catatan buruk dalam keselamatan penerbangan. Pada 2002, pesawat China Airlines yang terbang dari Taipei ke Hong Kong meledak dan menewaskan 225 orang. Kemudian, pesawat Singapore Airlines menabrak peralatan konstruksi di lapangan lepas landas saat terjadi badai dan insiden itu menewaskan puluhan orang.
Andika hendra m
(ars)