Ada Oknum Pejabat Bermain di Pengumuman Hasil Seleksi CPNS
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB) Yuddy Chrisnandi menyatakan banyak oknum pejabat di pusat dan daerah yang mencoba bermain dalam seleksi CPNS.
Adanya oknum pejabat yang bermain ini pun menjadi salah satu pemicu terlambatnya pengumuman hasil seleksi CPNS. "Ada satu kementerian sudah ada siapa yang lulus dan tidak. Tapi tidak diumumkan karena anak dari pejabat berwenang tidak lulus. Dia ngambek ke bagian kepagawaian," ungkap Yuddy Chrisnandi di Kementerian PAN-RB, Senin 2 Februari kemarin.
Yuddy mengatakan oknum pejabat tersebut berusaha untuk mengatur hasil seleksi CPNS sebisa mungkin agar anggota keluarganya lolos. Setelah itu barulah diumumkan.Menurut Yuddy, hal ini tidak saja oknum pejabat di kementerian. Melainkan juga terjadi di beberapa daerah. Di mana, pejabat tinggi daerah melakukan hal serupa.
"Di daerah ada beberapa daerah begitu kurang lebih. Karena tidak lulus lobi sana sini agar lulus," katanya.Meski begitu, Yuddy menjamin proses seleksi saat ini tidak akan mudah diotak-atik oleh oknum pejabat tertentu.
Maka dari itu dia mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu khawatir."Kalau mau mengubah itu harus ke panselnas lalu ke BKN. Ini sulit. Proses CPNS tidak bisa di intervensi. Anaknya presiden saja tidak lulus. Mana ada pejabat panselnas berani mengubah," tegasnya.
Lebih lanjut Yuddy memaparkan alasan lain terlambatnya pengumuman seleksi CPNS karena masih adanya instansi yang ingin melakukan tes kompetensi bidang (TKB). Kemudian ada pertimbangan teknis di daerah yang membuat penundaan penguman hasil seleksi.
Misalnya saja di daerah masih ada yang berkonsultasi untuk mengubah formasi demi terpenuhinya kekosongan."Mumpung ada peluang mengisi. Mereka takut formasi akan kosong maka belum umumkan," ujar dia.
Pakar administasi publik Universitas Medan Area, Warjio mengatakan sekalipun menggunakan sistem berbasis teknologi, seleksi CPNS tetap harus diawasi. Pasalnya penggunaan teknologi masih bisa dipermainkan.
"Masih bisa memberikan kesempatan oknum menjadi peluang agar mereka masuk untuk mengubah hasil. Apalagi yang mempengaruhi pejabat," katanya.Selain itu permainan hasil seleksi CPNS sudah menjadi kebiasaan lama. Di mana, elite-elite pejabat berusaha memasukkan orang-orang terdekat.
"Kebiasaan yang sudah ada oleh elite untuk kepentingan mereka. Ini tidak gratis terkaitan dengan kepentingan uang juga," paparnya.
Adanya oknum pejabat yang bermain ini pun menjadi salah satu pemicu terlambatnya pengumuman hasil seleksi CPNS. "Ada satu kementerian sudah ada siapa yang lulus dan tidak. Tapi tidak diumumkan karena anak dari pejabat berwenang tidak lulus. Dia ngambek ke bagian kepagawaian," ungkap Yuddy Chrisnandi di Kementerian PAN-RB, Senin 2 Februari kemarin.
Yuddy mengatakan oknum pejabat tersebut berusaha untuk mengatur hasil seleksi CPNS sebisa mungkin agar anggota keluarganya lolos. Setelah itu barulah diumumkan.Menurut Yuddy, hal ini tidak saja oknum pejabat di kementerian. Melainkan juga terjadi di beberapa daerah. Di mana, pejabat tinggi daerah melakukan hal serupa.
"Di daerah ada beberapa daerah begitu kurang lebih. Karena tidak lulus lobi sana sini agar lulus," katanya.Meski begitu, Yuddy menjamin proses seleksi saat ini tidak akan mudah diotak-atik oleh oknum pejabat tertentu.
Maka dari itu dia mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu khawatir."Kalau mau mengubah itu harus ke panselnas lalu ke BKN. Ini sulit. Proses CPNS tidak bisa di intervensi. Anaknya presiden saja tidak lulus. Mana ada pejabat panselnas berani mengubah," tegasnya.
Lebih lanjut Yuddy memaparkan alasan lain terlambatnya pengumuman seleksi CPNS karena masih adanya instansi yang ingin melakukan tes kompetensi bidang (TKB). Kemudian ada pertimbangan teknis di daerah yang membuat penundaan penguman hasil seleksi.
Misalnya saja di daerah masih ada yang berkonsultasi untuk mengubah formasi demi terpenuhinya kekosongan."Mumpung ada peluang mengisi. Mereka takut formasi akan kosong maka belum umumkan," ujar dia.
Pakar administasi publik Universitas Medan Area, Warjio mengatakan sekalipun menggunakan sistem berbasis teknologi, seleksi CPNS tetap harus diawasi. Pasalnya penggunaan teknologi masih bisa dipermainkan.
"Masih bisa memberikan kesempatan oknum menjadi peluang agar mereka masuk untuk mengubah hasil. Apalagi yang mempengaruhi pejabat," katanya.Selain itu permainan hasil seleksi CPNS sudah menjadi kebiasaan lama. Di mana, elite-elite pejabat berusaha memasukkan orang-orang terdekat.
"Kebiasaan yang sudah ada oleh elite untuk kepentingan mereka. Ini tidak gratis terkaitan dengan kepentingan uang juga," paparnya.
(whb)