Enam Penderita Meninggal, 257 Terjangkit

Senin, 02 Februari 2015 - 11:46 WIB
Enam Penderita Meninggal,...
Enam Penderita Meninggal, 257 Terjangkit
A A A
JEMBER - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, meningkat sepekan terakhir. Bahkan, pasien yang terserang penyakit ini pun memasuki tahap kritis.

Dinas Kesehatan Jember menyebut wilayahnya sudah memasuki fasekejadianluarbiasa (KLB) DBD, tepatnya hampir KLB. Sebab kasus DBD saat ini sudah hampir dua kali lipat dari kejadian bulan sama tahun lalu. ”Sudah ada enam pasien DBD meninggal selama Januari ini. Terakhir seorang anak dari Kalisat terlambat dibawa ke pelayanan kesehatan sehingga nyawanya tidak tertolong. Adapun jumlah pasien DBD mencapai 257. Ini berarti memasuki fase KLB DBD,” tegas Kepala Humas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jember Yumarlis.

Salah satu kriteria daerah dinyatakan KLB atas suatu penyakit adalah kasus yang terjadi mencapai dua kali lipat periode bulan sama tahun lalu. Berdasarkan catatan Dinkes Jember, pasien DBD tahun lalu hanya sekitar 155 pasien dan meninggal 1 orang. Yumarlis menjelaskan, 6 penderita DB yang meninggal itu karena terlambat dibawa ke puskesmas atau rumah sakit sehingga nyawa mereka tidak bisa diselamatkan. Dari 6 yang meninggal, 5 di antaranya anak-anak.

”Penderita DB yang tidak bisa ditangani di puskesmas akan dirujuk ke tiga rumah sakit daerah, yakni Rumah Sakit Daerah (RSD) drSoebandiJember, RSDBalung, dan RSD Kalisat,” jelas Yumarlis Peningkatan kasus yang cukup signifikan ini membuat Dinkes Jember langsung melakukan langkah pencegahan. Bahkan mereka sudah mengirimkan surat darurat ke Bupati Jember MZA Djalal atas situasi ini.

”Kami sudah mengirim surat ke Bupati untuk melaporkan perkembangan DBD ini. Termasuk meminta Bupati Jember menetapkan KLB DBD,” papar Yumarlis. Dinkes Jember juga mewaspadai siklus lima tahunan yang pernah terjadi di Jember sebelumnya. Lima tahun lalu, Jember pernah dinyatakan KLB kasus DBD karena jumlah penderitanya mencapai angka maksimal, yakni 901 penderita dengan 11 kematian.

Saat itu, selama tiga bulan berturut-turut, jumlah pasien juga terus mengalami kenaikan. Menurut Yumarlis, pihaknya khawatir siklus lima tahunan kembali terjadi. Untuk mengantisipasi itu, selain bentuk pencegahan dengan PSN dan fogging, pihaknya juga telah mengalokasikan anggaran Rp2 miliar untuk penanganannya. Jumlah ini sudah termasuk untuk biaya pengobatan pasien.

Sementara dari Yogyakarta, Pemkab Gunungkidul terus mewaspadai penyebaran penyakit DBD. Bahkan bupati telah mengirimkan surat perintah kepada semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk mewaspadai penyakit ini. Kabid Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Gunungkidul Sumitro mengungkapkan, hingga akhir Januari, tercatat 79 wargaterkenapenyakitakibatgigitan nyamuk Aedes aegypti tersebut.

Dari jumlah itu, satu warga meninggal dunia setelah menjalani perawatan di rumah sakit. Di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, selama Januari ini jumlah pasien DBD tercatat 83 orang. Angka itu meningkat signifikan dibandingkan periode sama 2014 yang hanya 22 kasus. Meski begitu, Kepala Dinkes Kabupaten Kuningan Radji K Sardji mengatakan bahwa pihaknya belum menetapkan kondisi tersebut sebagai KLB.

”Kami belum menetapkan KLB karena kasusnya tersebar di banyak kecamatan. Kecuali jika jumlah pasien sebanyak itu terjadi di satu desa atau kecamatan tertentu, maka dapat dikatakan KLB,” ujar Radji kemarin. Dijelaskan Radji, penderita DBD per Januari 2015 didominasi usia 15 hingga 44 tahun dengan 37 kasus. Adapun daerah yang terbanyak kasus DBD adalah di lingkup kerja Puskesmas Jalaksana hingga mencapai 17 kasus, Puskesmas Garawangi 6 kasus, Puskesmas Lamepayung 5 kasus, dan Puskesmas Cipicung 4 kasus. Tahun lalu, kasus DBD di Kuningan mencapai 545 kasus yang 3 di antaranya meninggal dunia.

P juliatmoko/Suharjono/Mohamad taufik
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9090 seconds (0.1#10.140)