Menukar Ide di Ruang Seni

Minggu, 01 Februari 2015 - 13:15 WIB
Menukar Ide di Ruang...
Menukar Ide di Ruang Seni
A A A
Pameran seni rupa mampu membuka ruang gagasan, tukar pikiran, untuk saling menguatkan satu sama lain, maju bersama, dan bisa melihat kontekstualitas perkembangan seni.

Hal inilah yang dirasakan Ikatan Alumni Seni Murni (IASM) Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada pameran bersama yang digelar 22-31 Januari di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki. Pameran ini menghadirkan karya-karya perupa yang telah berkecimpung di dunia seni rupa (murni) semenjak kuliah di bangku IKJ.

Ketua Ikatan Alumni Seni Murni IKJ Hendriques David Arie mengatakan tema Membuka Ruang Gagasan adalah suatu pemaknaan yang mendalam ketika mencipta karya, kebebasan dalam proses kreativitas, dan mampu mengeksplorasi sebuah pembaruan ruang serta gagasan dalam berkesenian. Dan, yang terutama adalah orisinalitas karya dari tiap peserta pameran.

Sementara itu, Ketua Program Studi Seni Murni IKJ Tri Aru Wiratno menilai pameran ini dapat membuka seni dalam realitas konteks masing-masing biar menemukan apa yang dirasakan dan dipikirkan. Mengapa? Karena pameran senirupa dinilai mampu membuka ruang gagasan berkarya, tukar pikiran, untuk saling menguatkan satu sama lain, maju bersama, dan bisa melihat kontekstualitas perkembangan seni.

Kemudian bagaimana memosisikan diri di dalam perkembangan dunia seni dan jaman yang kian melipat dan portabel dalam sebuah genggaman tangan. Dia mengatakan, seni murni menjadi naturalisasi berkesenian seorang seniman di dalam berkarya. “Fitrah hidup yang selalu membuka ruang gagasan untuk mendapatkan yang sublim dalam keindahan substansi dari karya seni,” ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, seni murni telah mengalami transformasi bentuk dan gagasan. Sedangkan seniman mengalami transformasi di dalam proses berkarya dan berkreativitas. Hal inilah yang menjadikan dunia seni murni sebagai sebuah gagasan dan konsep bagi seniman.

Meskipun seniman menggunakan teknik lukis yang di dalam prosesnya akan mengalami transformasi bentuk dan gagasan, namun seniman itu akan membuka ruang gagasan baru untuk melihat kebutuhannya di dalam berekspresi. Begitu pula dengan teknik grafis dan patung.

Karena itu, muncullah mix media, instalasi, performent art, happening art, yang selalu berkaitan dengan kontemporer yang menandai bentuk, gagasan, dan masa sebagai kesadaran untuk membuka ruang gagasan dari seni murni yang melekat pada seorang seniman. Lihat saja beberapa karya apik di pameran ini. Ada sekitar 41 karya seni di lantai satu dan dua ruang pameran dari 24 seniman.

Sebanyak 30 karya lukisan dan 11 karya patung dan instalasi. Karya-karya ini ada yang terbaru maupun karya yang pernah dipamerkan sebelumnya. Yang cukup unik, yakni karya milik Ube dengan judul ¼ karya masa kuliah 2006 - 2009 . Sekilas karya ini seperti bundelan barang yang tidak terpakai. Jika tidak diamati dengan seksama, bisa jadi pengunjung hanya mengira itu adalah bundelan barang yang tidak terpakai yang diletakkan di pojokkan.

Ada dua bundelan. Yang satu bundelan berisi lukisan yang berukuran lebih kecil, sedangkan satu bundelan lain berisi lukisan yang lebih besar. Sang seniman menulis, ini adalah karya yang dibuat capek-capek waktu kuliah, tapi ujung-ujungnya masuk ke gudang. Ada lagi karya Asep Suryaman berjudul Fractal evolution.

Karya ini hanya menggunakan sebuah papan gilas yang biasa digunakan untuk mencuci baju. Papan gilas dicat berwarna putih. Di ujung kiri dari arah mata pengunjung yang melihatnya, terdapat gambar seekor monyet dengan buah apel berserakan di sekelilingnya. Lalu di tengahtengah ada serangkaian paku kecil yang dicat berwarna merah yang berbentuk melengkung mengarah ke bentuk figur manusia (laki-laki).

Ini seolah-olah seperti perjalanan metamorforsa manusia yang disebut-sebut memiliki keterkaitan dengan hewan monyet. Kemudian ada karya milik Purwanto, yang tidak menyertakan judulnya. Lukisan ini menunjukkanduafigurlelaki yangberpakaian jas hitam lengkap dengan dasi sedang berjabat tangan erat.

Namun, kedua wajah figur lelaki itu ditutup dengan helm. Di belakangnya terbentang latar kebun bunga yang menyerupai bunga tulip yang didominasi warna merah, dan sedikit warna putih. Masih dari seniman yang sama. Kesukaan terhadap helm juga disajikan melalui lukisan berikutnya, yang juga tidak memiliki judul.

Seorang lelaki memakai helm, namun wajahnya masih bisa terlihat, sedang memandang lurus ke depan. Latar belakangnya pun masih sama yakni hamparan bunga seperti bunga mawar merah, dan sedikit yang berwarna putih. Kecintaan terhadap sosok perempuan pun banyak tertuang di beberapa patung yang dibuat. Seperti karya Egi Sae berjudul Passion.

Yakni patung seorang wanita dengan pakaian setengah dada yang sedang duduk dengan kain menjuntai panjang ke bawah. Egi juga membuat IIm not a Magician . Perempuan setengah melayang dengan posisi telentang. Kain terjuntai menutupi tubuh bagian bawah.

Satu tangan menutupi bagian dada, tangan yang lain memegang rambut panjangnya. Beberapa patung atau instalasi juga terlihat pernah ditampilkan pada pameran-pameran sebelumnya. Seperti karya Budi L. Tobing yang menampilkan patung seorang perempuan yang tangannya sedang memegang perut hamilnya.

Susi susanti
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0996 seconds (0.1#10.140)