Saksi: Abraham Samad Dua Kali Bertemu Pimpinan PDIP
A
A
A
JAKARTA - Pertemuan antara Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad dengan politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) jelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 ternyata benar adanya.
Pertemuan itu bahkan berlangsung dua kali. Kesaksian itu disampaikan Supriansyah alias Aca, pemilik apartemen The Capital Residence, saat diperiksa Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri sebagai saksi untuk menindaklanjuti laporan dari LSM KPK Watch mengenai blog ”rumah kaca” dan pertemuan Abraham Samad dengan petinggi PDIP.
Sebelumnya, pertemuan yang disebut-sebut sebagai bagian lobi Abraham agar menjadi pendamping Joko Widodo dalam menghadapi pilpres itu dibeberkan Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. ”Saya ditanya mengenai peristiwa itu. Saya katakan pertemuan itu ada, di apartemen saya,” ungkap Supriansyah di Bareskrim Polri, Jakarta, kemarin.
Dia menuturkan, pertemuan dimaksud dilakukan pada pertengahan 2014, antara April dan Mei, di apartemen The Capital Residence, SCBD, Jakarta Pusat, miliknya. Saat tiba di apartemen, Abraham Samad menggunakan masker seperti disampaikan Hasto Kristiyanto. ”Waktu saya jemput di bawah, Pak AS pakai masker. Pas di dalam apartemen sudah dilepas (maskernya),” katanya.
Supriansyah pun memastikan kehadiran dua pimpinan PDIP, yakni Hasto Kristiyanto dan Tjahjo Kumolo. Namun apa materi yang dibicarakan dalam dua pertemuan tersebut, dia mengaku tidak tahu-menahu karena tidak ikut pertemuan. ”Kalau tahu mereka mau bicarakan apa, sudah saya usir mereka, ’Sana pergi saja’,” tandasnya.
Dia lantas menuturkan dirinya baru mengetahui maksud pertemuan tersebut setelah ramai diperbincangkan di situs-situs pemberitaan nasional. Dengan adanya panggilan ini dia merasa dirugikan akibat pertemuan tersebut. ”Setelah tahu apa isi pertemuan ya dagdigdug juga, saya dipanggil polisi, pekerjaan saya terbengkalai,” ujarnya.
Kepada wartawan, Supriansyah menegaskan tahu betul Abraham Samad karena kenal yang bersangkutan. Dia mengaku kenal lama dengan Samad karena satu kampung dan sama-sama pegiat antikorupsi di sebuah LSM saat masih di Makassar. Setelah di Jakarta, mereka menentukan pilihan masingmasing, Abraham Samad memilih jalur di lembaga antikorusi, Supriansyah beralih menjadi konsultan di sebuah perusahaan swasta nasional.
Abraham Samad yang dimintai konfirmasi KORAN SINDO sampai tadi malam belum memberikan tanggapan atas keterangan Supriansyah. Pesan singkat yang dikirim tidak berbalas. Adapun beberapa kali panggilan masuk tidak dijawab. Status ponselnya bahkan tidak mau menerimapanggilan. Beberapawaktu lalu kepada KORAN SINDO melalui pesan singkat Abraham mengaku tidak ada pertemuan menyangkut lobi-lobi politik. Apalagi sampai membarternya dengan putusan mantan Bendahara Umum PDIP Emir Moeis. ”Saya kansudahbilangitufitnah,” ujar Abraham.
Sementara itu, mantan Penasihat KPK Abdullah Hehamahu meminta Hasto Kristiyanto melaporkan hal itu ke Pengawas Internal (PI) KPK. Berdasarkan laporan itu, PI akan meminta klarifikasi pelbagai pihak terkait, termasuk Abraham Samad. Jika hasil temuan PI memuat petunjuk yangmeyakinkanadanya pelanggaran Kode Etik, PI akan merekomendasikan pimpinan untuk membentuk Komite Etik.
”Tapi kalau sekarang, masalahnya sudah ditangani Mabes Polri, berarti sudah masuk domain tindak pidana, bukan lagi pelanggaran kode etik. Tapi tidak salah juga, kalau dalam waktu bersamaan, KPK membentuk Komite Etik untuk penanganan permasalahan tersebut,” kata Abdullah saat dihubungi KORAN SINDO tadi malam.
Alfian faisal/ Sabir laluhu
Pertemuan itu bahkan berlangsung dua kali. Kesaksian itu disampaikan Supriansyah alias Aca, pemilik apartemen The Capital Residence, saat diperiksa Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri sebagai saksi untuk menindaklanjuti laporan dari LSM KPK Watch mengenai blog ”rumah kaca” dan pertemuan Abraham Samad dengan petinggi PDIP.
Sebelumnya, pertemuan yang disebut-sebut sebagai bagian lobi Abraham agar menjadi pendamping Joko Widodo dalam menghadapi pilpres itu dibeberkan Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. ”Saya ditanya mengenai peristiwa itu. Saya katakan pertemuan itu ada, di apartemen saya,” ungkap Supriansyah di Bareskrim Polri, Jakarta, kemarin.
Dia menuturkan, pertemuan dimaksud dilakukan pada pertengahan 2014, antara April dan Mei, di apartemen The Capital Residence, SCBD, Jakarta Pusat, miliknya. Saat tiba di apartemen, Abraham Samad menggunakan masker seperti disampaikan Hasto Kristiyanto. ”Waktu saya jemput di bawah, Pak AS pakai masker. Pas di dalam apartemen sudah dilepas (maskernya),” katanya.
Supriansyah pun memastikan kehadiran dua pimpinan PDIP, yakni Hasto Kristiyanto dan Tjahjo Kumolo. Namun apa materi yang dibicarakan dalam dua pertemuan tersebut, dia mengaku tidak tahu-menahu karena tidak ikut pertemuan. ”Kalau tahu mereka mau bicarakan apa, sudah saya usir mereka, ’Sana pergi saja’,” tandasnya.
Dia lantas menuturkan dirinya baru mengetahui maksud pertemuan tersebut setelah ramai diperbincangkan di situs-situs pemberitaan nasional. Dengan adanya panggilan ini dia merasa dirugikan akibat pertemuan tersebut. ”Setelah tahu apa isi pertemuan ya dagdigdug juga, saya dipanggil polisi, pekerjaan saya terbengkalai,” ujarnya.
Kepada wartawan, Supriansyah menegaskan tahu betul Abraham Samad karena kenal yang bersangkutan. Dia mengaku kenal lama dengan Samad karena satu kampung dan sama-sama pegiat antikorupsi di sebuah LSM saat masih di Makassar. Setelah di Jakarta, mereka menentukan pilihan masingmasing, Abraham Samad memilih jalur di lembaga antikorusi, Supriansyah beralih menjadi konsultan di sebuah perusahaan swasta nasional.
Abraham Samad yang dimintai konfirmasi KORAN SINDO sampai tadi malam belum memberikan tanggapan atas keterangan Supriansyah. Pesan singkat yang dikirim tidak berbalas. Adapun beberapa kali panggilan masuk tidak dijawab. Status ponselnya bahkan tidak mau menerimapanggilan. Beberapawaktu lalu kepada KORAN SINDO melalui pesan singkat Abraham mengaku tidak ada pertemuan menyangkut lobi-lobi politik. Apalagi sampai membarternya dengan putusan mantan Bendahara Umum PDIP Emir Moeis. ”Saya kansudahbilangitufitnah,” ujar Abraham.
Sementara itu, mantan Penasihat KPK Abdullah Hehamahu meminta Hasto Kristiyanto melaporkan hal itu ke Pengawas Internal (PI) KPK. Berdasarkan laporan itu, PI akan meminta klarifikasi pelbagai pihak terkait, termasuk Abraham Samad. Jika hasil temuan PI memuat petunjuk yangmeyakinkanadanya pelanggaran Kode Etik, PI akan merekomendasikan pimpinan untuk membentuk Komite Etik.
”Tapi kalau sekarang, masalahnya sudah ditangani Mabes Polri, berarti sudah masuk domain tindak pidana, bukan lagi pelanggaran kode etik. Tapi tidak salah juga, kalau dalam waktu bersamaan, KPK membentuk Komite Etik untuk penanganan permasalahan tersebut,” kata Abdullah saat dihubungi KORAN SINDO tadi malam.
Alfian faisal/ Sabir laluhu
(ars)