Jakarta Kota Paling Tak Aman
A
A
A
JAKARTA - Maraknya kriminalitas dan lemahnya keamanan di Kota Jakarta menjadi isu utama yang perlu segera dituntaskan.
Survei Indeks Kota Teraman di Dunia 2015 yang dirilis Economist Intelligence Unit (EIU) menempatkan Jakarta sebagai kota paling tidak aman. Dari 50 peringkat indeks tersebut, Jakarta menempati urutan terbawah dengan skor 53,71. Survei itu juga menempatkan Kota Tokyo, Jepang, sebagai kota teraman dengan skor 85,63.
Selain Jakarta, kota-kota yang dinyatakan tingkat keamanannya rendah antara lain Teheran (Iran), Ho Chi Minh (Vietnam), Johannesburg (Afrika Selatan), Riyadh (Arab Saudi), dan Meksiko. Adapun di bawah Jepang, kota teraman lainnya adalah Singapura, Osaka (Jepang), Stockholm (Swedia), dan Amsterdam (Belanda).
Skor didasarkan atas nilai ratarata dari empat kategori, yakni keamanan digital, jaminan kesehatan, keamanan infrastruktur, dan keamanan personal. Merespons survei ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyerahkan keamanan kepada aparat kepolisian. Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan keamanan Jakarta dengan cara memasang ribuan kamera closed circuit television (CCTV) di daerah-daerah rawan.
Menurutnya, memberantas kejahatan merupakan tugas utama pihak kepolisian. ”Nanti yang dinilai tidak aman akan kita lumpuhkan, bekerja sama dengan polisi,” kata Ahok di Balai Kota kemarin. Sementara itu Wakil Gubernur DKI Djarot Syaiful Hidayat mengatakan tidak ada satu kota di dunia yang terbebas dari aksi kejahatan alias zero crime, termasuk Jakarta. Atas kondisi ini, pihaknya akan terus meningkatkan keamanan agar warga Jakarta semakin tenang.
Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Heru Pranoto mengakui bahwa Jakarta memang tidak dapat terbebas dari tindakkejahatan, apalagidimalamhari. Namun pihaknya menolak jika Jakarta dibilang tidak aman. Sebab banyak sudut jalan di Jakarta pada malam hari tetap ramai. ”Tindak kejahatan atau kriminalitas itu sebenarnya muncul dari masing- masing pribadi masyarakat,” ungkapnya.
Heru menjelaskan, berdasarkan data yang diterimanya, dari jumlah kejahatan periode Desember 2014 hingga Januari 2015 ini, ada peningkatan tindak kriminal, khususnya yang menggunakan senjata tajam dan senjata api di Jakarta. Namun dengan bekerja sama dengan Pemprov DKI, Heru yakin angka kriminalitas dapat ditekan semaksimal mungkin. ”Dari 10 kejadian kejahatan periode Desember-Januari itu, kami berhasil mengungkap 7 kejadian. Masih ada 3 kasus, kami upayakan semaksimal mungkin ditangkap,” tegasnya.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Yogo Tri Hendriarto menilai persepsi soal Jakarta yang dianggap tidak aman tidak bisa dilihat secara sempit karena banyak faktor yang memengaruhinya, salah satunya faktor psikologis. Beberapa orang merasa takut karena bisa jadi banyak melihat tayangan kriminal sehingga rasa takutnya tinggi.
”Tidak nyaman itu harus dilihat dari semua aspek mulai dari lingkungan, transportasi hingga keamanan,” kata Yogo. Dia mengakui Jakarta memang tidak aman untuk beraktivitas selama 24 jam karena memang tidak ada sistem pengamanan yang mendukungnya. Hal ini ditambah kurangnya penerangan umum dan tidak ada petugas yang berjaga sehari penuh.
Mengenai rilis EIU, Yogo juga mempertanyakan metode yang digunakan dalam survei itu. Apakah populasi yang menjadi sampelnya mewakili masyarakat Jakartaatautidak? Kemudiananalisis apa yang digunakan sehingga muncul hasil seperti itu? ”Masih harusdikajilagi mengenaimetode danpopulasisampelnya,” ujardia.
Tiga Perampok Ditembak Mati
Di wilayah hukum Polda Metro Jaya, beberapa pekan terakhir kasus kriminalitas sering terjadi seperti pembegalan disertai pembunuhan terhadap pengendara sepeda motor di Jalan Juanda dan Margonda Depok. Hingga kini, para pelaku masih berkeliaran sehingga membuat warga waswas.
Di Bekasi, tiga komplotan perampok sepeda motor akhirnya tewas ditembak mati jajaran Reserse Kriminal (Reskrim) Polresta Bekasi Kota, Selasa (27/1) malam. Sebelum tertangkap, polisi sempat baku tembak dengan komplotan perampok Lampung Timur yang terkenal sadis ini. Ketiga perampok yang tewas itu adalah Rohim, 29, Decky Chen, 21, dan Samsudin, 25.
Ketiganya sudah beraksi puluhan kali di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek). Terakhir aksinya kerap dilakukan di wilayah Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi. ”Komplotan ini terkenal sadis dan tak segan melukai calon korbannya dengan senjata api,” ujar Kepala Polresta Bekasi Kota Kombes Rudi Setiawan kemarin.
Bima setiyadi/ r ratna purnama/ Abdullah m surjaya
Survei Indeks Kota Teraman di Dunia 2015 yang dirilis Economist Intelligence Unit (EIU) menempatkan Jakarta sebagai kota paling tidak aman. Dari 50 peringkat indeks tersebut, Jakarta menempati urutan terbawah dengan skor 53,71. Survei itu juga menempatkan Kota Tokyo, Jepang, sebagai kota teraman dengan skor 85,63.
Selain Jakarta, kota-kota yang dinyatakan tingkat keamanannya rendah antara lain Teheran (Iran), Ho Chi Minh (Vietnam), Johannesburg (Afrika Selatan), Riyadh (Arab Saudi), dan Meksiko. Adapun di bawah Jepang, kota teraman lainnya adalah Singapura, Osaka (Jepang), Stockholm (Swedia), dan Amsterdam (Belanda).
Skor didasarkan atas nilai ratarata dari empat kategori, yakni keamanan digital, jaminan kesehatan, keamanan infrastruktur, dan keamanan personal. Merespons survei ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menyerahkan keamanan kepada aparat kepolisian. Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan keamanan Jakarta dengan cara memasang ribuan kamera closed circuit television (CCTV) di daerah-daerah rawan.
Menurutnya, memberantas kejahatan merupakan tugas utama pihak kepolisian. ”Nanti yang dinilai tidak aman akan kita lumpuhkan, bekerja sama dengan polisi,” kata Ahok di Balai Kota kemarin. Sementara itu Wakil Gubernur DKI Djarot Syaiful Hidayat mengatakan tidak ada satu kota di dunia yang terbebas dari aksi kejahatan alias zero crime, termasuk Jakarta. Atas kondisi ini, pihaknya akan terus meningkatkan keamanan agar warga Jakarta semakin tenang.
Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Heru Pranoto mengakui bahwa Jakarta memang tidak dapat terbebas dari tindakkejahatan, apalagidimalamhari. Namun pihaknya menolak jika Jakarta dibilang tidak aman. Sebab banyak sudut jalan di Jakarta pada malam hari tetap ramai. ”Tindak kejahatan atau kriminalitas itu sebenarnya muncul dari masing- masing pribadi masyarakat,” ungkapnya.
Heru menjelaskan, berdasarkan data yang diterimanya, dari jumlah kejahatan periode Desember 2014 hingga Januari 2015 ini, ada peningkatan tindak kriminal, khususnya yang menggunakan senjata tajam dan senjata api di Jakarta. Namun dengan bekerja sama dengan Pemprov DKI, Heru yakin angka kriminalitas dapat ditekan semaksimal mungkin. ”Dari 10 kejadian kejahatan periode Desember-Januari itu, kami berhasil mengungkap 7 kejadian. Masih ada 3 kasus, kami upayakan semaksimal mungkin ditangkap,” tegasnya.
Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Yogo Tri Hendriarto menilai persepsi soal Jakarta yang dianggap tidak aman tidak bisa dilihat secara sempit karena banyak faktor yang memengaruhinya, salah satunya faktor psikologis. Beberapa orang merasa takut karena bisa jadi banyak melihat tayangan kriminal sehingga rasa takutnya tinggi.
”Tidak nyaman itu harus dilihat dari semua aspek mulai dari lingkungan, transportasi hingga keamanan,” kata Yogo. Dia mengakui Jakarta memang tidak aman untuk beraktivitas selama 24 jam karena memang tidak ada sistem pengamanan yang mendukungnya. Hal ini ditambah kurangnya penerangan umum dan tidak ada petugas yang berjaga sehari penuh.
Mengenai rilis EIU, Yogo juga mempertanyakan metode yang digunakan dalam survei itu. Apakah populasi yang menjadi sampelnya mewakili masyarakat Jakartaatautidak? Kemudiananalisis apa yang digunakan sehingga muncul hasil seperti itu? ”Masih harusdikajilagi mengenaimetode danpopulasisampelnya,” ujardia.
Tiga Perampok Ditembak Mati
Di wilayah hukum Polda Metro Jaya, beberapa pekan terakhir kasus kriminalitas sering terjadi seperti pembegalan disertai pembunuhan terhadap pengendara sepeda motor di Jalan Juanda dan Margonda Depok. Hingga kini, para pelaku masih berkeliaran sehingga membuat warga waswas.
Di Bekasi, tiga komplotan perampok sepeda motor akhirnya tewas ditembak mati jajaran Reserse Kriminal (Reskrim) Polresta Bekasi Kota, Selasa (27/1) malam. Sebelum tertangkap, polisi sempat baku tembak dengan komplotan perampok Lampung Timur yang terkenal sadis ini. Ketiga perampok yang tewas itu adalah Rohim, 29, Decky Chen, 21, dan Samsudin, 25.
Ketiganya sudah beraksi puluhan kali di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek). Terakhir aksinya kerap dilakukan di wilayah Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi. ”Komplotan ini terkenal sadis dan tak segan melukai calon korbannya dengan senjata api,” ujar Kepala Polresta Bekasi Kota Kombes Rudi Setiawan kemarin.
Bima setiyadi/ r ratna purnama/ Abdullah m surjaya
(ars)