Wabah Demam Berdarah Meluas
A
A
A
PEKALONGAN - Penyakit demam berdarah (DB) makin menyebar. Korban meninggal pun terus berjatuhan di berbagai wilayah di Indonesia. Di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, dari 11 kasus DB selama Januari 2015, tiga di antaranya meninggal dunia.
Karena itu, Pemerintah Kabupaten Pekalongan langsung menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) DB di wilayahnya.
Mereka mengikuti 15 kabupaten/ kota di Jawa Timur yang lebih dahulu sudah berstatus KLB DB menyusul makin merebaknya penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut. “Hingga kini sudah tiga pasien demam berdarah meninggal dunia. Itu artinya masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit tersebut,” kata Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan Suwondo kemarin.
Menurut dia, secara kuantitatif jumlah kasus DB awal Januari 2015 terjadi penurunan dibanding bulan sama tahun lalu yang mencapai 17 orang. Namun, dari sisi jumlah pasien yang meninggal justru lebih banyak. Januari 2014 jumlah penderita yang meninggal hanya dua orang atau 11,7%, sedangkan saat ini sudah tiga orang meninggal dari 11 kasus atau 27,3%.
Itu yang membuat pemkab menetapkan status KLB penyakit DB. Korban meninggal akibat penyakit DB tersebut bukan hanya di Pekalongan. Di Solo pun demikian. Pekan pertama Januari saja tercatat dua orang meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Kondisi sama terjadi di Sumenep, Jawa Timur, yang memang masuk dalam 15 kabupaten/ kota berstatus KLB kasus DB. Dari 286 kasus DB di kawasan itu, tiga penderita di antaranya meninggal dunia.
“Untuk kasus DBD di Sumenep sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Salah satu penyebabnya adalah jumlah sementara kasus DBD yang terjadi pada Januari ini sudah lebih dari tiga kali lipat dibanding jumlah kasus DBD pada Januari tahun sebelumnya,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep Fatoni. Menurut Fatoni, sesuai laporan yang diterimanya, kasus DB di Sumenep tersebar di 78 desa di 22 kecamatan.
Karena itu, dia meminta seluruh pimpinan puskesmas lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus DB. “Kalau ada temuan maupun laporan tentang dugaan kasus DB, kami minta mereka langsung turun ke bawah untuk mengeceknya. Selain itu, kami berharap warga Sumenep menggiatkan kembali gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” ungkapnya. Kondisi sama juga terjadi di Kediri, Jawa Timur.
Jumlah penderita penyakit demam berdarah meningkat tajam dari 55 orang pada Desember 2014 menjadi 104 pada Januari 2015. Kepala Bagian Humas Pemkab Kediri Haris mengatakan, jumlah penderita diketahui terus bertambah, padahal pada 26 Januari diketahui ada 87 pasien, bertambah 17 pasien dalam dua hari saja. Namun, jumlah yang meninggal dunia masih sama yaitu dua pasien.
Belum lagi kasus demam berdarah di Kabupaten Lebak, Banten, juga menelan satu korban meninggal yakni seorang anak di bawah lima tahun pada Sabtu (24/1). Berdasarkan data penderita DB di Lebak sejak Januari 2015 tercatat lima kasus DB yang dua di antaranya warga Rancapinang, Rangkasbitung.
Penyebaran ke Luar Pulau Jawa
Selain di Pulau Jawa, beberapa wilayah di Kalimantan dan Sumatera pun DB sudah mulai menelan korban. Misalnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Dalam dua bulan terakhir ini sudah ada lima penderita yang meninggal dunia akibat penyebaran virus oleh nyamuk aedes aegypti tersebut.
Dua korban meninggal pada Desember lalu dari 57 kasus dan tiga orang lain meninggal akibat penyakit demam berdarah dari 29 kasus DB pada Januari ini. “Kasus DB di daerah sudah terjadi sejak Agustus 2014. Namun, baru dinyatakan sebagai KLB kasus DB pada 12 Desember 2014, seiring jatuhnya korban jiwa akibat penularan penyakit ini,” kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara Masbudianto.
Dia menduga, meninggalnya pasien DB disebabkan keterlambatan membawa pasien berobat ke puskesmas atau karena faktor riwayat penyakit pasien yang memperparah penyakit DB yang dideritanya. “Apabila terjadi panas badan secara mendadak lebih dari 38 cc, segera periksakan ke puskesmas karena dikhawatirkan tertular DB,” katanya. Selain itu, satu orang warga Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), juga meninggal dunia akibat penyakit DB pada awal 2015.
Menurut Kepala Seksi (Kasi) P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan Beherdiman, dari pemeriksaan tim surveilans puskesmas dan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat memang tidak ditemukan jentik nyamuk di tempat tinggal warga yang meninggal tersebut di Sungai Pagu.
“Namun, warga tersebut memiliki riwayat perjalanan ke Bukittinggi saat liburan Natal 2014. Diduga, dia digigit nyamuk aedes aegypti di Bukittinggi. Apalagi, berdasarkan informasi dari pihak keluarga, warga yang meninggal itu juga terserang DB di Bukittinggi,” kata Beherdiman sambil menyebutkan bahwa pada awal Januari 2015 sudah dua warga Solok Selatan yang terserang penyakit DB.
Arief setiadi/ant
Karena itu, Pemerintah Kabupaten Pekalongan langsung menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) DB di wilayahnya.
Mereka mengikuti 15 kabupaten/ kota di Jawa Timur yang lebih dahulu sudah berstatus KLB DB menyusul makin merebaknya penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegypti tersebut. “Hingga kini sudah tiga pasien demam berdarah meninggal dunia. Itu artinya masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit tersebut,” kata Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan Suwondo kemarin.
Menurut dia, secara kuantitatif jumlah kasus DB awal Januari 2015 terjadi penurunan dibanding bulan sama tahun lalu yang mencapai 17 orang. Namun, dari sisi jumlah pasien yang meninggal justru lebih banyak. Januari 2014 jumlah penderita yang meninggal hanya dua orang atau 11,7%, sedangkan saat ini sudah tiga orang meninggal dari 11 kasus atau 27,3%.
Itu yang membuat pemkab menetapkan status KLB penyakit DB. Korban meninggal akibat penyakit DB tersebut bukan hanya di Pekalongan. Di Solo pun demikian. Pekan pertama Januari saja tercatat dua orang meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Kondisi sama terjadi di Sumenep, Jawa Timur, yang memang masuk dalam 15 kabupaten/ kota berstatus KLB kasus DB. Dari 286 kasus DB di kawasan itu, tiga penderita di antaranya meninggal dunia.
“Untuk kasus DBD di Sumenep sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa. Salah satu penyebabnya adalah jumlah sementara kasus DBD yang terjadi pada Januari ini sudah lebih dari tiga kali lipat dibanding jumlah kasus DBD pada Januari tahun sebelumnya,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumenep Fatoni. Menurut Fatoni, sesuai laporan yang diterimanya, kasus DB di Sumenep tersebar di 78 desa di 22 kecamatan.
Karena itu, dia meminta seluruh pimpinan puskesmas lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap kasus DB. “Kalau ada temuan maupun laporan tentang dugaan kasus DB, kami minta mereka langsung turun ke bawah untuk mengeceknya. Selain itu, kami berharap warga Sumenep menggiatkan kembali gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),” ungkapnya. Kondisi sama juga terjadi di Kediri, Jawa Timur.
Jumlah penderita penyakit demam berdarah meningkat tajam dari 55 orang pada Desember 2014 menjadi 104 pada Januari 2015. Kepala Bagian Humas Pemkab Kediri Haris mengatakan, jumlah penderita diketahui terus bertambah, padahal pada 26 Januari diketahui ada 87 pasien, bertambah 17 pasien dalam dua hari saja. Namun, jumlah yang meninggal dunia masih sama yaitu dua pasien.
Belum lagi kasus demam berdarah di Kabupaten Lebak, Banten, juga menelan satu korban meninggal yakni seorang anak di bawah lima tahun pada Sabtu (24/1). Berdasarkan data penderita DB di Lebak sejak Januari 2015 tercatat lima kasus DB yang dua di antaranya warga Rancapinang, Rangkasbitung.
Penyebaran ke Luar Pulau Jawa
Selain di Pulau Jawa, beberapa wilayah di Kalimantan dan Sumatera pun DB sudah mulai menelan korban. Misalnya di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Dalam dua bulan terakhir ini sudah ada lima penderita yang meninggal dunia akibat penyebaran virus oleh nyamuk aedes aegypti tersebut.
Dua korban meninggal pada Desember lalu dari 57 kasus dan tiga orang lain meninggal akibat penyakit demam berdarah dari 29 kasus DB pada Januari ini. “Kasus DB di daerah sudah terjadi sejak Agustus 2014. Namun, baru dinyatakan sebagai KLB kasus DB pada 12 Desember 2014, seiring jatuhnya korban jiwa akibat penularan penyakit ini,” kata Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara Masbudianto.
Dia menduga, meninggalnya pasien DB disebabkan keterlambatan membawa pasien berobat ke puskesmas atau karena faktor riwayat penyakit pasien yang memperparah penyakit DB yang dideritanya. “Apabila terjadi panas badan secara mendadak lebih dari 38 cc, segera periksakan ke puskesmas karena dikhawatirkan tertular DB,” katanya. Selain itu, satu orang warga Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), juga meninggal dunia akibat penyakit DB pada awal 2015.
Menurut Kepala Seksi (Kasi) P2PL Dinas Kesehatan Kabupaten Solok Selatan Beherdiman, dari pemeriksaan tim surveilans puskesmas dan Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat memang tidak ditemukan jentik nyamuk di tempat tinggal warga yang meninggal tersebut di Sungai Pagu.
“Namun, warga tersebut memiliki riwayat perjalanan ke Bukittinggi saat liburan Natal 2014. Diduga, dia digigit nyamuk aedes aegypti di Bukittinggi. Apalagi, berdasarkan informasi dari pihak keluarga, warga yang meninggal itu juga terserang DB di Bukittinggi,” kata Beherdiman sambil menyebutkan bahwa pada awal Januari 2015 sudah dua warga Solok Selatan yang terserang penyakit DB.
Arief setiadi/ant
(ars)