Banjir Landa Kabupaten Subang
A
A
A
SUBANG - Ratusan kepala keluarga (KK) di Rancabango, Kecamatan Patokbeusi, Kabupaten Subang terisolasi akibat akses jalan penghubung terendam banjir setinggi satu meter kemarin.
Selain menggenangi badan jalan, banjir juga merendam puluhan rumah warga dan lebih dari 50 hektare sawah. “Banjir mengakibatkan warga satu dusun terisolasi, yakni Dusun Pungangan yang dihuni sekitar 480 KK. Sebab satu-satunya akses jalan menuju dusun itu tergenang air setinggi satu meter,” ujar Kaur Kesra Desa Rancabango Kecamatan Patokbeusi, Ridwan, kemarin.
Banjir yang mulai terjadi sejak dini hari kemarin sekitar pukul 02.00 WIB itu dipicu meluapnya Sungai Alim, Balekambang, dan Mulang yang melintasi dusun tersebut setelah diguyur hujan deras. Selain Dusun Pungangan, banjir juga menggenangi Dusun Wangun dan puluhan hektare lahan sawah milik petani yang berada di sepanjang bantaran Sungai Alim, Balekambang, hingga Sungai Mulang. Akibatnya banyak petani setempat merugi.
“Kami perkirakan ada 50 hektare sawah yang tergenang, dan kejadian ini merupakan yang ketiga kalinya sepanjang awal 2015. Petani sudah tiga kali menanam padi, hasilnya selalu kebanjiran, dan padinya rusak. Mereka rugi besar,” tutur Ridwan. Putusnya akses jalan akibat tergenang menyebabkan aktivitas masyarakat lumpuh.
Beberapa warga yang mencoba menerobos jalan menggunakan motor nyaris terbawa arus akibat derasnya aliran air. Bahkan, ada warga bersama motornya terguling masuk ke persawahan karena terseret arus. Selain itu, banyak pelajar TK hingga SMA terlambat ke sekolah dalam kondisi basah kuyup. Hingga kini belum ada penanganan dari Pemkab Subang.
“Kami berharap pemkab segera turunkan bantuan logistik dan kebutuhan-kebutuhan lainnya,” ucapnya. Warga setempat, Fauzie, 30, menyebut banjir seperti itu selalu berlangsung rutin setiap musim hujan datang akibat luapan sungai yang dipicu penyempitan dan pendangkalan aliran sungai. Untuk mengatasi terulangnya banjir, pihaknya mendesak pemkab melakukan normalisasi beberapa sungai di wilayah itu.
“Dulu sungai di sini besar, airnya juga bening, bahkan bisa buat mandi. Sekarang berubah jadi kotor, dangkal, dan mengecil alirannya. Kami minta pemkab melakukan normalisasi agar daya tampung sungai lebih besar dan tidak meluap seperti sekarang,” tutur Fauzie.
KepalaSeksiBantuanKorban Bencana Dinas Sosial Kabupaten Subang Tito Purwanto mengatakan akan segera melakukan pendataan korban terdampak banjir baik rumah, lahan sawah, maupun aset-aset berharga lainnya. Pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan institusi-institusi terkait lainnya di pemkab untuk menangani banjir di kawasan Patokbeusi itu.
“Kami juga sudah menyiapkan tim tagana untuk bergerak meninjau lokasi. Jika kondisinya darurat, kami akan segera menyalurkan bantuan logistik untuk warga,” pungkas Tito.
Banjir di Pesisir Selatan
Bencana banjir tidak hanya menimpa wilayah-wilayah di Pulau Jawa, sejumlah kawasan di Sumatera juga menghadapi masalah yang sama. Banjir yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (23/1) misalnya, tidak hanya merendam ribuan rumah warga, tetapi juga menghancurkan sebuah bendungan irigasi Batang Jalamu di Kecamatan Batangkapas.
Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit mengatakan, kondisi kerusakan bendungan irigasi Batang jalamu memang sangat fatal, bahkan hampir semua konstruksi bendungan jebol tergerus air. N
amun, untuk perbaikan kerusakan sarana irigasi tersebut tidak bisa dilakukan secepatnya karena membutuhkan biaya sangat besar. Meski demikian, dia telah memerintahkan Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) setempat untuk memprioritaskan perbaikan sementara sehingga dapat berfungsi kembali dalam mengairi lahan sawah masyarakat.
“Pemerintah tetap akan memperbaiki semua sarana dan prasarana yang rusak akibat banjir di kabupaten ini. Namun, tentu perlu pengkajian yang dalam dan mana yang lebih prioritas untuk dilakukan perbaikan,” katanya.
Usep husaeni/ant
Selain menggenangi badan jalan, banjir juga merendam puluhan rumah warga dan lebih dari 50 hektare sawah. “Banjir mengakibatkan warga satu dusun terisolasi, yakni Dusun Pungangan yang dihuni sekitar 480 KK. Sebab satu-satunya akses jalan menuju dusun itu tergenang air setinggi satu meter,” ujar Kaur Kesra Desa Rancabango Kecamatan Patokbeusi, Ridwan, kemarin.
Banjir yang mulai terjadi sejak dini hari kemarin sekitar pukul 02.00 WIB itu dipicu meluapnya Sungai Alim, Balekambang, dan Mulang yang melintasi dusun tersebut setelah diguyur hujan deras. Selain Dusun Pungangan, banjir juga menggenangi Dusun Wangun dan puluhan hektare lahan sawah milik petani yang berada di sepanjang bantaran Sungai Alim, Balekambang, hingga Sungai Mulang. Akibatnya banyak petani setempat merugi.
“Kami perkirakan ada 50 hektare sawah yang tergenang, dan kejadian ini merupakan yang ketiga kalinya sepanjang awal 2015. Petani sudah tiga kali menanam padi, hasilnya selalu kebanjiran, dan padinya rusak. Mereka rugi besar,” tutur Ridwan. Putusnya akses jalan akibat tergenang menyebabkan aktivitas masyarakat lumpuh.
Beberapa warga yang mencoba menerobos jalan menggunakan motor nyaris terbawa arus akibat derasnya aliran air. Bahkan, ada warga bersama motornya terguling masuk ke persawahan karena terseret arus. Selain itu, banyak pelajar TK hingga SMA terlambat ke sekolah dalam kondisi basah kuyup. Hingga kini belum ada penanganan dari Pemkab Subang.
“Kami berharap pemkab segera turunkan bantuan logistik dan kebutuhan-kebutuhan lainnya,” ucapnya. Warga setempat, Fauzie, 30, menyebut banjir seperti itu selalu berlangsung rutin setiap musim hujan datang akibat luapan sungai yang dipicu penyempitan dan pendangkalan aliran sungai. Untuk mengatasi terulangnya banjir, pihaknya mendesak pemkab melakukan normalisasi beberapa sungai di wilayah itu.
“Dulu sungai di sini besar, airnya juga bening, bahkan bisa buat mandi. Sekarang berubah jadi kotor, dangkal, dan mengecil alirannya. Kami minta pemkab melakukan normalisasi agar daya tampung sungai lebih besar dan tidak meluap seperti sekarang,” tutur Fauzie.
KepalaSeksiBantuanKorban Bencana Dinas Sosial Kabupaten Subang Tito Purwanto mengatakan akan segera melakukan pendataan korban terdampak banjir baik rumah, lahan sawah, maupun aset-aset berharga lainnya. Pihaknya mengaku sudah berkoordinasi dengan institusi-institusi terkait lainnya di pemkab untuk menangani banjir di kawasan Patokbeusi itu.
“Kami juga sudah menyiapkan tim tagana untuk bergerak meninjau lokasi. Jika kondisinya darurat, kami akan segera menyalurkan bantuan logistik untuk warga,” pungkas Tito.
Banjir di Pesisir Selatan
Bencana banjir tidak hanya menimpa wilayah-wilayah di Pulau Jawa, sejumlah kawasan di Sumatera juga menghadapi masalah yang sama. Banjir yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar), Jumat (23/1) misalnya, tidak hanya merendam ribuan rumah warga, tetapi juga menghancurkan sebuah bendungan irigasi Batang Jalamu di Kecamatan Batangkapas.
Bupati Pesisir Selatan Nasrul Abit mengatakan, kondisi kerusakan bendungan irigasi Batang jalamu memang sangat fatal, bahkan hampir semua konstruksi bendungan jebol tergerus air. N
amun, untuk perbaikan kerusakan sarana irigasi tersebut tidak bisa dilakukan secepatnya karena membutuhkan biaya sangat besar. Meski demikian, dia telah memerintahkan Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) setempat untuk memprioritaskan perbaikan sementara sehingga dapat berfungsi kembali dalam mengairi lahan sawah masyarakat.
“Pemerintah tetap akan memperbaiki semua sarana dan prasarana yang rusak akibat banjir di kabupaten ini. Namun, tentu perlu pengkajian yang dalam dan mana yang lebih prioritas untuk dilakukan perbaikan,” katanya.
Usep husaeni/ant
(ars)