Party ID Lemah, Peluang Partai Baru Besar

Senin, 26 Januari 2015 - 10:18 WIB
Party ID Lemah, Peluang...
Party ID Lemah, Peluang Partai Baru Besar
A A A
JAKARTA - Identifikasi pemilih dengan partai (partyID) hingga saat ini masih kecil jika dibandingkan dengan perolehan suara mereka pada pemilu lalu. Padahal, partyID ini merupakan komponen psikologis yang akan memberikan sumbangan bagi stabilitas sistem kepartaian di Indonesia.

Direktur Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) Hendro Prasetyo mengatakan hanya 16% masyarakat Indonesia yang merasa mengidentifikasi diri dekat dengan partai politik (parpol). Sekitar 83% pemilih pada pemilu lalu tidak memiliki kedekatan sama sekali dengan parpol. Adapun sisanya tidak memberikan jawaban atau kemungkinan masih bimbang.

“Kondisi tersebut menjadi jawaban dari dinamika pemilu pasca-Orde Baru yang selalu memunculkan pemenang yang berbeda-beda. Terlihat di sini orang mudah untuk keluar dan pergi dari partai dan ini juga keuntungan bagi partai baru untuk meraih banyaknya potensi pemilih,”ujar Hendro saat memaparkan hasil survei “Partai Politik di Mata Publik” kemarin di Jakarta. Selain itu, parpol yang ada saat ini juga dinilai tidak dekat dengan masyarakat.

Parpol masih dianggap lebih mementingkan dan memperjuangkan urusan internalnya. Padahal parpol merupakan alat komunikasi politik dan saluran aspirasi masyarakat. “Secara psikologis, kedekatan parpol dengan rakyat meningkat, tapi persentasenya sangat kecil,” ujar dia. PartyID adalah komponen psikologis di mana seseorang merasa bahwa partai tertentu adalah identitas politiknya, bahwa ia mengidentikkan diri sebagai orang partai tertentu, atau ia merasa dekat dengan parpol tertentu.

Jika partyID lemah, volatilitas dukungan pemilih kepada partai akan makin sering terjadi. Menurut dia, faktor kesenjangan komunikasi masyarakat dengan parpol terlihat dari abainya parpol terhadap aspirasi masyarakat. Menurut dia, parpol sebagai institusi penggerak demokrasi harusnya tanggap pada aspirasi masyarakat agar terjalin kedekatan dan hubungan erat antara parpol dan masyarakat.

Hendro menyampaikan bahwa parpol perlu memperhatikan keinginan rakyat, memiliki program yang bagus untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, dan mewakili semua lapisan masyarakat. “Dalam surveinya, 52,8% masyarakat menilai parpol hanya memperjuangkan pribadinya, 33,8% menilai mementingkan rakyat, dan 13,4% tidak tahu/tidak menjawab,” ujar dia.

Dalam survei tersebut PDIP masih menempati posisi pertama yang dinilai memperjuangkan kepentingan rakyat, selanjutnya Partai Golkar, Gerindra, PKB, Partai Demokrat, NasDem, PAN, Hanura, PPP, dan yang terakhir PKS. “Bisa saja performa PDIP atau programnya mewakili aspirasi masyarakat. Atau bisa saja karena identitas partai bisa dari ideologi, tokoh, atau nilai yang ditanamkan partai,” ujarnya.

Menurut Hendro, hari ini tokoh dalam partai masih penting, begitu juga dengan kinerja tokoh tersebut. Hal ini tak bisa dilepaskan dari bagaimana masyarakat mendapat informasi. “Tokoh berperan di sana, masyarakat memperoleh dari iklan dan berita di televisi,” ucapnya.

Kaderisasi juga menjadi permintaan masyarakat kepada parpol. Mayoritas masyarakat menginginkan tokoh muda yang memimpin di tiap partai. Survei ini dilakukan pada 10-18 Januari 2015 dengan jumlah sampel 1.220 responden di Indonesia. Metodologi pengumpulan data yang dilakukan LSI adalah dengan wawancara tatap muka. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menilai belum adanya parpol yang bisa mewakili aspirasi masyarakat karena masih banyak yang mengurus keperluan internalnya saja.

Menurut dia, hasil survei ini membuka mata para pembesar parpol karena terlihat aspirasi masyarakat kurang ditampung partai. “Masyarakat kian hari tentu ingin parpol yang dekat dengan dia karena suka tidak suka harus dengar aspirasi masyarakat. Kalau tidak ya ditinggal,” tandasnya. Politikus PDIP itu juga menilai ketokohan menjadi amat penting dalam perkembangan partai ke depan, tapi tidak cukup hanya tokoh tersebut yang dijadikan acuan. “Parpol harusnya menciptakan lagi tokoh-tokoh baru dan muda,” ucapnya.

Selain itu, Ganjar juga mengatakan perlunya program yang mendekatkan parpol kepada masyarakat. Masyarakat hari ini pragmatis sehingga hanya akan memilih partai yang dekat dengannya. Sementara itu, Wali Kota Bogor yang juga politikus PAN Bima Arya Sugiarto menilai parpol belum dapat menjadi solusi bagi masyarakat.

Partai dinilainya masih menjadi ladang cari pekerjaan dan cari kekuasaan di dalamnya. “Partai masih jadi jobseekers. Saya tertawa lihat banyak artis, baik ngetop atau tidak ngetop, berbondongbondong ke partai untuk jadi pencari kerja dan mendaftar jadi anggota, akhirnya partai tersebut tidak mengurus partai, malah mengurus anggota,” tandasnya.

Politikus PAN itu juga mengakui partainya masih kurang pembenahan perihal perwujudan aspirasi masyarakat. Di lingkup internal masih banyak rebutan kepentingan.

Mula akmal
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0687 seconds (0.1#10.140)