Badan Pesawat AirAsia Gagal Diangkat
A
A
A
JAKARTA - Evakuasi badan pesawat AirAsia QZ8501 menemui hambatan besar. Tim Badan SAR Nasional (Basarnas) harus menyusun skenario ulang untuk mengangkat puing itu ke permukaan setelah percobaan kemarin gagal.
Pecahan badan pesawat itu sebenarnya sudah mendekati permukaan setelah tim penyelam TNI AL mengevakuasinya dengan lifting bag atau balon apung berkapasitas 10 ton. Setelah posisinya berhasil dimiringkan, balon perlahan-lahan membawa bangkai burung besi itu mendekati permukaan. Kapal Crest Onyx pun sudah menyiapkan crane untuk menariknya.
Sekitar 23 meter dari dasar laut atau kurang 7 meter dari permukaan, tali sling yang digunakan untuk mengikat badan pesawat tiba-tiba putus. ”Badan pesawat kembali jatuh ke dasar,”kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI M Fuad Basya dalam siaran persnya kemarin. Dia menjelaskan, situasi itu tak membuat tim SAR patah arang.
Percobaan untuk mengangkat badan pesawat pun kembali dilakukan. ”Hingga pukul 10.00 WIB, pengangkatan masih berlangsung. Bodi pesawat berada di kedalaman 30 meter dan berjarak 3.400 meter dari titik penemuan ekor yang sudah diangkat beberapa waktu lalu,” ujar jenderal bintang dua lulusan Akademi Militer 1981 ini.
Menurut dia, proses pengangkatan kemarin sebenarnya didukung cuaca cerah. Karena itu tim penyelam berhasil menata posisi badan pesawat untuk dinaikkan. Namun adanya bagian puing yang tajam ditambah arus laut yang cukup kencang menjadikan tali pengikat itu putus. Pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura jatuh di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Minggu (28/ 12/2014).
Pesawat nahas itu mengangkut 162 penumpang dan kru. Operasi pencarian sudah berlangsung hampir sebulan. Hingga saat ini belum keseluruhan jenazah korban ditemukan. Adapun untuk pencarian bagian pesawat, Basarnas telah mengevakuasi kotak hitam, mengangkat ekor, dan berbagai puing lainnya.
Dalam operasi kemarin, tim kembali mengevakuasi lagi 4 jenazah terdiri atas 3 perempuan dan 1 laki-laki. Empat jasad ini selanjutnya dibawa KN Pacitan kemudian diteruskan ke KRI Banda Aceh. Menggunakan pesawat Hely Bell TNI AL dan Dolphin, jasad diterbangkan ke Lanud Iskandar Pangkalan Bun.
”Selanjutnya dibawa ke RS Sultan Imanuddin untuk dimasukkan ke peti jenazah dan dibawa ke Surabaya untuk diserahkan kepada Tim DVI Polda Jatim,” kata dia. Dengan temuan itu, total sudah 69 jenazah dievakuasi. Dari Surabaya, tim Disaster and Victim Identification (DVI) mengakui masih ada 13 jenazah yang belum diidentifikasi, termasuk 3 jenazah yang telah diterima beberapa hari lalu.
Tim mengaku kesulitan karena adanya beberapa data yang susah untuk dicocokkan. ”Tapi kami terus berusaha dengan berbagai upaya, mulai dari pencocokan data antemortem dengan postmortem, DNA, dan sebagainya,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono kemarin.
Menurut dia, tiga jenazah yang susah diidentifikasi ini adalah jenazah dengan label B028, B044, dan B053. Susahnya identifikasi tersebut karena kondisinya yang mulai rusak. Selain itu, tim DVI juga membutuhkan data antemortem pembanding untuk dicocokkan dengan data postmortem.
Mengenai 10 jenazah yang baru tiba Jumat (23/1) lalu, Awi menyatakan bahwa saat ini dalam tahap pemeriksaan. Kondisi 10 jenazah itu, menurut Awi, sulit untuk dikenali karena sudah rusak. ”Meski demikian, bukan berarti tidak bisa diidentifikasi. Sebab tim DVI akan terus melakukan upaya identifikasi berdasarkan data yang didapat dari keluarga dan postmortem dari pemeriksaan para ahli,” katanya.
Sementaraitu, salahsatukorban AirAsia QZ 8501 bernama David Hartono, 23, asal Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur (NTT) tiba di Bandara Eltari Kupang pada Sabtu pukul 10.20 Wita dengan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 690. Jenazah langsung diantar menuju pesawat TransNusa dengan nomor penerbangan M8-526 dengan tujuan Alor.
Rencananya jenazah David Hartono akan diterbangkan ke Alor pada pukul 11.00 Wita, tetapi cuaca yang tidak memungkinkan membuat rencana penerbangan tersebut dibatalkan. ”Pesawatnya tertahan karena cuaca tidak memungkinkan,” kata Sofie, petugas di loket TransNusa, ketika ditanya mengenai jenazah yang akan diterbangkan ke Alor.
Fefy dwi/Lutfi yuhandi/Ant
Pecahan badan pesawat itu sebenarnya sudah mendekati permukaan setelah tim penyelam TNI AL mengevakuasinya dengan lifting bag atau balon apung berkapasitas 10 ton. Setelah posisinya berhasil dimiringkan, balon perlahan-lahan membawa bangkai burung besi itu mendekati permukaan. Kapal Crest Onyx pun sudah menyiapkan crane untuk menariknya.
Sekitar 23 meter dari dasar laut atau kurang 7 meter dari permukaan, tali sling yang digunakan untuk mengikat badan pesawat tiba-tiba putus. ”Badan pesawat kembali jatuh ke dasar,”kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI M Fuad Basya dalam siaran persnya kemarin. Dia menjelaskan, situasi itu tak membuat tim SAR patah arang.
Percobaan untuk mengangkat badan pesawat pun kembali dilakukan. ”Hingga pukul 10.00 WIB, pengangkatan masih berlangsung. Bodi pesawat berada di kedalaman 30 meter dan berjarak 3.400 meter dari titik penemuan ekor yang sudah diangkat beberapa waktu lalu,” ujar jenderal bintang dua lulusan Akademi Militer 1981 ini.
Menurut dia, proses pengangkatan kemarin sebenarnya didukung cuaca cerah. Karena itu tim penyelam berhasil menata posisi badan pesawat untuk dinaikkan. Namun adanya bagian puing yang tajam ditambah arus laut yang cukup kencang menjadikan tali pengikat itu putus. Pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura jatuh di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah, Minggu (28/ 12/2014).
Pesawat nahas itu mengangkut 162 penumpang dan kru. Operasi pencarian sudah berlangsung hampir sebulan. Hingga saat ini belum keseluruhan jenazah korban ditemukan. Adapun untuk pencarian bagian pesawat, Basarnas telah mengevakuasi kotak hitam, mengangkat ekor, dan berbagai puing lainnya.
Dalam operasi kemarin, tim kembali mengevakuasi lagi 4 jenazah terdiri atas 3 perempuan dan 1 laki-laki. Empat jasad ini selanjutnya dibawa KN Pacitan kemudian diteruskan ke KRI Banda Aceh. Menggunakan pesawat Hely Bell TNI AL dan Dolphin, jasad diterbangkan ke Lanud Iskandar Pangkalan Bun.
”Selanjutnya dibawa ke RS Sultan Imanuddin untuk dimasukkan ke peti jenazah dan dibawa ke Surabaya untuk diserahkan kepada Tim DVI Polda Jatim,” kata dia. Dengan temuan itu, total sudah 69 jenazah dievakuasi. Dari Surabaya, tim Disaster and Victim Identification (DVI) mengakui masih ada 13 jenazah yang belum diidentifikasi, termasuk 3 jenazah yang telah diterima beberapa hari lalu.
Tim mengaku kesulitan karena adanya beberapa data yang susah untuk dicocokkan. ”Tapi kami terus berusaha dengan berbagai upaya, mulai dari pencocokan data antemortem dengan postmortem, DNA, dan sebagainya,” kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono kemarin.
Menurut dia, tiga jenazah yang susah diidentifikasi ini adalah jenazah dengan label B028, B044, dan B053. Susahnya identifikasi tersebut karena kondisinya yang mulai rusak. Selain itu, tim DVI juga membutuhkan data antemortem pembanding untuk dicocokkan dengan data postmortem.
Mengenai 10 jenazah yang baru tiba Jumat (23/1) lalu, Awi menyatakan bahwa saat ini dalam tahap pemeriksaan. Kondisi 10 jenazah itu, menurut Awi, sulit untuk dikenali karena sudah rusak. ”Meski demikian, bukan berarti tidak bisa diidentifikasi. Sebab tim DVI akan terus melakukan upaya identifikasi berdasarkan data yang didapat dari keluarga dan postmortem dari pemeriksaan para ahli,” katanya.
Sementaraitu, salahsatukorban AirAsia QZ 8501 bernama David Hartono, 23, asal Kabupaten Alor Nusa Tenggara Timur (NTT) tiba di Bandara Eltari Kupang pada Sabtu pukul 10.20 Wita dengan pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 690. Jenazah langsung diantar menuju pesawat TransNusa dengan nomor penerbangan M8-526 dengan tujuan Alor.
Rencananya jenazah David Hartono akan diterbangkan ke Alor pada pukul 11.00 Wita, tetapi cuaca yang tidak memungkinkan membuat rencana penerbangan tersebut dibatalkan. ”Pesawatnya tertahan karena cuaca tidak memungkinkan,” kata Sofie, petugas di loket TransNusa, ketika ditanya mengenai jenazah yang akan diterbangkan ke Alor.
Fefy dwi/Lutfi yuhandi/Ant
(bbg)